Minggu, 19 Februari 2012

DILEMA FORMULA 1: ANTARA OLAHRAGA DAN BISNIS

Hai, hari ini gw cerita lagi. Tadinya aku nggak mau cerita dulu, tapi secara tiba2 saya jadi ingin menulis. Gatal aja tangan gw, nggak bisa ditahan. Yah, cuma mau menulis pandangan pribadi aja di malam Minggu. Kebetulan saya punya sesuatu yang ingin sekali saya ceritakan pada kalian. Sebenarnya lebih ke pandangan atau pendapat pribadi sih, jadi nggak usah ditanggapi secara serius, karena gw di sini hanya sekedar mau menulis aja. Cuma buat buang2 tenaga yang masih tersisa dalam diri saya... oke, sekarang saya mulai cerita. Untuk kali ini, gw nggak akan menulis tentang 7 Icons, Cherrybelle, Girls Generation, atau topik2 lain. Itu akan gw simpan untuk besok. Saya kebetulan punya banyak sekali topik pembicaraan yang ingin saya bahas dalam beberapa hari ke depan. Untuk malam ini, gw akan cerita sedikit soal Formula 1. Lihat judulnya. Dilema Formula 1. Emangnya Formula 1 kena virus Cherrybelle ya ? Sebenarnya sih tidak. Dilema yang ada di balap jet darat bukan Dilema yang berasal dari Cherrybelle, karena Dilema ini sebenarnya sudah ada jauh sebelum Daddy Dino Raturandang dan Daddy Teguh Sanjaya mencetuskan ide membentuk Cherrybelle. Jauh dari itu. Malah ini Dilema yang sifatnya sangat serius dan berbeda dari biasanya. Ini Dilema yang memang sudah jadi penyakit-nya Formula 1, mengenai definisi dari balapan ini di masa modern: Formula 1 itu sebenarnya olahraga yang menggabungkan kerja manusia atau mesin, atau sebuah bisnis tingkat tinggi ? Berikut akan saya ceritakan dan saya bahas buat kalian semua.
Beberapa hari yang lalu datang kabar mengejutkan dari Caterham F1 Team. Mereka memutuskan untuk memberhentikan (kalau dalam kata halusnya) Jarno Trulli dan menggantinya dengan Vitaly Petrov. Ini berarti akan ada pergantian nama dalam entry list Formula 1 2012. Beruntung saya belum menulisnya. Dengan adanya pergantian ini, maka untuk pertama kalinya sejak 1971, Formula 1 tidak diikuti pembalap asal Italia. Sementara ini berarti adalah tahun ketiga untuk seorang pembalap Rusia berada di Formula 1. Dulu, Vitaly Petrov kita kenal sebagai pembalap Renault. Musim lalu, ia keluar (atau dikeluarkan) untuk memberi jalan pada Kimi Raikkonen bergabung dengan tim itu, sekaligus menandai comeback-nya ke Formula 1 setelah dua tahun balapan di reli. Sempat ada kabar kalau Vitaly Petrov akan jadi tester Pirelli, supplier ban tunggal Formula 1 musim ini, namun kemudian tanpa kejelasan. Hingga akhirnya, muncullah berita mengejutkan ini. Tadinya saya berpikir kalau tim yang pertama kali meluncurkan mobil balapnya untuk musim 2012 sekaligus tim yang mempopulerkan moncong berundak sebagai trend tampilan mobil F1 musim 2012 ini akan mempertahankan kedua pembalapnya, demi mendapatkan hasil yang lebih baik di musim ketiganya ikut F1. Namun dengan adanya berita ini, justru... mengubah semuanya. Baik itu mengubah daftar nama pembalap yang sudah resmi balapan di Formula 1 musim ini, dan juga mengubah struktur tim itu sendiri. Tentu saja karena ini terbilang mendadak, banyak pihak yang mencari tahu kenapa harus Jarno Trulli "ditendang" dari tim bermobil hijau-kuning itu. Bila mengacu pada kasus yang sudah2, kemungkinan terbesar Jarno Trulli dikeluarkan karena masalah sponsor. Apalagi kalau melihat Vitaly Petrov yang memang memiliki sponsor yang cukup, bisa jadi alasan itu ada benarnya. Tim mengeluarkan pembalap yang secara tradisi tidak memiliki dukungan sponsor yang