183 Glendale Park Road, London, England.
Michael Schelley sedang bersantai sambil menonton TV di ruang keluarga ketika kemudian ada dua orang pria yang mendatangi rumahnya. Mereka membunyikan bel dan itu terdengar oleh Michael. Saat itu, Anna sedang pergi keluar membeli makanan dan Jane sedang kuliah. Michael pun lalu mendatangi pintu dan membukanya. Saat dibuka, tiba2 sudah ada dua orang yang bertubuh tinggi besar berdiri di depan rumahnya. Yang satu, dia memiliki tinggi sekitar 180-an cm, dia memakai jaket warna coklat, kemeja kotak2, celana jeans, dan sepatu sneakers warna hitam. Dia berdiri tepat di depan Michael. Sementara yang satunya, dia memiliki badan yang lebih besar, dia memakai jaket biru strip putih, kemeja putih, celana jeans, dan sepatu sport warna putih. Dia berdiri sedikit lebih di belakang, agak ke kanan sedikit dari orang yang pertama. Di tangan orang yang pertama, yang memakai jaket coklat itu, ada sebuah amplop berwarna krem dengan tempelan warna emas di salah satu bagiannya. Amplop itu rencananya akan diberikan pada Michael. Itu adalah sebuah surat undangan.
"Selamat pagi, pak.", kata orang itu pada Michael.
"Selamat pagi juga. Kalau boleh tahu, ada apa ya ?", kata Michael.
"Kami dari keluarga Wroughton, ingin menyampaikan undangan ini pada Anda." kata orang itu lagi.
Orang itu lalu memberikan undangan itu pada Michael. Michael lalu menerimanya dan melihat bagian amplop undangan itu, yang terdapat tulisan "INVITATION" berwarna emas di bagian atasnya, dan sebuah coat of arms yang sepertinya merupakan coat of arms keluarga Wroughton di bawahnya, dengan garis berwarna emas. Di undangan itu juga terdapat sebuah tempelan, yang merupakan stiker untuk membuka amplop undangan itu, seperti yang biasa ada dalam amplop2 yang ada dalam pengumuman pemenang Piala Oscar. Michael sedikit mengangguk setelah menerima dan melihat undangan itu, dan kemudian ia bertanya pada kedua orang itu.
"Oh... terima kasih atas undangannya. Kalau boleh tahu, kapan acaranya ?", kata Michael.
"Akhir pekan ini, pak. Hari Minggu.", kata orang itu.
"Baik... lalu, siapa saja yang diundang ?", tanya Michael lagi.
"Semua yang ada di sepanjang jalan ini.", jawab orang itu.
"Wow... apakah ini seperti... pesta tetangga ?"
"Ya, semacam itu... kami ingin sekali berkenalan dengan semua tetangga2 yang ada di sini. Kebetulan kami masih baru di sini."
"Acara sosialisasi... seperti itu ?"
"Ya, pak. Acara sosialisasi."
"Baiklah kalau begitu... akan segera saya sampaikan undangan ini pada keluarga saya yang lain. Mereka juga harus tahu soal undangan ini. Terima kasih atas undangannya."
"Sama2, pak. Kalau begitu, kami harus pergi. Sampai jumpa hari Minggu, pak. Kami mengharapkan kehadiran keluarga Anda dalam acara ini."
"Ya, akan saya usahakan. Sampai jumpa."
Kedua orang itu lalu pergi, dan Michael lalu menutup pintunya. Ia lalu berjalan kembali ke ruang keluarga sambil melihat undangan itu. Ia lalu duduk lagi di sofanya dan membuka isi undangan itu. Setelah ia membuka undangan itu, ia menemukan sebuah kertas kecil, berukuran sedang, seukuran dengan amplop undangannya, hanya lebih kecil, dengan warna yang sama dan warna tulisan yang sama, dilengkapi dengan coat of arms keluarga Wroughton di atasnya, dengan tulisan seperti ini:
THE WROUGHTON FAMILY
REQUEST YOUR ORDER OF YOUR PRESENCE AT THE FAMILY PARTY
On Sunday afternoon
The twenty-fourth of April, 2004
At noon until 3 pm
At 180 Glendale Park Road
London
Setelah ia membaca surat undangan itu, Michael lalu menaruh undangan itu di atas meja. Ia lalu berdiri dari sofanya dan masuk ke dalam ruang kerjanya yang ada di belakang sofanya. Dia lalu mengambil organizer-nya dan melihat jadwalnya pada hari Minggu itu. Ternyata, di hari Minggu ada pekerjaan. Dia harus menjadi komentator di sebuah pertandingan American Football dan jadi komentator di sebuah acara berita olahraga. Acaranya berlangsung dari siang hari. Itu berarti, Michael tidak bisa hadir saat pesta itu berlangsung. Setelah melihat jadwal yang ada di organizer-nya itu, ia menaruhnya kembali organizer-nya itu di ruang kerjanya dan kembali ke ruang keluarga. Ia pun memutuskan untuk membicarakan hal ini dengan keluarganya nanti malam.
London School, London, England.
Sementara itu di tempat lain, tepatnya di London School, Jane dan Sarah ngobrol2 sambil berjalan keluar dari kampus. Kebetulan saat itu jam kuliah mereka sudah selesai, sehingga mereka bisa pulang. Biasanya, Jane selalu mengantar Sarah pulang, karena kebetulan mereka tinggal di jalan yang sama dan Sarah biasanya tidak dijemput saat pulang. Karena khawatir Sarah akan tersesat jika dia pulang sendirian, akhirnya Jane berbaik hati menawarkan tumpangan untuk pulang. Sarah bahkan diberi kebebasan untuk meminta diantar ke mana saja atau berhenti di mana saja untuk mampir sebentar. Tapi itu semua harus bilang dulu pada Jane, karena biasanya Jane akan langsung pulang ke rumah setelah jam kuliah berakhir. Nah, sekarang ceritanya... Jane dan Sarah sedang ngobrol2 sambil berjalan menuju ke tempat mobilnya Jane diparkir. Mereka mau pulang setelah mengikuti perkuliahan pada hari itu.
(Jane dan Sarah sedang membicarakan hal lain, dan kemudian berhenti sejenak, sambil berjalan)
"Oh, ya Jane... aku mau kasih tahu satu hal.", kata Sarah.
"Apa itu ?", kata Jane sambil melihat ke arah Sarah yang ada di sebelahnya.
"Hari Minggu nanti, keluargaku akan menggelar pesta. Datang ya..."
"Pesta ? Pesta apa ? Ada yang ulang tahun ya ?"
"Nggak kok... nggak ada yang ulang tahun... kita cuma ingin lebih dekat dengan tetangga2 kita saja. Anggap saja, ajang sosialisasi gitu... keluargaku ingin sekali mengenal lebih dekat orang2 yang tinggal di sekitarnya."
"Wow... hebat! Aku pasti akan datang ke acara itu... ada makanan enaknya nggak ?"
"Pastinya... tenang saja, ibuku akan memasak makanan terenak yang pernah ada untuk acara itu..."
"Sip deh kalau begitu... pestanya jam berapa ?"
"Siang hari. Dari jam 12 sampai jam 3. Kita nggak mau terlalu lama kok... yang penting bisa berkenalan dengan semua tetangga..."
"Oh gitu... baiklah, aku akan datang."
"Tapi kalau bisa, bawa keluarga kamu ya... keluargaku ingin sekali bertemu dengan keluargamu."
"Nanti aku pasti sampaikan kok... mudah2an keluargaku bisa datang."
"Bagus deh kalau begitu... kutunggu kehadiranmu dan keluargamu."
"Oke, Sarah..."
Tak lama kemudian, Jane dan Sarah sampai di tempat parkir mobilnya Jane. Mereka berdua lalu masuk ke dalam mobil, dan lima menit kemudian, mobil itu meninggalkan tempat parkir dan pergi kembali ke wilayah Glendale Park Road, tempat Jane dan Sarah tinggal.
Malam harinya, semua anggota keluarga Schelley berkumpul di ruang makan. Mereka akan makan malam. Sudah jadi kebiasaan bagi keluarga Schelley untuk selalu makan bersama di ruang makan saat makan malam. Michael duduk di kursi belakang, sementara Anna dan Jane duduk saling berhadapan. Satu kursi lain yang ada di depan Michael kosong. Anggota keluarga Schelley hanya tiga orang, jadi wajar kalau satu kursi lain kosong. Biasanya kursi yang kosong itu akan diberikan pada tamu apabila ada yang datang berkunjung ke rumah keluarga Schelley. Kebiasaan yang sering keluarga Schelley lakukan saat makan malam adalah satu, berdoa sebelum dan sesudah makan, dua, selalu ada buku untuk dibaca di samping piring yang dipakai untuk makan, mengingat keluarga Schelley adalah maniak membaca, dan yang ketiga, selalu ada pembicaraan diantara ketiganya jika sedang makan. Biasanya acara makan malam adalah saat untuk keluarga Schelley membicarakan banyak hal yang mereka alami, temukan, atau dapatkan sepanjang seharian penuh mereka beraktivitas. Anggaplah seperti acara curhat keluarga. Yang paling sering bercerita saat makan malam adalah Michael dan Anna. Jane lebih banyak mendengarkan mereka sambil membaca novel teenlit kesukaannya. Tapi kadang2 Jane juga suka ikut ngobrol dengan mereka, tapi tidak terlalu sering. Jane tidak suka bercerita tentang apa yang ia alami di kampusnya pada Michael dan Anna dalam acara makan malam. Jane lebih senang kalau ia menceritakan semuanya pada Anna di kamarnya. Jane memang sangat dekat dengan ibunya, dan dia memang sudah terbiasa untuk curhat pada ibunya. Menurut Jane, ibunya adalah pemberi saran terbaik yang ia punya. Apapun saran yang diberikan oleh ibunya, Jane selalu tahu kalau itu adalah yang terbaik untuknya, dan itu yang akan selalu ia pegang. Hari itu, topik pembicaraan keluarga Schelley adalah soal... undangan dari keluarga Wroughton itu. Michael sudah berencana untuk membawa urusan undangan ini pada acara makan malam ini, karena ada sesuatu yang harus didiskusikan. Pada saat itu, Jane sedang ke kamar untuk mengambil buku novel teenlit-nya yang baru ia beli dari toko buku.