cukup, dan menggantinya dengan pembalap yang bisa dikatakan memiliki dukungan sponsor yang sangat besar. Kasus seperti ini sudah sering terjadi belakangan ini, terutama di tim papan tengah dan tim papan bawah. Di akhir musim lalu, para pendengar F1 mendengar berita ironis dari Rubens Barrichello, yang ternyata terungkap masa depannya di Williams tidak menentu. GP Brazil 2011 dianggap menjadi balapan terakhir untuknya, dan ternyata memang benar. Satu bulan setelah balapan itu berlangsung, Bruno Senna masuk ke tim Williams sementara Pastor Maldonado bertahan. Itu berarti Rubens Barrichello tersingkir dari Formula 1. Rekor 322 start-nya, yang merupakan rekor tertinggi di Formula 1, harus terhenti. Ketika kemudian alasan "penyingkiran" Barrichello diselidiki, terungkap kalau penyebabnya juga adalah masalah sponsor. Memang, pembalap2 klasik seperti Barrichello dan Trulli biasanya tidak memiliki dukungan sponsor atau memiliki jumlah sponsor dalam jumlah kecil. Tapi kesannya menjadi ironis ketika kemudian... mereka harus berhenti balapan karena alasan itu. Seharusnya tim bisa mengerti soal itu dan mempertahankan seorang pembalap karena memang kemampuan dan pengalamannya sangat bagus, bukan kemudian harus dikeluarkan karena tidak punya sponsor. Ini kemudian mengantarkan banyak pihak pada suatu kesimpulan, bahwa Formula 1 kini lebih banyak berorientasi bisnis, bukan lagi sekedar olahraga. Unsur olahraganya memang ada, tapi itu semua tertutupi oleh bisnis yang juga ikut bermain dalam ajang balapan itu.
Perpindahan orientasi Formula 1 dari olahraga menjadi bisnis terjadi dengan sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir, atau mungkin dalam 10 tahun terakhir, yang makin memuncak pada 5-7 tahun terakhir. Kita semua tahu bahwa Formula 1 adalah olahraga yang mementingkan teknologi. Dan kita juga tahu bahwa teknologi di Formula 1 sangat mahal. Itu karena teknologi di Formula 1 berbeda dengan teknologi yang dipakai di ajang balapan lain atau bahkan dalam mobil massal sekalipun. Teknologi di Formula 1 adalah teknologi yang terbaik dan terdepan dalam pembuatan sebuah balap, mengingat balapan ini adalah puncak dari semua cabang motorsport yang ada, khususnya dalam cabang roda empat. Demi mendapatkan hasil yang terbaik, riset demi riset dilakukan untuk mewujudkan mobil yang tercepat dan terkonsisten di lintasan selama satu musim penuh. Ingat, konsistensi dalam balapan harus berlaku hingga seterusnya, bukan hanya dalam satu balapan saja, jadi nggak heran kalau pembenahan demi pembenahan kemudian dilakukan oleh sebuah tim untuk mempertahankan konsistensi tersebut. Itu bukan bohong, itu kenyataan. Semua mobil2 Formula 1 yang ada dari satu musim ke musim berikutnya adalah hasil pembenahan yang terus-menerus dilakukan oleh sebuah tim dengan memanfaatkan evaluasi yang mereka lakukan di lintasan pada musim sebelumnya atau selama musim itu berlangsung. Pengembangan yang berkesinambungan itulah yang kemudian menghasilkan banyak mobil2 dengan prestasi terbaik di Formula 1. Tentu saja untuk melakukan pengembangan yang berkelanjutan dan berkesinambungan itu dibutuhkan dana yang cukup besar. Riset sebuah mobil balap membutuhkan dana yang sangat besar dan juga waktu kerja yang tidak sebentar. Menurut data dan fakta mobil Lotus E20 yang dimuat dalam tabloid Otomotif terbaru, 20000 jam kerja dibutuhkan untuk dapat membentuk mobil baru tunggangan Kimi Raikkonen itu. Coba kalau dibagi 24 jam, atau 8 jam kerja (waktu kerja normal dalam sebuah kantor), itu pasti membutuhkan jumlah hari yang sangat banyak. Apalagi kalau misalnya dalam satu hari pekerjaannya dilakukan melebihi waktu jam kerja normal. 