"Anna, tadi pagi aku dapat undangan dari keluarga Wroughton. Mereka mengundang kita untuk hadir dalam pesta keluarganya.", kata Michael membuka pembicaraan.
"Keluarga Wroughton ? Tetangga baru kita itu ? Untuk apa mereka membuat pesta ?", tanya Anna.
"Mereka katanya mau berkenalan lebih dekat dengan tetangga2nya... termasuk kita. Kalau kata mereka, seperti acara sosialisasi begitu..."
"Oh... kapan pestanya ?"
"Hari Minggu, Anna. Tapi masalahnya satu. Saya buka organizer saya dan ternyata saya ada acara. Saya harus jadi komentator di SportsCenter dan di pertandingan American Football malam harinya. Sepertinya saya tidak bisa hadir di acara itu. Apa kau bisa hadir di acara itu, Anna ?"
"Hari Minggu ya ? Well... sebenarnya saya juga tidak bisa hadir. Saya ada janji bertemu dengan klien di pameran bunga. Saya akan mengambil stok bunga untuk dijual pada hari Senin. Stok yang diambil cukup banyak, jadi mungkin akan memakan waktu yang lama pula."
"Jam berapa janji bertemunya ?"
"Sekitar jam setengah 12 siang. Segera setelah tokonya buka. Saya harus buru2 ambil pesanannya sebelum ada orang lain yang mengambilnya. Kalau sampai ada orang lain yang mengambilnya lebih dulu, akan jadi merepotkan, karena saya harus menunggu lebih lama."
"Kira2 berapa lama waktu untuk mengambil stoknya ?"
"Lumayan... sekitar 3-4 jam. Barang yang saya pesan kebetulan cukup banyak, dan proses pengepakannya butuh waktu yang lama. Kalau semuanya lancar, kurang lebih waktunya selama itu."
"Berarti memang kamu juga tidak bisa hadir... bagaimana ya ? Sayang juga kalau tidak ada yang datang... apalagi, saya dengar... semua tetangga2 kita akan hadir di acara itu. Nggak enak juga kalau misalnya tidak ada satupun dari kita yang datang. Kita butuh seseorang yang bisa jadi perwakilan... setidaknya, ada yang bisa mewakili kita untuk hadir di pesta itu, agar kita tidak malu sama tetangga..."
Tidak lama, datanglah Jane yang datang sambil membawa buku novelnya.
"Hi, Mom... Hi, Dad... maaf aku terlambat datang. Aku harus mengambil bukuku.", kata Jane.
"Tidak apa2, Jane. Silakan duduk.", kata Michael.
Jane lalu menaruh buku novelnya dan duduk di kursi. Mengetahui kehadiran Jane, Anna pun mendapat ide, ia langsung membisikkannya pada Michael. Tak lama, Michael pun mengangguk dan Anna pun lalu berbicara pada Jane, yang saat itu baru saja selesai berdoa makan.
"Jane, boleh saya bicara sebentar denganmu ?", tanya Anna.
"Silakan, Mom... ada apa ?", jawab Jane.
"Jane, kamu tahu soal pesta keluarga Wroughton ?", tanya Anna lagi.
"Pesta keluarga Wroughton ? Oh, baru tadi siang Sarah mengundangku untuk hadir... dan aku harap Mom dan Dad bisa hadir di acara itu.", kata Jane.
"Sayangnya kami tidak bisa, sayang.", kata Anna.
"Lho, kenapa ? Sarah sudah memintaku untuk datang bersama kalian..."
"Tadinya kami juga ingin datang, Jane. Tapi ayah dan ibumu tak bisa. Ada pekerjaan yang harus kami lakukan. Ayahmu jadi komentator di pertandingan American Football dan ibumu ada urusan."
"Kita memintamu untuk mewakili keluarga datang ke acara itu, Jane.", kata Michael.
"Tapi... aku ingin sekali datang bersama kalian... Sarah pasti akan kecewa melihat aku datang sendirian.", kata Jane sedikit mengeluh.
"Maaf, Jane. Tugas tetap tugas. Saya harus standby dari jam 12 untuk memandu acaranya... kau tahu sendiri bahwa komentarku selalu ditunggu setiap kali pertandingan Minggu malam berlangsung."
"Sampaikan saja salam dari kami untuk keluarga Wroughton, dear. Hanya itu yang kami bisa.", kata Anna.
"Lebih tepatnya lagi, Anna, salam dan permohonan maaf. Mungkin kita bisa bertemu dengan keluarga Wroughton di lain waktu.", kata Michael menambahkan.
Jane pun terdiam sejenak. Dia sebenarnya merasa sangat kecewa pada Michael dan Anna. Dia ingin sekali datang ke pesta itu bersama kedua orangtuanya sehingga ia bisa mengenalkannya pada Sarah dan anggota keluarga Wroughton yang lain. Tapi ternyata keduanya tidak bisa datang dan itu berarti Jane harus datang ke acara itu sendirian. Ia tahu, Sarah pasti akan kecewa mengetahui ini, tapi setelah ia menyadari apa yang harus dilakukan oleh kedua orangtuanya pada hari itu, akhirnya Jane pun memutuskan untuk menerima tugas itu, dan pergi ke pesta itu sendirian.
"Baiklah, kalau memang Mom dan Dad ada urusan... aku akan berangkat sendiri.", kata Jane.
"Bagus. Kalau begitu acaranya hari Minggu jam 12 siang.", kata Michael sambil tersenyum.
"Kalau itu sih, aku sudah tahu dari Sarah...", kata Jane lagi.
"Well, baguslah kalau kamu sudah mengerti soal acaranya. Sekarang ayo kita lanjutkan makan malamnya.", kata Anna dengan perasaan senang.
Mereka pun lalu melanjutkan acara makan malamnya, dan selang 30 menit kemudian, acara makan malam pun selesai. Jane langsung kembali ke kamar setelah selesai makan, sementara Anna membereskan meja makan dan mencuci piring yang dipakai untuk makan malam, dan Michael kembali lagi ke sofa yang ada di ruang keluarga, ia duduk di sana dan menonton TV.
A few days later...
Hari itu hari Minggu, dan itu berarti pesta keluarga Wroughton resmi digelar. Tepat jam 12 siang, pintu gerbang rumah keluarga Wroughton dibuka, dan selang 10 menit kemudian, satu per satu tamu undangan datang ke rumah itu. Mereka semua memakai pakaian formal. Yang pria memakai jas, dasi, ada juga yang memakai rompi, kemeja, celana panjang, dan sepatu pantofel, sementara yang wanita memakai blazer, dalaman, rok panjang selutut, dan sepatu high heels. Ada juga yang memakai hiasan di kepala. Keluarga Wroughton sendiri juga memakai busana formal. Semua prianya memakai jas dan dasi, sama seperti tamunya, dan yang wanita memakai gaun berwarna merah dengan bros bunga mawar di dada kanannya dan sepatu high heels warna merah. Sarah sendiri memakai gaun terusan berwarna pink dengan belt berwarna hitam. Dia juga memakai bros bunga mawar di dada kanannya, dan ia juga memakai kalung hati. Dia memakai sepatu high heels warna hitam, dan kuku tangannya dicat dengan warna pink, menyesuaikan dengan warna gaunnya. Di kepalanya juga ada hiasan kepala berupa topi bergaya Inggris dengan detail bunga mawar dan pita yang berwarna pink. Ia mendapatkannya dari sebuah butik beberapa hari sebelum acara ini berlangsung. Rambutnya yang biasanya lurus kini menjadi ikal dan bergelombang. Ketika ia berdandan sebelum acara ini dimulai, dia menyempatkan diri untuk mengerol rambutnya dengan pensil, sumpit, dan rol rambut. Itu yang membuat rambutnya memiliki pola gelombang yang bervariasi. Di tangan kirinya terdapat sebuah jam sport yang tali jamnya berwarna pink. Jam ini adalah jam yang biasa Sarah pakai kemana-mana. Ketika acara sudah berlangsung, Sarah terus berdiri di depan rumah, menunggu kedatangan Jane. Jane memang sudah berjanji padanya akan datang ke acara itu.
183 Glendale Park Road, London, England.
Sementara itu di rumahnya, Jane sedang memilih-milih pakaian untuk dipakai dalam acara pesta keluarga Wroughton itu. Dia membongkar semua isi lemari pakaiannya dan mengambil semua koleksi gaun yang ia punya. Dia lalu menaruhnya di atas tempat tidurnya dan lalu mulai memilih pakaiannya. Satu per satu gaun itu ia ambil dan ia coba di depan cermin wardrobe-nya. Ia sampai bolak-balik dari cermin wardrobe-nya ke tempat tidurnya untuk mencoba gaunnya. Setelah 15 menit ia memilih, akhirnya dia mengambil sebuah gaun terusan berwarna merah, dengan belt warna putih, tas tangan warna merah, dan sepatu high heels warna merah. Sesudah ia menentukan apa yang akan ia pakai untuk acara itu, Jane memasukkan kembali semua pakaian2nya yang lain ke dalam lemari, dan lalu bersiap untuk mandi.
Setelah ia mandi, Jane langsung berpakaian. Ia memakai semua pakaian yang sudah ia pilih, lalu berdandan, dan setelah semuanya sudah siap, ia lalu bersiap untuk pergi. Sebelum ia keluar dari kamarnya, ia mengambil sesuatu dari wardrobe-nya, sebuah kotak berwarna hitam yang biasa ia sembunyikan di balik pakaian2nya. Kotak itu lalu ia buka, dan di dalamnya terdapat kalung salib yang biasa ia pakai. Ia lalu mengambilnya dan memakainya. Setelah itu ia kembali ke cermin wardrobe-nya untuk memeriksa apakah penampilannya sudah bagus atau belum. Setelah dirasa bagus, Jane lalu menaruh lagi kotak kalungnya itu ke dalam wardrobe-nya dan lalu mengambil tas tangannya. Ia pun pergi ke pesta keluarga Wroughton itu.
Jarak rumah Jane ke rumah keluarga Wroughton tidak terlalu jauh. Untuk mencapainya, Jane hanya cukup menyeberang jalan saja. Alamat rumah keluarga Wroughton adalah 180 Glendale Park Road, sementara alamat rumah Jane adalah 183 Glendale Park Road. Kedua rumah itu hanya berbeda dua rumah saja, jadi keduanya cukup dekat! Di sebelah rumah keluarga Schelley adalah rumah nomor 182, dan rumah itu tepat ada di depan rumah keluarga Wroughton, sementara di sebelah rumah keluarga Wroughton, adalah rumah nomor 181, rumah itu tepat di depan rumah keluarga Schelley. Kedua rumah itu ada dalam posisi silang! Makanya nggak heran kalau kedua rumah itu dekat banget. Itu hanya sekedar informasi saja untuk membantu kalian lebih mengerti soal seberapa dekatnya rumah keluarga Schelley dan keluarga Wroughton, sekarang kita lanjutkan ceritanya. Jane sudah tiba di rumah keluarga Wroughton, dan saat itu kondisinya sangat ramai sekali. Banyak tamu yang berkumpul dan ngobrol2 di tempat itu. Di halaman rumah, tidak ada hiasan apa2, tapi ada banyak tamu undangan yang ngobrol2 di sana, sambil merokok atau menikmati hidangan yang disajikan di pesta itu. Jane tidak lama melihat mereka, ia langsung berjalan menuju ke tangga rumah, dan ternyata di sana, Sarah sudah menunggunya.
"Hi, Jane! Akhirnya kamu datang juga! Aku sudah menunggumu dari tadi...", kata Sarah yang sangat senang begitu melihat Jane datang ke pesta itu.
"Hi, Sarah! Maaf aku terlambat... aku tadi memilih-milih baju yang tepat untuk acara ini dulu... aku nggak mau bikin kamu kecewa di pesta ini... omong2, kamu cantik sekali. Aku suka rambutmu...", kata Jane.
"Terima kasih, Jane... kamu juga... aku secara khusus mengerol rambutku ini untuk acara ini... mudah2an masih bisa tahan hingga kuliah besok. Eh, ke mana orangtuamu ?", tanya Sarah.
"Oh... sayang sekali mereka tidak bisa datang. Mereka ada urusan... aku padahal ingin sekali membawa mereka ke pesta ini... aku minta maaf, Sarah...", jawab Jane sedikit menyesal.
"Oh, oke... aku mengerti. Nggak apa2 kok... mungkin sekarang orangtuamu sedang sibuk."
"Ya, kurang lebih seperti itu. Apa saya belum terlambat untuk pestanya ?"
"Ummm... belum. Waktu kita masih panjang... ayo, kita masuk... aku harap kamu menikmati pestanya..."
"Thanks, Sarah...", kata Jane sambil tersenyum.
Sarah dan Jane lalu masuk ke dalam rumah.
180 Glendale Park Road, London, England.
Di dalam rumah keluarga Wroughton yang sangat mewah dan minimalis itu, Sarah memperlihatkan semua isi rumahnya pada Jane. Mulai dari ruang tamu, ruang keluarga yang sangat besar, ruang makan, ruang musik, ruang baca, hingga dapur. Sarah sengaja tidak memperlihatkan kamar2 di rumah itu karena khawatir kedua orangtuanya akan marah kalau ia memperlihatkannya pada orang lain. Setelah memperlihatkan seperti apa isi rumahnya, Sarah mengajak Jane untuk mencicipi semua makanan dan minuman yang disajikan di pesta itu, yang semuanya ada di ruang makan. Ada kue2, puding, salad, dan jus yang tersedia di sebuah meja khusus yang ada di ruang makan itu. Jane ikut mencoba semua makanan itu bersama tamu2 lain yang juga ada di acara itu, ditemani oleh Sarah. Jane merasakan bahwa makanan2 itu sangat enak, dan Sarah bilang kalau itu adalah masakan ibunya, seperti yang dulu ia janjikan pada Jane. Jane sangat senang, dan kemudian menanyakan soal kedua orangtuanya pada Sarah. Sarah pun langsung teringat dengan niatnya untuk mengenalkan Jane pada kedua orangtuanya dan juga pada kakak2nya. Akhirnya, Sarah pun mengajak Jane untuk bertemu dengan keluarganya. Sarah lalu membawa Jane ke ruang keluarga, tempat di mana keluarga Wroughton sedang berkumpul mengobrol dan menerima tamu2 yang datang. Di ruang keluarga itu, hanya ada tiga orang anggota keluarga Wroughton yang menerima tamu. Ditambah dengan Sarah, maka anggota keluarga Wroughton yang ada di ruangan itu empat orang. Sarah pernah bilang pada Jane kalau anggota keluarga Wroughton itu ada lima orang. Orangtuanya, dua orang kakak laki2, dan dirinya. Berarti, siapa anggota keluarga Wroughton yang menghilang itu ?
Sarah mengantar Jane untuk bertemu dengan kedua orangtuanya. Orangtuanya Sarah sama2 memakai pakaian formal dan berdiri di depan perapian yang saat itu apinya sedang padam. Di atas perapiannya terdapat sebuah jam meja yang terbuat dari porselen dengan hiasan yang cukup rumit. Tepat di atas jam itu terdapat sebuah lukisan besar keluarga Wroughton. Kedua orangtua keluarga Wroughton duduk di sofa, sementara ketiga anaknya berdiri di belakangnya, dengan Sarah berada di tengah, diapit oleh kedua kakak laki2nya yang bertubuh tinggi besar. Hanya saja, salah satu diantara kakak laki2nya itu ada yang bertubuh lebih besar dibandingkan yang lainnya. Yang pasti, Sarah terlihat kecil dibandingkan dengan kedua kakaknya itu, meskipun dia memiliki badan yang cukup tinggi juga. Tinggi badan Sarah 178 cm. Berbeda delapan cm dari Jane, yang hanya memiliki tinggi 170 cm. Lukisan besar itu dihiasi dengan pigura khusus yang terbuat dari kayu berukir dan terdapat coat of arms keluarga Wroughton di bagian atas piguranya. Di kiri-kanan lukisan itu terdapat beberapa foto2 keluarga Wroughton yang lain. Sekarang kembali ke orangtuanya Sarah. Kedua orangtuanya Sarah sama2 memakai pakaian formal. Ayahnya Sarah memakai jas abu2 dengan coat of arms keluarga Wroughton dibordir di dada kanannya, rompi abu2, dasi abu2, kemeja putih, celana abu2, kaus kaki abu2, dan sepatu pantofel hitam. Di tangan kirinya terdapat jam Rolex berwarna emas. Rambutnya hitam kecoklatan, masih belum terlihat beruban meskipun ia sudah cukup dewasa. Rambutnya disisir belah tengah. Ia selalu tersenyum pada setiap tamu yang datang. Tingginya sekitar 180-an cm, badannya tegap, dan warna matanya biru. Ia tidak memakai kacamata. Sementara ibunya Sarah berada di sebelah kanannya, tingginya sekitar 170-an cm, tapi lebih pendek daripada Sarah, rambutnya juga hitam kecoklatan, panjang sebahu, dan terurai. Sedikit ikal dan bergelombang, tapi tidak seikal Sarah. Warna matanya biru, ia memakai lipstick merah, dia memakai kalung yang bagian bandulnya berbentuk lingkaran. Kata Sarah, kalung itu bisa dibuka, dan ada foto di dalamnya. Itu adalah kalung kesukaan ibunya. Kalungnya terbuat dari emas, dan ada ukiran di bagian bandulnya. Ibunya Sarah memakai gaun berwarna merah, ujungnya berada di bawah lutut, dengan pola kerah yang lebar, dan di gaun itu lengannya panjang. Ada detail bunga di bagian kerahnya, dengan detail pita di bagian tengah kerahnya. Di dada kanannya, terdapat bros bunga mawar. Di tangan kirinya, terdapat sebuah jam Alexandre Christie berwarna silver. Dia memakai sepatu high heels warna merah, dan dia tidak mengecat kukunya. Sarah bilang, ibunya tidak terlalu suka mengecat kuku. Ia selalu berusaha untuk tampil se-natural mungkin dalam setiap acara, dan itulah yang membuatnya tetap terlihat cantik.
Sarah lalu perlahan mendekati kedua orangtuanya, di saat mereka sedang tidak menerima tamu. Jane berada di belakangnya, dan ia memberitahukan pada keduanya bahwa ada seseorang yang ingin Sarah perkenalkan pada keduanya.
"Mom, Dad...", kata Sarah pada keduanya. "Aku mau perkenalkan seseorang pada kalian."
"Wah... siapa itu, Sarah ? Sepertinya ia orang yang spesial...", kata ayahnya.
Sarah lalu mengajak Jane untuk maju sedikit lebih dekat, dan lalu Sarah memperkenalkannya.