10-12 jam misalnya. Tentu saja akan lebih banyak lagi jumlah hari yang dipakai. Jadi, terlihat jelas. Untuk membuat sebuah mobil Formula 1, butuh waktu kerja yang sangat banyak, dan tentu saja, dana yang sangat besar. Setiap tim setidaknya harus memiliki persediaan dana untuk mengembangkan mobil yang ada sekarang, dan mengembangkan mobil untuk musim depan, mengingat Formula 1 ada di setiap musimnya. Itulah yang kemudian membuat Formula 1 cukup mahal, terutama di 5-7 tahun terakhir. Terutama di tahun2 sebelum regulasi 2009 berlaku. Pada saat itu, setiap tim bebas membuat teknologi apapun (asal diizinkan FIA) untuk membuat mobil yang kencang di lintasan. Mungkin kalian masih ingat mobil musim 2008 yang penuh dengan banyak peralatan aerodinamika di sekujur bodi mobilnya ? Mulai dari sirip mobil, chimney, T-wing, sayap menggantung, sayap yang dipasang di bagian moncong mobil, dan sebagainya. Ketika itu tim2 Formula 1 benar2 berusaha untuk membangun mobil yang kencang dan juga berpenampilan menarik. Sudah pasti, dana akan keluar dengan sangat banyak pada saat itu, mengingat besarnya riset dan pengembangan teknologi yang ada di mobil Formula 1 saat itu. Pada akhirnya, banyak orang yang beranggapan bahwa Formula 1 adalah olahraga yang boros, dengan sederetan inovasi teknologinya yang makan uang banyak. Itulah yang kemudian membuat FIA bertindak dengan membuat regulasi 2009, yang membuat mobil Formula 1 menjadi lebih "minimalis", tanpa banyak piranti2 aerodinamika yang ada di sekujur mobil. Katanya, salah satu alasan FIA membuat regulasi 2009 adalah untuk menekan biaya riset mobil Formula 1, yang harganya sudah selangit. Apalagi pada saat itu, krisis keuangan dunia mulai melanda, dan FIA memang harus membuat tindakan untuk mencegah agar Formula 1 tidak terkena krisis. Memang, dengan adanya regulasi 2009, Formula 1 jadi lebih hemat, bahkan kemudian pada 2010, peserta2 baru bermunculan sehingga balapan jadi lebih seru dengan lebih banyak peserta, tapi kemudian... mulailah terjadi hal2 yang aneh di mana di beberapa tim, ada jumlah uang atau sponsor yang harus disertakan untuk menjamin kursi seorang pembalap di Formula 1. Pada saat itulah bakat dan kemampuan seorang pembalap untuk membawa mobil sekencang mungkin harus disingkirkan oleh kemampuan seorang pembalap dalam mengikat sponsor dan suntikan dana segar yang dibawanya. Meskipun ini sebenarnya sudah terjadi jauh sebelum regulasi 2009 muncul, tapi tidak bisa ditampik kalau kasus2 semacam ini intensitasnya mulai bertambah setelah regulasi itu muncul. Khususnya, pada tim2 papan tengah dan papan bawah, yang memang setiap musimnya selalu butuh dana segar untuk mengembangkan mobilnya. Dalam kondisi itu, kemudian terungkap kalau ternyata dampak krisis sudah memasuki tim2 Formula 1, dan menuntut perputaran uang yang sangat cepat untuk bisa mewujudkan mobil terbaiknya. Memang sebenarnya ada enaknya kalau pembalap membawa sponsor pada tim. Sponsor dan dukungan terhadap tim memang akan bertambah banyak, dan sekaligus juga, livery mobil jadi lebih rame dengan banyaknya sponsor. Tapi ada nggak enaknya juga. Tim kemudian akan jadi bergantung pada sponsor, cepat atau lambat. Malah, sekarang bisa kalian lihat sendiri, ketergantungan sebuah tim Formula 1 pada sponsor sangat besar. Bahkan, sponsor seakan-akan