"Ini teman saya. Kebetulan, dia tinggal di seberang rumah kita... yang dulu aku ceritakan itu... namanya Jane Schelley. Jane, ini ayahku, Michael Wroughton.", kata Sarah memperkenalkan Jane pada ayahnya.
"Oh, ini teman barumu itu... hai, Jane... saya Michael Wroughton. Michael James Archibald Wroughton. Saya ayahnya Sarah.", kata Michael Wroughton sambil menjabat tangan Jane.
"Halo, Mr. Wroughton, senang bisa berkenalan dengan Anda.", kata Jane.
"Oh maaf, jangan panggil saya Mr. Wroughton. Panggil saja saya Michael.", kata Michael lagi.
"Tapi saya lebih senang memanggil Anda Mr. Wroughton... ayah saya juga bernama Michael."
"Hmmm ? Baiklah, aku bisa mengerti itu. Tapi saya berpikir kalau panggilan Mr. Wroughton terlalu formal untuk gadis seperti Anda. Tapi tidak apa2."
"Baik, Mr. Wroughton."
"Sejak kapan kau mengenal Sarah, Jane ?", tanya Michael.
"Ummm... sejak kurang lebih tiga minggu yang lalu. Ketika hari pertama ia masuk kuliah."
"Wow. Sepertinya kalian cepat akrab. Tidak biasanya ada anak baru yang bisa langsung akrab dengan teman barunya pada hari pertama ia masuk sekolah..."
"Kebetulan saya dan Sarah teman sebangku. Kita sering ngobrol2 bareng, belajar bareng, makan bareng... akhirnya kita langsung akrab."
"Wah, bagus sekali. Aku harap kau bisa membantu Sarah untuk beradaptasi di sekolahnya. Ia masih sangat baru di tempat itu... dan pastikan kau menjaganya dengan baik."
"Pastinya, Mr. Wroughton. Aku janji."
"Good. Aku pegang janjimu.", kata Michael sambil menepuk bahu Jane.
Perkenalan Jane dan Michael Wroughton selesai. Sekarang Sarah mengenalkan Jane pada ibunya.
"Mom, kenalkan... ini temanku, Jane Schelley. Jane, ini ibuku, Roseanne Wroughton.", kata Sarah mengenalkan Jane pada ibunya.
"Halo, Jane... kau terlihat cantik sekali. Saya Roseanne Georgiana Parker-Wroughton. Kau temannya Sarah ?", kata Roseanne sambil menjabat tangannya Jane. Michael melihat perkenalan Jane dan Roseanne dari sebelahnya.
"Terima kasih, Mrs. Wroughton... ya, saya temannya.", kata Jane sambil tersenyum.
"Jangan panggil saya Mrs. Wroughton, Jane. Panggil saya Rose.", kata Roseanne lagi.
"Rose ? Seperti di film Titanic itu ?"
"Ya... tapi saya tidak jadi korban kapal tenggelam.", kata Rose sedikit bercanda.
"Hahaha... jadi cukup Rose saja ?"
"Ya. Rose saja. Mrs. Wroughton terlalu formal. Saya dan Michael tidak terlalu suka dengan panggilan seperti itu. Terlalu formal. Kami lebih senang dipanggil dengan nama kami saja..."
"Oke, baiklah."
"Satu hal lagi, Jane. Santai saja. Jangan merasa terbebani dengan formalitas. Itu hanya hiasan saja. Nikmati saja hidupmu dan santai saja.", kata Roseanne.
"Oke, Mrs. Wroughton... or Rose..."
"Rose saja. Make it simple. Hahahaha..."
"Hahaha...", kata Jane yang sepertinya masih cukup berat untuk memanggil seseorang dengan namanya. Ia berusaha menghilangkan rasa beratnya itu dengan tertawa.
Perkenalan Jane dan Roseanne sudah selesai. Jane lalu membawa Sarah sedikit menjauh dari kedua orangtuanya. Sepertinya ada yang ingin sekali Jane bicarakan pada Sarah.
"Emangnya kedua orangtua kamu begitu ya ? Orangnya santai banget, gitu ya ?", tanya Jane penasaran.
"Ya, seperti itulah mereka. Kalau aku bilang, ayah dan ibuku itu sudah dalam level dimana mereka lebih memilih untuk menikmati hidup mereka. Mereka udah nggak punya beban hidup lagi. Yah, anggap saja mereka udah enjoy dengan hidup mereka. Jadi wajar saja kalau seperti itu.", kata Sarah menjelaskan.
"Pantesan... santai banget mereka... jadi mereka hanya menikmati hidup mereka saja ?"
"Yap, betul sekali. Ayah dan ibuku memang seperti itu. Jadi maklumi saja ya..."
"Oke deh... nanti aku coba... aku kira, keluargamu itu... cukup tough..."
"Keluargaku beda dari yang lain. Kita bisa menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada sekarang kok..."
"Well, baiklah... mungkin setelah ini saya akan coba untuk lebih santai saat berkenalan..."
"Bagus deh... tapi hati2... bisa saja orang yang kamu kenal berikutnya, setelah keluargaku, tidak seperti keluargaku. Jadi, formalitasnya tetap dijaga ya..."
"Pastinya. Kalau untuk orang lain sih, aturannya tetap sama... kalau untuk ini, pengecualiannya."
"Good. Just enjoy it, okay ?"
"Okay, Sarah..."
Sarah lalu mengajak Jane untuk bertemu dengan anggota keluarga Wroughton yang lain. Kali ini, yang akan diperkenalkan pada Jane adalah orang yang Sarah sebut sebagai kakak keduanya. Dia berada tidak jauh dari Michael dan Rose. Dia berdiri hanya beberapa langkah dari keduanya. Orangnya tinggi besar, tingginya sekitar 190-an cm, badannya juga tegap, kekar, dan punya tubuh seperti pemain American Football. Meskipun begitu, dia cukup ganteng dan good looking. Rambutnya di-gel, sedikit gondrong, dan warnanya hitam kecoklatan. Warna matanya biru, dan ia cukup banyak tersenyum pada para tamu yang datang. Dia memakai jas hitam, dengan coat of arms keluarga Wroughton di dada kanannya, dasi hitam, kemeja putih, celana hitam, kaus kaki putih, bisa terlihat dari celananya yang sedikit ngatung, dan sepatu sport hitam. Tangannya ia masukkan ke dalam kantong celananya, sehingga tidak jelas apakah dia memakai jam atau tidak. Sejak tadi, dia melihat-lihat ke arah Sarah dan Jane. Sepertinya dia penasaran dengan orang yang ada di samping Sarah itu. Sarah lalu mendatanginya dan memperkenalkan Jane.
"Hi, Sean! Aku mau kenalkan temanku nih... namanya Jane. Jane Schelley. Dia anak tetangga yang dulu aku ceritakan itu...", kata Sarah mengenalkan Jane pada Sean, dengan gaya yang santai.
"Hallo, aku Jane.", kata Jane sambil mengajak Sean untuk berjabat tangan.
"Hallo, Jane. Aku Sean Wroughton. Sean Anthony Archibald Wroughton. It's nice to see you.", kata Sean sambil menjabat tangan Jane. Jabatan tangannya sangat kuat hingga Jane harus sedikit menahan sakit.
"It's nice to see you... too...", kata Jane sambil memegangi tangannya yang sedikit sakit gara2 jabatan tangan Sean yang sangat kuat.
"Oh, apa kau baik2 saja ? Sepertinya ada yang salah saat saya menjabat tangan kamu..."
"Aku nggak apa2 kok... ini hanya... kesalahan teknis saja kok... hehehehe..."
"Well... hahahaha... so, sejak kapan kamu mengenal Sarah ?"
"Ummm... sejak hari pertama dia masuk kuliah."
"Wow. Kalian langsung berkenalan dan langsung akrab seperti ini ? Hebat! Biasanya anak baru cenderung malu2 saat hari pertama ia kuliah..."
"Justru kalau kita tidak. Kita... langsung kenalan, dan setelah itu jadi teman akrab seperti sekarang... kebetulan kita satu meja saat kuliah... kurang lebih seperti itu."
"Oh, jadi kalian teman sebangku ? Pantas saja kalian langsung akrab. Bagus deh... Aku harap kamu bisa bantu Sarah menjalani hari2 pertamanya di kampus dengan baik ya..."
"Oh, pastinya. Aku janji."
"Good. Kalau seperti ini jadinya maka Sarah nggak perlu kebingungan lagi untuk beradaptasi di kampusnya karena sudah ada yang menemaninya. Ya kan, Sarah ?", kata Sean pada Sarah.
"Ya, Sean. Hahaha...", kata Sarah sambil menepuk bahu Jane. Jane sendiri hanya bisa tersenyum pada Sarah.
Tak lama, Michael memanggil Sean. Ada sesuatu yang harus dibicarakan oleh keduanya. Itu berarti, perkenalan Jane dan Sean sudah selesai. Setelah Sean pergi, Jane mengajak Sarah ngobrol lagi.
"Kakakmu ganteng juga...", kata Jane mengomentari Sean pada Sarah.
"Oh ya dong... kakak2ku semuanya ganteng2... orangnya juga baik kok... tangan kamu nggak apa2 ?", kata Sarah sambil memeriksa tangan Jane.
"Nggak apa2 kok... jabatan tangan kakakmu itu... keras banget... sampai sakit jadinya..."
"Tapi nggak apa2 kan ?"
"Nggak apa2 sih... nggak usah dipikirin kok, nanti juga sembuh sendiri..."
"Bagus deh...", kata Sarah sambil memegangi tangannya Jane.
"Oh, ya... kamu tadi sempat bilang kalau kamu punya kakak lagi. Di mana kakakmu yang lain itu ?"
"Nah itu dia... dia masih di atas, dan sampai sekarang belum keluar2... ayah dan ibuku udah nungguin nih dari tadi... duh, kemana sih dia..."
"Mungkin dia masih berpakaian ?"
"Bisa jadi. Tapi biasanya dia nggak pernah berpakaian selama ini..."
"Apa jangan2 kakakmu pemalas ?"
"Nggak kok. Kakakku bukan pemalas. Cuma memang dia nggak terlalu bersemangat mempersiapkan acara ini... dia orangnya agak pendiam gitu..."
"Misterius gitu maksudnya ?"
"Sedikit. Tapi dia nggak tertutup. Kalau aku ngobrol sama dia pasti dia jawab kok..."
"Berarti kakakmu yang ini orangnya seperti apa ya ?"
"Nggak tahu deh... susah dijelaskan..."
Tidak lama, orang yang sedang dibicarakan oleh Sarah dan Jane itu pun datang. Dia menuruni tangga dan sempat melihat keramaian yang ada di ruangan itu. Rambutnya juga di-gel, seperti Sean, dan warnanya hitam kecoklatan. Matanya biru cerah. Dia memakai jas hitam dengan tanda coat of arms keluarga Wroughton di dada kanannya, rompi hitam, dasi hitam, kemeja hitam, celana hitam, kaus kaki putih, dan sepatu hitam. Dia memakai jam Breitling di tangan kirinya, dan ekspresi wajahnya sangat tenang. Ia cukup diam, mulutnya terkunci rapat. Tapi dia tidak tertutup. Setelah ia turun dari tangga, ia langsung berbaur dengan orang2 yang ada di ruangan itu, dan itu membuat semua anggota keluarga Wroughton yang lain merasa senang.
Orang itu lalu mendekati Michael, Roseanne, dan Sean. Bahkan orang itu dan Sean sempat tos bareng. Michael sempat berbicara dengannya, sepertinya keduanya membicarakan mengapa orang itu datang terlambat. Mereka berbicara secara berbisik-bisik, agar tidak ada orang yang tahu. Tidak lama, obrolan mereka pun berhenti, dan setelah itu ia berdiri di samping Michael, menyambut para tamu yang makin banyak berdatangan. Sarah pun memberitahukan pada Jane sambil berbisik, kalau orang itu adalah kakak pertamanya. Dialah orang yang dimaksud itu. Sarah pun langsung mengajak Jane untuk berkenalan dengannya. Ia lalu membawa Jane ke depan orang itu, dan memperkenalkannya.
"Hai, Randy... aku mau perkenalkan teman baruku... namanya... Jane. Jane Schelley. Jane, ini kakak pertamaku, Randy Wroughton.", kata Sarah memperkenalkan Jane pada orang itu.
"Hai... apa kabar ?", kata Randy sambil menjabat tangan Jane dengan tersenyum.
"Hai... aku baik. Senang bisa berkenalan denganmu.", kata Jane sambil menjabat tangan Randy.
"Senang bisa berkenalan denganmu. You look pretty... so pretty."
"Thank you."
"Did you enjoy the party, Miss... ?"
"Schelley. Jane Schelley."
"Jane Schelley ? That's a nice name. Precious gift."
"Wow... precious gift ? My mom once said that's my name's meaning. How do you know that ?"
"I read it from the book. Once I read it. Jane means previous gift, and I believe, you are the previous gift that God give to your parents..."
"Awww... that was so sweet. Love that. You didn't read my mind, right ?"
"No, I didn't read your mind... we've just meet... what I know from your mind... I didn't know anything."
"I said that because you know very well about my name."
"I just know it from the books. I didn't know if it's true or not. But, the books have said that."
"Seems like you love reading."
"No, I'm just enjoy it."
"Hmm... that's great. You enjoy it. Like it."
"Do you also enjoy reading ?"
"Ummm... yes. I love reading novels."
"What kind of novels do you like ?"
"Teenlits. Teen novels, do you know it ?"
"A little bit. I love reading magazine, newspapers... what the adults read."
"You should try to read teenlits. It's good for you. How old are you ?"
"23. 23 years old. Can I read that ?"
"Ummm... you are a little bit to old."
"Hahahaha... I know that I can't read that. How old are you ?"
"19 years old..."
"19 ? For a 19-year-old girl, seems like that's a good book for you."
"How do you know that ? Did you once read teenlits ?"
"I stole it from Sarah. Just want to know. She have a lot of teenlits on her room. That's fine because she's a high school girl. That book is good for the high school girls."
"That's also good for college girl. For the first year like me ?"
"Yeah maybe. I didn't know more about that book. I just read it for a few pages and I get bored. The story is not good for me. Too young for that."
"Hmmm... I see. That's why you recommend that for the high school girls, isn't it ?"
"Yes..."
"Well, I see that."
Sarah melihat Jane dan Randy cukup akrab. Mereka berdua membicarakan soal buku dan mereka ngobrol secara lancar tanpa malu2. Sarah sangat senang melihat Jane yang bisa sangat pede ngobrol dengan kakak pertamanya, yang selama ini memang tidak terbiasa ngobrol dengan orang yang tidak dikenal. Tapi ia bisa mengerti mengapa Randy bisa seperti itu. Itu karena topiknya yang cukup enak dan sesuai dengan apa yang Randy sukai. Ia pun memutuskan untuk ikut dalam pembicaraan itu.
"Sepertinya kalian berdua langsung akrab...", kata Sarah.
"Accidentally. Dia sangat enak diajak berbicara.", kata Jane.
"Yah, kalau topiknya ia suka. Kalau tidak, ia akan lebih banyak diam."
"Oh, begitu. Benarkah itu, Randy ? Ummm... bolehkah aku memanggilmu demikian ?"
"Itu memang panggilanku. Ya, Jane. Aku hanya lancar berbicara jika topiknya pas. Kalau tidak, kau akan melihatku lebih banyak diam. Ya, saya memang aslinya pendiam.", kata Randy.
"Well, sepertinya kau harus mulai lebih banyak berani untuk bicara pada topik lain..."
"Do you think I can ?", tanya Randy.
"Menurutmu ?"
"Ummm... tergantung. Tergantung mood."
"I see that. Is your mood flowing ?"
"Flowin' like a jazz. Sometimes it's good, sometimes it's bad. And when it turns bad, you should be careful."
"Why ? Because you will angry when you're in badmood ?"
"100 for you. I'm gonna be explode."
"Like a bomb or something ?"
"More than that."
"Atomic bomb ?"
"Tsar bomb. Nuclear. That's why you should be careful."
"Wow. I can't imagine if you are angry right now in the front of me. Seems like this house will gonna be explode..."
"Hahahaha... not for now. Maybe later. There will be a lots of damages and victims if I explode now. Even, I'm in the good mood. Good mood after I see your face. So beautiful. So pretty."
"Awww... thank you... that was very touching."
"Lovely. You are."
"Thanks."
Randy lalu melihat jamnya, dan saat itu jam sudah menunjukkan pukul 2:15 siang. Randy sempat berbisik pada ayahnya untuk pergi sebentar, dan ayahnya pun memperbolehkan. Randy ingin sekali mencoba makanan yang ada di acara ini, jadi ia harus pergi. Ia pun berpamitan pada Jane.
"Jane, I'm so sorry. I have to leave you for a while. I want to taste some foods here. My mom made it, so if I didn't try it, she must be so upset. Are you hungry ?", kata Randy.
"No. I'm already eat. It's very delicious.", kata Jane.
"Good. Sarah, have you eat ?", tanya Randy pada Sarah.
"Ummm... already, Randy. I'm done.", jawab Sarah.
"Well, it means I will try my Mom's food by myself. So, till we meet again..."
"Yeah, till we meet again."
Randy lalu pergi dan meninggalkan Jane dan Sarah. Tapi baru beberapa langkah berjalan, Randy mendatangi lagi Jane dan mengucapkan sesuatu, sambil melihat wajahnya.
"I hope this is not the last time we meet. I really want to know more about you...", kata Randy.
"Me too. I also want to know more about you. You seems like a nice guy.", kata Jane.
"Good. Now enjoy the party, God's previous gift..."
"Thank you."
Randy lalu pergi. Benar2 pergi. Sarah pun kemudian bertepuk tangan di hadapan Jane. Di mata Sarah, Jane telah berhasil membuat Randy tertarik padanya. Ia pun merasa salut padanya. Ia pun kemudian berbicara lagi pada Jane. Tugas Sarah memperkenalkan Jane pada semua anggota keluarga Wroughton sudah selesai.
"Well, well... sepertinya kau berhasil membuat Randy tertarik padamu.", kata Sarah.
"Thanks, Sarah... tapi ini baru awal. Aku kan cuma berkenalan saja dengannya.", kata Jane.
"Tapi dari perkenalan itu, aku bisa lihat kalau kamu cukup akrab. Siapa tahu kamu suka dengannya..."
"No, aku nggak suka dengannya. Aku kan baru kenalan dengannya..."
"Siapa tahu saja... menurutku, kamu sudah cukup akrab dengannya."
"It's impossible. Mana mungkin dari kenalan langsung jadi suka ? Butuh waktu untuk bisa suka pada seseorang... kau tahu itu, kan ?"
"Tapi kan bisa saja... love at the first sight ?"
"No, aku nggak percaya dengan itu. You need a time to love someone, especially if you just know him a few minutes ago. That's impossible..."
"Jadi, kamu nggak percaya soal love at the first sight ? Jangan bohong deh!"
"No, I'm serious, Sarah. I didn't wrong. I didn't believe that... it's true."
"You should think it again. But that's fine if you didn't believe that... I'm just guessing. Jadi, sekarang aku sudah memperkenalkanmu pada keluargaku. One day, kamu harus perkenalkan aku pada keluargamu."
"Memangnya harus ?"