jadi syarat masuk seorang pembalap untuk bisa membalap di Formula 1. Sering saya dengar kabar mengenai sebuah tim Formula 1 mematok tarif sekian untuk seorang pembalap yang ingin membalap untuk tim itu. Terlihat jelas bahwa sekarang tim Formula 1 mencari pembalap yang bisa memberi dana segar, bukan pembalap yang memang benar2 berbakat. Pada akhirnya memang pembalap2 yang ada di Formula 1 semuanya adalah pembalap2 yang terbaik dan berbakat, tapi kalian juga bisa lihat masa karirnya, yang cenderung singkat. Bisa karena perform-nya yang tidak bagus, atau karena dukungan sponsornya sudah berkurang. Itu bisa terlihat. Terkadang pergantian pembalapnya bisa terjadi karena faktor penyegaran tim, pembalap yang dianggap kurang bagus perform-nya diganti dengan pembalap yang memang diharapkan bisa lebih baik, atau pergantian pembalapnya terjadi karena faktor bisnis, di mana pembalap yang memiliki dukungan sponsor yang lebih kuat masuk menggantikan pembalap lain yang tidak punya sponsor atau dukungannya berkurang. Seperti itu. Dan biasanya, tim terkadang tidak melihat prestasi seorang pembalap di akhir musim. Selama sponsornya masih bisa memberi dukungan pada tim tersebut, urusan selesai. Pembalap itu akan bertahan di musim berikutnya. Bisa menambah sponsor malah lebih bagus. Itu akan lebih memperkuat kedudukannya dalam tim, karena sponsor baru itu pastinya akan menyumbang dana yang cukup untuk melakukan pengembangan mobil baru. Kasus itu sering kita lihat sebagai penggemar Formula 1 dan itu dapat memberi gambaran jelas mengenai kentalnya bisnis di ajang Formula 1. Intinya, siapa pembalap yang bisa memberi sponsor bagi sebuah tim di Formula 1, akan mendapat kursi, dan yang tidak punya sponsor atau dukungan yang cukup, harus keluar. Mungkin seperti inilah seleksi alam di Formula 1 saat ini. Kalau dulu seorang pembalap masuk karena memang potensial untuk bisa berlaga di Formula 1, maka kini seorang pembalap masuk karena sponsor dan sokongan dana yang dipegangnya. Kalau dulu seorang pembalap keluar karena secara prestasi biasa2 saja dan kurang mengangkat performa tim, maka ini seorang pembalap keluar karena kurangnya dukungan sponsor (meskipun kadang2 prestasi juga masih menjadi patokan bertahannya seorang pembalap atau tidak, karena ada evaluasi yang dilakukan oleh setiap tim baik di pertengahan atau di akhir musim)
Mungkin yang saya tulis ini ada benarnya, ada tidaknya. Tapi pada kenyataannya, semua sudah cukup jelas, Formula 1 adalah olahraga yang mahal. Saking mahalnya, pembalapnya sendiri juga harus ikut berperan dalam mendanai sebuah tim yang berlaga di balapan tersebut. Pengembangan teknologi yang ada dalam balapan ini mengharuskan setiap tim untuk mengeluarkan dana yang besar untuk dapat melakukannya. Tapi kemudian kita tahu bahwa tidak semua tim punya budget yang cukup untuk dapat melakukan pengembangan mobil secara berkesinambungan dan terus-menerus. Sumber dana yang ada pun kemudian harus diisi untuk menjaganya tetap berjalan dan itu membutuhkan dukungan dari luar. Pada saat itulah kemudian muncul pembalap2 bayaran dengan sponsor yang mereka bawa untuk ikut membantu mendanai pengembangan tim agar dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan mobil terbaik yang nantinya akan ia pacu di lintasan. Orientasi bisnis Formula 1 pada akhirnya sudah terlalu jauh, melebihi unsur olahraga yang sebenarnya juga diusung dalam balapan ini. Pada akhirnya, memang Dilema itu ada, kita jadi bingung untuk mendefinisikan