"Harus dong, Jane... karena aku juga ingin tahu seperti apa keluargamu. Siapa tahu, keluarga kita bisa jadi teman baik... atau relasi baik, begitu..."
"Well... kalau begitu tunggu tanggal mainnya."
"Good. Love that one. Kalau begitu, sekarang kita lanjutkan pestanya..."
"Oke, Sarah... let's party again!"
Jane dan Sarah pun kemudian melanjutkan pestanya. Mereka bersenang-senang di dalam pesta itu, saling berfoto bersama, dan bermain-main di tempat pesta itu. Mereka juga ngobrol2 bareng di tangga dekat ruang keluarga ketika para tamu mulai banyak yang meninggalkan tempat pesta. Mereka berdua sangat senang bisa bertemu dan menghabiskan waktu bersama, di luar sekolah. Mereka bahkan bercerita tentang hal2 yang bersifat pribadi, meskipun masih dalam garis besarnya. Saking asyiknya mereka ngobrol2, Jane sampai lupa waktu, dan baru pulang 30 menit setelah pesta berakhir. Ketika ia pulang, Sarah yang mengantarnya hingga ke pintu gerbang. Ketika Sarah sedang mengantar Jane pulang itu, Randy dan Sean melihat keduanya dari teras rumah, tapi tidak lama. Sean masuk ke rumah lebih dulu, sementara Randy masih melihat keduanya hingga Jane keluar dari pintu gerbang. Sepertinya dalam hatinya Randy sudah ada perasaan terhadap Jane, dan Jane juga mempunyai perasaan itu. Hanya saja, mereka berdua memilih untuk merahasiakannya. Mereka masih malu2 untuk mengungkapkan. Maklum, mereka baru pertama kali bertemu dan baru kenalan, jadi mereka masih perlu waktu yang lama untuk dapat memberanikan diri mengungkapkan perasaannya. Yang pasti, keduanya sudah bertemu, dan inilah yang kemudian menjadi awal dari perjalanan cinta Jane Schelley berikutnya. Seperti apa kelanjutannya ? Tunggu cerita berikutnya.
Di cerita berikutnya, Jane Schelley mengalami sebuah peristiwa yang akan mengantarkannya menuju perkenalannya yang lebih intensif dengan keluarga Wroughton. Bagaimana bisa ? Apa hubungannya peristiwa itu dengan keluarga Wroughton ? Apa yang kemudian Jane dapatkan dan ketahui dari keluarga itu ? Tunggu cerita berikutnya.
London School, London, England.
Sementara itu di tempat lain, tepatnya di London School, Jane dan Sarah ngobrol2 sambil berjalan keluar dari kampus. Kebetulan saat itu jam kuliah mereka sudah selesai, sehingga mereka bisa pulang. Biasanya, Jane selalu mengantar Sarah pulang, karena kebetulan mereka tinggal di jalan yang sama dan Sarah biasanya tidak dijemput saat pulang. Karena khawatir Sarah akan tersesat jika dia pulang sendirian, akhirnya Jane berbaik hati menawarkan tumpangan untuk pulang. Sarah bahkan diberi kebebasan untuk meminta diantar ke mana saja atau berhenti di mana saja untuk mampir sebentar. Tapi itu semua harus bilang dulu pada Jane, karena biasanya Jane akan langsung pulang ke rumah setelah jam kuliah berakhir. Nah, sekarang ceritanya... Jane dan Sarah sedang ngobrol2 sambil berjalan menuju ke tempat mobilnya Jane diparkir. Mereka mau pulang setelah mengikuti perkuliahan pada hari itu.
(Jane dan Sarah sedang membicarakan hal lain, dan kemudian berhenti sejenak, sambil berjalan)
"Oh, ya Jane... aku mau kasih tahu satu hal.", kata Sarah.
"Apa itu ?", kata Jane sambil melihat ke arah Sarah yang ada di sebelahnya.
"Hari Minggu nanti, keluargaku akan menggelar pesta. Datang ya..."
"Pesta ? Pesta apa ? Ada yang ulang tahun ya ?"
"Nggak kok... nggak ada yang ulang tahun... kita cuma ingin lebih dekat dengan tetangga2 kita saja. Anggap saja, ajang sosialisasi gitu... keluargaku ingin sekali mengenal lebih dekat orang2 yang tinggal di sekitarnya."
"Wow... hebat! Aku pasti akan datang ke acara itu... ada makanan enaknya nggak ?"
"Pastinya... tenang saja, ibuku akan memasak makanan terenak yang pernah ada untuk acara itu..."
"Sip deh kalau begitu... pestanya jam berapa ?"
"Siang hari. Dari jam 12 sampai jam 3. Kita nggak mau terlalu lama kok... yang penting bisa berkenalan dengan semua tetangga..."
"Oh gitu... baiklah, aku akan datang."
"Tapi kalau bisa, bawa keluarga kamu ya... keluargaku ingin sekali bertemu dengan keluargamu."
"Nanti aku pasti sampaikan kok... mudah2an keluargaku bisa datang."
"Bagus deh kalau begitu... kutunggu kehadiranmu dan keluargamu."
"Oke, Sarah..."
Tak lama kemudian, Jane dan Sarah sampai di tempat parkir mobilnya Jane. Mereka berdua lalu masuk ke dalam mobil, dan lima menit kemudian, mobil itu meninggalkan tempat parkir dan pergi kembali ke wilayah Glendale Park Road, tempat Jane dan Sarah tinggal.
Malam harinya, semua anggota keluarga Schelley berkumpul di ruang makan. Mereka akan makan malam. Sudah jadi kebiasaan bagi keluarga Schelley untuk selalu makan bersama di ruang makan saat makan malam. Michael duduk di kursi belakang, sementara Anna dan Jane duduk saling berhadapan. Satu kursi lain yang ada di depan Michael kosong. Anggota keluarga Schelley hanya tiga orang, jadi wajar kalau satu kursi lain kosong. Biasanya kursi yang kosong itu akan diberikan pada tamu apabila ada yang datang berkunjung ke rumah keluarga Schelley. Kebiasaan yang sering keluarga Schelley lakukan saat makan malam adalah satu, berdoa sebelum dan sesudah makan, dua, selalu ada buku untuk dibaca di samping piring yang dipakai untuk makan, mengingat keluarga Schelley adalah maniak membaca, dan yang ketiga, selalu ada pembicaraan diantara ketiganya jika sedang makan. Biasanya acara makan malam adalah saat untuk keluarga Schelley membicarakan banyak hal yang mereka alami, temukan, atau dapatkan sepanjang seharian penuh mereka beraktivitas. Anggaplah seperti acara curhat keluarga. Yang paling sering bercerita saat makan malam adalah Michael dan Anna. Jane lebih banyak mendengarkan mereka sambil membaca novel teenlit kesukaannya. Tapi kadang2 Jane juga suka ikut ngobrol dengan mereka, tapi tidak terlalu sering. Jane tidak suka bercerita tentang apa yang ia alami di kampusnya pada Michael dan Anna dalam acara makan malam. Jane lebih senang kalau ia menceritakan semuanya pada Anna di kamarnya. Jane memang sangat dekat dengan ibunya, dan dia memang sudah terbiasa untuk curhat pada ibunya. Menurut Jane, ibunya adalah pemberi saran terbaik yang ia punya. Apapun saran yang diberikan oleh ibunya, Jane selalu tahu kalau itu adalah yang terbaik untuknya, dan itu yang akan selalu ia pegang. Hari itu, topik pembicaraan keluarga Schelley adalah soal... undangan dari keluarga Wroughton itu. Michael sudah berencana untuk membawa urusan undangan ini pada acara makan malam ini, karena ada sesuatu yang harus didiskusikan. Pada saat itu, Jane sedang ke kamar untuk mengambil buku novel teenlit-nya yang baru ia beli dari toko buku.
"Anna, tadi pagi aku dapat undangan dari keluarga Wroughton. Mereka mengundang kita untuk hadir dalam pesta keluarganya.", kata Michael membuka pembicaraan.
"Keluarga Wroughton ? Tetangga baru kita itu ? Untuk apa mereka membuat pesta ?", tanya Anna.
"Mereka katanya mau berkenalan lebih dekat dengan tetangga2nya... termasuk kita. Kalau kata mereka, seperti acara sosialisasi begitu..."
"Oh... kapan pestanya ?"
"Hari Minggu, Anna. Tapi masalahnya satu. Saya buka organizer saya dan ternyata saya ada acara. Saya harus jadi komentator di SportsCenter dan di pertandingan American Football malam harinya. Sepertinya saya tidak bisa hadir di acara itu. Apa kau bisa hadir di acara itu, Anna ?"
"Hari Minggu ya ? Well... sebenarnya saya juga tidak bisa hadir. Saya ada janji bertemu dengan klien di pameran bunga. Saya akan mengambil stok bunga untuk dijual pada hari Senin. Stok yang diambil cukup banyak, jadi mungkin akan memakan waktu yang lama pula."
"Jam berapa janji bertemunya ?"
"Sekitar jam setengah 12 siang. Segera setelah tokonya buka. Saya harus buru2 ambil pesanannya sebelum ada orang lain yang mengambilnya. Kalau sampai ada orang lain yang mengambilnya lebih dulu, akan jadi merepotkan, karena saya harus menunggu lebih lama."
"Kira2 berapa lama waktu untuk mengambil stoknya ?"
"Lumayan... sekitar 3-4 jam. Barang yang saya pesan kebetulan cukup banyak, dan proses pengepakannya butuh waktu yang lama. Kalau semuanya lancar, kurang lebih waktunya selama itu."
"Berarti memang kamu juga tidak bisa hadir... bagaimana ya ? Sayang juga kalau tidak ada yang datang... apalagi, saya dengar... semua tetangga2 kita akan hadir di acara itu. Nggak enak juga kalau misalnya tidak ada satupun dari kita yang datang. Kita butuh seseorang yang bisa jadi perwakilan... setidaknya, ada yang bisa mewakili kita untuk hadir di pesta itu, agar kita tidak malu sama tetangga..."
Tidak lama, datanglah Jane yang datang sambil membawa buku novelnya.
"Hi, Mom... Hi, Dad... maaf aku terlambat datang. Aku harus mengambil bukuku.", kata Jane.
"Tidak apa2, Jane. Silakan duduk.", kata Michael.
Jane lalu menaruh buku novelnya dan duduk di kursi. Mengetahui kehadiran Jane, Anna pun mendapat ide, ia langsung membisikkannya pada Michael. Tak lama, Michael pun mengangguk dan Anna pun lalu berbicara pada Jane, yang saat itu baru saja selesai berdoa makan.
"Jane, boleh saya bicara sebentar denganmu ?", tanya Anna.
"Silakan, Mom... ada apa ?", jawab Jane.
"Jane, kamu tahu soal pesta keluarga Wroughton ?", tanya Anna lagi.
"Pesta keluarga Wroughton ? Oh, baru tadi siang Sarah mengundangku untuk hadir... dan aku harap Mom dan Dad bisa hadir di acara itu.", kata Jane.
"Sayangnya kami tidak bisa, sayang.", kata Anna.
"Lho, kenapa ? Sarah sudah memintaku untuk datang bersama kalian..."
"Tadinya kami juga ingin datang, Jane. Tapi ayah dan ibumu tak bisa. Ada pekerjaan yang harus kami lakukan. Ayahmu jadi komentator di pertandingan American Football dan ibumu ada urusan."
"Kita memintamu untuk mewakili keluarga datang ke acara itu, Jane.", kata Michael.
"Tapi... aku ingin sekali datang bersama kalian... Sarah pasti akan kecewa melihat aku datang sendirian.", kata Jane sedikit mengeluh.
"Maaf, Jane. Tugas tetap tugas. Saya harus standby dari jam 12 untuk memandu acaranya... kau tahu sendiri bahwa komentarku selalu ditunggu setiap kali pertandingan Minggu malam berlangsung."
"Sampaikan saja salam dari kami untuk keluarga Wroughton, dear. Hanya itu yang kami bisa.", kata Anna.
"Lebih tepatnya lagi, Anna, salam dan permohonan maaf. Mungkin kita bisa bertemu dengan keluarga Wroughton di lain waktu.", kata Michael menambahkan.
Jane pun terdiam sejenak. Dia sebenarnya merasa sangat kecewa pada Michael dan Anna. Dia ingin sekali datang ke pesta itu bersama kedua orangtuanya sehingga ia bisa mengenalkannya pada Sarah dan anggota keluarga Wroughton yang lain. Tapi ternyata keduanya tidak bisa datang dan itu berarti Jane harus datang ke acara itu sendirian. Ia tahu, Sarah pasti akan kecewa mengetahui ini, tapi setelah ia menyadari apa yang harus dilakukan oleh kedua orangtuanya pada hari itu, akhirnya Jane pun memutuskan untuk menerima tugas itu, dan pergi ke pesta itu sendirian.
"Baiklah, kalau memang Mom dan Dad ada urusan... aku akan berangkat sendiri.", kata Jane.
"Bagus. Kalau begitu acaranya hari Minggu jam 12 siang.", kata Michael sambil tersenyum.
"Kalau itu sih, aku sudah tahu dari Sarah...", kata Jane lagi.
"Well, baguslah kalau kamu sudah mengerti soal acaranya. Sekarang ayo kita lanjutkan makan malamnya.", kata Anna dengan perasaan senang.
Mereka pun lalu melanjutkan acara makan malamnya, dan selang 30 menit kemudian, acara makan malam pun selesai. Jane langsung kembali ke kamar setelah selesai makan, sementara Anna membereskan meja makan dan mencuci piring yang dipakai untuk makan malam, dan Michael kembali lagi ke sofa yang ada di ruang keluarga, ia duduk di sana dan menonton TV.
A few days later...
Hari itu hari Minggu, dan itu berarti pesta keluarga Wroughton resmi digelar. Tepat jam 12 siang, pintu gerbang rumah keluarga Wroughton dibuka, dan selang 10 menit kemudian, satu per satu tamu undangan datang ke rumah itu. Mereka semua memakai pakaian formal. Yang pria memakai jas, dasi, ada juga yang memakai rompi, kemeja, celana panjang, dan sepatu pantofel, sementara yang wanita memakai blazer, dalaman, rok panjang selutut, dan sepatu high heels. Ada juga yang memakai hiasan di kepala. Keluarga Wroughton sendiri juga memakai busana formal. Semua prianya memakai jas dan dasi, sama seperti tamunya, dan yang wanita memakai gaun berwarna merah dengan bros bunga mawar di dada kanannya dan sepatu high heels warna merah. Sarah sendiri memakai gaun terusan berwarna pink dengan belt berwarna hitam. Dia juga memakai bros bunga mawar di dada kanannya, dan ia juga memakai kalung hati. Dia memakai sepatu high heels warna hitam, dan kuku tangannya dicat dengan warna pink, menyesuaikan dengan warna gaunnya. Di kepalanya juga ada hiasan kepala berupa topi bergaya Inggris dengan detail bunga mawar dan pita yang berwarna pink. Ia mendapatkannya dari sebuah butik beberapa hari sebelum acara ini berlangsung. Rambutnya yang biasanya lurus kini menjadi ikal dan bergelombang. Ketika ia berdandan sebelum acara ini dimulai, dia menyempatkan diri untuk mengerol rambutnya dengan pensil, sumpit, dan rol rambut. Itu yang membuat rambutnya memiliki pola gelombang yang bervariasi. Di tangan kirinya terdapat sebuah jam sport yang tali jamnya berwarna pink. Jam ini adalah jam yang biasa Sarah pakai kemana-mana. Ketika acara sudah berlangsung, Sarah terus berdiri di depan rumah, menunggu kedatangan Jane. Jane memang sudah berjanji padanya akan datang ke acara itu.
183 Glendale Park Road, London, England.
Sementara itu di rumahnya, Jane sedang memilih-milih pakaian untuk dipakai dalam acara pesta keluarga Wroughton itu. Dia membongkar semua isi lemari pakaiannya dan mengambil semua koleksi gaun yang ia punya. Dia lalu menaruhnya di atas tempat tidurnya dan lalu mulai memilih pakaiannya. Satu per satu gaun itu ia ambil dan ia coba di depan cermin wardrobe-nya. Ia sampai bolak-balik dari cermin wardrobe-nya ke tempat tidurnya untuk mencoba gaunnya. Setelah 15 menit ia memilih, akhirnya dia mengambil sebuah gaun terusan berwarna merah, dengan belt warna putih, tas tangan warna merah, dan sepatu high heels warna merah. Sesudah ia menentukan apa yang akan ia pakai untuk acara itu, Jane memasukkan kembali semua pakaian2nya yang lain ke dalam lemari, dan lalu bersiap untuk mandi.
Setelah ia mandi, Jane langsung berpakaian. Ia memakai semua pakaian yang sudah ia pilih, lalu berdandan, dan setelah semuanya sudah siap, ia lalu bersiap untuk pergi. Sebelum ia keluar dari kamarnya, ia mengambil sesuatu dari wardrobe-nya, sebuah kotak berwarna hitam yang biasa ia sembunyikan di balik pakaian2nya. Kotak itu lalu ia buka, dan di dalamnya terdapat kalung salib yang biasa ia pakai. Ia lalu mengambilnya dan memakainya. Setelah itu ia kembali ke cermin wardrobe-nya untuk memeriksa apakah penampilannya sudah bagus atau belum. Setelah dirasa bagus, Jane lalu menaruh lagi kotak kalungnya itu ke dalam wardrobe-nya dan lalu mengambil tas tangannya. Ia pun pergi ke pesta keluarga Wroughton itu.
Jarak rumah Jane ke rumah keluarga Wroughton tidak terlalu jauh. Untuk mencapainya, Jane hanya cukup menyeberang jalan saja. Alamat rumah keluarga Wroughton adalah 180 Glendale Park Road, sementara alamat rumah Jane adalah 183 Glendale Park Road. Kedua rumah itu hanya berbeda dua rumah saja, jadi keduanya cukup dekat! Di sebelah rumah keluarga Schelley adalah rumah nomor 182, dan rumah itu tepat ada di depan rumah keluarga Wroughton, sementara di sebelah rumah keluarga Wroughton, adalah rumah nomor 181, rumah itu tepat di depan rumah keluarga Schelley. Kedua rumah itu ada dalam posisi silang! Makanya nggak heran kalau kedua rumah itu dekat banget. Itu hanya sekedar informasi saja untuk membantu kalian lebih mengerti soal seberapa dekatnya rumah keluarga Schelley dan keluarga Wroughton, sekarang kita lanjutkan ceritanya. Jane sudah tiba di rumah keluarga Wroughton, dan saat itu kondisinya sangat ramai sekali. Banyak tamu yang berkumpul dan ngobrol2 di tempat itu. Di halaman rumah, tidak ada hiasan apa2, tapi ada banyak tamu undangan yang ngobrol2 di sana, sambil merokok atau menikmati hidangan yang disajikan di pesta itu. Jane tidak lama melihat mereka, ia langsung berjalan menuju ke tangga rumah, dan ternyata di sana, Sarah sudah menunggunya.
"Hi, Jane! Akhirnya kamu datang juga! Aku sudah menunggumu dari tadi...", kata Sarah yang sangat senang begitu melihat Jane datang ke pesta itu.
"Hi, Sarah! Maaf aku terlambat... aku tadi memilih-milih baju yang tepat untuk acara ini dulu... aku nggak mau bikin kamu kecewa di pesta ini... omong2, kamu cantik sekali. Aku suka rambutmu...", kata Jane.
"Terima kasih, Jane... kamu juga... aku secara khusus mengerol rambutku ini untuk acara ini... mudah2an masih bisa tahan hingga kuliah besok. Eh, ke mana orangtuamu ?", tanya Sarah.
"Oh... sayang sekali mereka tidak bisa datang. Mereka ada urusan... aku padahal ingin sekali membawa mereka ke pesta ini... aku minta maaf, Sarah...", jawab Jane sedikit menyesal.
"Oh, oke... aku mengerti. Nggak apa2 kok... mungkin sekarang orangtuamu sedang sibuk."
"Ya, kurang lebih seperti itu. Apa saya belum terlambat untuk pestanya ?"
"Ummm... belum. Waktu kita masih panjang... ayo, kita masuk... aku harap kamu menikmati pestanya..."
"Thanks, Sarah...", kata Jane sambil tersenyum.
Sarah dan Jane lalu masuk ke dalam rumah.
180 Glendale Park Road, London, England.
Di dalam rumah keluarga Wroughton yang sangat mewah dan minimalis itu, Sarah memperlihatkan semua isi rumahnya pada Jane. Mulai dari ruang tamu, ruang keluarga yang sangat besar, ruang makan, ruang musik, ruang baca, hingga dapur. Sarah sengaja tidak memperlihatkan kamar2 di rumah itu karena khawatir kedua orangtuanya akan marah kalau ia memperlihatkannya pada orang lain. Setelah memperlihatkan seperti apa isi rumahnya, Sarah mengajak Jane untuk mencicipi semua makanan dan minuman yang disajikan di pesta itu, yang semuanya ada di ruang makan. Ada kue2, puding, salad, dan jus yang tersedia di sebuah meja khusus yang ada di ruang makan itu. Jane ikut mencoba semua makanan itu bersama tamu2 lain yang juga ada di acara itu, ditemani oleh Sarah. Jane merasakan bahwa makanan2 itu sangat enak, dan Sarah bilang kalau itu adalah masakan ibunya, seperti yang dulu ia janjikan pada Jane. Jane sangat senang, dan kemudian menanyakan soal kedua orangtuanya pada Sarah. Sarah pun langsung teringat dengan niatnya untuk mengenalkan Jane pada kedua orangtuanya dan juga pada kakak2nya. Akhirnya, Sarah pun mengajak Jane untuk bertemu dengan keluarganya. Sarah lalu membawa Jane ke ruang keluarga, tempat di mana keluarga Wroughton sedang berkumpul mengobrol dan menerima tamu2 yang datang. Di ruang keluarga itu, hanya ada tiga orang anggota keluarga Wroughton yang menerima tamu. Ditambah dengan Sarah, maka anggota keluarga Wroughton yang ada di ruangan itu empat orang. Sarah pernah bilang pada Jane kalau anggota keluarga Wroughton itu ada lima orang. Orangtuanya, dua orang kakak laki2, dan dirinya. Berarti, siapa anggota keluarga Wroughton yang menghilang itu ?
Sarah mengantar Jane untuk bertemu dengan kedua orangtuanya. Orangtuanya Sarah sama2 memakai pakaian formal dan berdiri di depan perapian yang saat itu apinya sedang padam. Di atas perapiannya terdapat sebuah jam meja yang terbuat dari porselen dengan hiasan yang cukup rumit. Tepat di atas jam itu terdapat sebuah lukisan besar keluarga Wroughton. Kedua orangtua keluarga Wroughton duduk di sofa, sementara ketiga anaknya berdiri di belakangnya, dengan Sarah berada di tengah, diapit oleh kedua kakak laki2nya yang bertubuh tinggi besar. Hanya saja, salah satu diantara kakak laki2nya itu ada yang bertubuh lebih besar dibandingkan yang lainnya. Yang pasti, Sarah terlihat kecil dibandingkan dengan kedua kakaknya itu, meskipun dia memiliki badan yang cukup tinggi juga. Tinggi badan Sarah 178 cm. Berbeda delapan cm dari Jane, yang hanya memiliki tinggi 170 cm. Lukisan besar itu dihiasi dengan pigura khusus yang terbuat dari kayu berukir dan terdapat coat of arms keluarga Wroughton di bagian atas piguranya. Di kiri-kanan lukisan itu terdapat beberapa foto2 keluarga Wroughton yang lain. Sekarang kembali ke orangtuanya Sarah. Kedua orangtuanya Sarah sama2 memakai pakaian formal. Ayahnya Sarah memakai jas abu2 dengan coat of arms keluarga Wroughton dibordir di dada kanannya, rompi abu2, dasi abu2, kemeja putih, celana abu2, kaus kaki abu2, dan sepatu pantofel hitam. Di tangan kirinya terdapat jam Rolex berwarna emas. Rambutnya hitam kecoklatan, masih belum terlihat beruban meskipun ia sudah cukup dewasa. Rambutnya disisir belah tengah. Ia selalu tersenyum pada setiap tamu yang datang. Tingginya sekitar 180-an cm, badannya tegap, dan warna matanya biru. Ia tidak memakai kacamata. Sementara ibunya Sarah berada di sebelah kanannya, tingginya sekitar 170-an cm, tapi lebih pendek daripada Sarah, rambutnya juga hitam kecoklatan, panjang sebahu, dan terurai. Sedikit ikal dan bergelombang, tapi tidak seikal Sarah. Warna matanya biru, ia memakai lipstick merah, dia memakai kalung yang bagian bandulnya berbentuk lingkaran. Kata Sarah, kalung itu bisa dibuka, dan ada foto di dalamnya. Itu adalah kalung kesukaan ibunya. Kalungnya terbuat dari emas, dan ada ukiran di bagian bandulnya. Ibunya Sarah memakai gaun berwarna merah, ujungnya berada di bawah lutut, dengan pola kerah yang lebar, dan di gaun itu lengannya panjang. Ada detail bunga di bagian kerahnya, dengan detail pita di bagian tengah kerahnya. Di dada kanannya, terdapat bros bunga mawar. Di tangan kirinya, terdapat sebuah jam Alexandre Christie berwarna silver. Dia memakai sepatu high heels warna merah, dan dia tidak mengecat kukunya. Sarah bilang, ibunya tidak terlalu suka mengecat kuku. Ia selalu berusaha untuk tampil se-natural mungkin dalam setiap acara, dan itulah yang membuatnya tetap terlihat cantik.
Sarah lalu perlahan mendekati kedua orangtuanya, di saat mereka sedang tidak menerima tamu. Jane berada di belakangnya, dan ia memberitahukan pada keduanya bahwa ada seseorang yang ingin Sarah perkenalkan pada keduanya.
"Mom, Dad...", kata Sarah pada keduanya. "Aku mau perkenalkan seseorang pada kalian."
"Wah... siapa itu, Sarah ? Sepertinya ia orang yang spesial...", kata ayahnya.
Sarah lalu mengajak Jane untuk maju sedikit lebih dekat, dan lalu Sarah memperkenalkannya.
"Ini teman saya. Kebetulan, dia tinggal di seberang rumah kita... yang dulu aku ceritakan itu... namanya Jane Schelley. Jane, ini ayahku, Michael Wroughton.", kata Sarah memperkenalkan Jane pada ayahnya.
"Oh, ini teman barumu itu... hai, Jane... saya Michael Wroughton. Michael James Archibald Wroughton. Saya ayahnya Sarah.", kata Michael Wroughton sambil menjabat tangan Jane.
"Halo, Mr. Wroughton, senang bisa berkenalan dengan Anda.", kata Jane.
"Oh maaf, jangan panggil saya Mr. Wroughton. Panggil saja saya Michael.", kata Michael lagi.
"Tapi saya lebih senang memanggil Anda Mr. Wroughton... ayah saya juga bernama Michael."
"Hmmm ? Baiklah, aku bisa mengerti itu. Tapi saya berpikir kalau panggilan Mr. Wroughton terlalu formal untuk gadis seperti Anda. Tapi tidak apa2."
"Baik, Mr. Wroughton."
"Sejak kapan kau mengenal Sarah, Jane ?", tanya Michael.
"Ummm... sejak kurang lebih tiga minggu yang lalu. Ketika hari pertama ia masuk kuliah."
"Wow. Sepertinya kalian cepat akrab. Tidak biasanya ada anak baru yang bisa langsung akrab dengan teman barunya pada hari pertama ia masuk sekolah..."
"Kebetulan saya dan Sarah teman sebangku. Kita sering ngobrol2 bareng, belajar bareng, makan bareng... akhirnya kita langsung akrab."
"Wah, bagus sekali. Aku harap kau bisa membantu Sarah untuk beradaptasi di sekolahnya. Ia masih sangat baru di tempat itu... dan pastikan kau menjaganya dengan baik."
"Pastinya, Mr. Wroughton. Aku janji."
"Good. Aku pegang janjimu.", kata Michael sambil menepuk bahu Jane.
Perkenalan Jane dan Michael Wroughton selesai. Sekarang Sarah mengenalkan Jane pada ibunya.
"Mom, kenalkan... ini temanku, Jane Schelley. Jane, ini ibuku, Roseanne Wroughton.", kata Sarah mengenalkan Jane pada ibunya.
"Halo, Jane... kau terlihat cantik sekali. Saya Roseanne Georgiana Parker-Wroughton. Kau temannya Sarah ?", kata Roseanne sambil menjabat tangannya Jane. Michael melihat perkenalan Jane dan Roseanne dari sebelahnya.
"Terima kasih, Mrs. Wroughton... ya, saya temannya.", kata Jane sambil tersenyum.
"Jangan