Formula 1 sekarang ini seperti apa, olahraga atau bisnis ? Di satu sisi, Formula 1 adalah olahraga, karena menuntut ketahanan fisik yang sangat kuat untuk dapat membawa sebuah mobil balap dengan kecepatan tinggi selama dua jam (atau empat jam, berdasarkan regulasi 2012) balapan. Tapi di sisi lain, Formula 1 juga sebuah bisnis tingkat tinggi yang melibatkan perputaran uang yang sangat besar, yang jumlahnya mencapai milyaran dollar atau triliunan rupiah. Teknologi tinggi yang ada dalam mobil Formula 1 mengharuskan setiap tim untuk mengeluarkan uang yang banyak demi menciptakan mobil terbaik yang dapat mengantarkan tim meraih prestasi terbaiknya. Pada saat itulah tim berbisnis, untuk menciptakan mobil terbaik yang nantinya akan mengantarkan keuntungan besar pada tim, baik secara dukungan penggemar atau finansial. Pada akhirnya, jika sebuah tim punya mobil yang bagus, tentu saja semua orang untuk mendukung mobil itu pada setiap balapan, kan ? Belum lagi dengan merchandise-nya, yang berhubungan dengan tim itu, jika ada banyak orang yang membelinya, bukankah itu keuntungan juga ? Jadi, bisa disimpulkan bahwa Formula 1 juga bisnis. Bisnis untuk mengembangkan mobil terbaik, dan bisnis untuk mengembangkan citra tim. Kalian akhirnya akan melihat sendiri seperti apa bisnis di Formula 1 itu, dan kau akan tahu seberapa dominannya mereka. Bisnis itu ada di Formula 1, dan bisa dikatakan, Rubens Barrichello dan Jarno Trulli adalah korban dari orientasi bisnis Formula 1. Mereka disingkirkan oleh timnya dan kemudian digantikan oleh driver yang secara dukungan sponsor jauh lebih baik. Apakah mereka akan jadi korban yang terakhir ? Hmmm... sepertinya tidak. Seperti kata blog Portal F1, "Jarno Trulli isn't the first victim, and he won't be the last." Artinya ? Mungkin dalam beberapa waktu ke depan, akan ada lagi pembalap yang akan mengalami nasib seperti ini. Jangan kaget kalau kemudian hal itu terjadi, karena pada akhirnya, Formula 1 itu lebih dari sekedar olahraga, tapi itu adalah sebuah bisnis tingkat tinggi. Dilema itu pada akhirnya ada benarnya juga. Buktikan saja sendiri.
Well, baiklah... saya pikir segitu saja tulisan saya malam ini. Sebuah cerita lama yang terus terulang... dan bisa sedikit membuka matamu tentang seperti apa Formula 1 itu. Pada kenyataannya, Formula 1 tidak seindah yang dibayangkan. Atau mungkin itu hanya dirasakan oleh pembalap2 papan atas di Formula 1. Balapan itu akhirnya menjadi sangat keras, keras dari segi perjuangan dan juga dari segi keadaannya. Apalagi kalau sudah masuk ke sisi yang paling nggak enaknya. Pada akhirnya, mungkin Anda juga akan merasa bahwa balapan di Formula 1 itu sangat, sangat, sangat, sangat, sangat tidak mudah. Apalagi jika melihat kondisi sekarang. Semuanya seakan dipersulit. Itu akan membuatmu menjadi mengerti bahwa dalam balapan ini, bukan hanya olahraganya yang penting, tapi juga bisnisnya. Malah itu yang lebih berpengaruh dan lebih kental daripada persaingan di lintasannya yang cenderung agak membosankan. Jadi, kalau Anda diminta untuk mendefinisikan Formula 1 saat ini secara spesifik, mungkin Anda akan juga merasakan Dilema-nya, karena hal itu sangatlah nyata. Oke, sepertinya saya sudah terlalu banyak menulis di sini... sekarang saya harus menutup tulisan ini... sekian tulisan saya, kurang-lebihnya mohon maaf, dan apabila ada hal yang menyinggung dan Anda merasa tersinggung, saya minta maaf. Happy Enjoy!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar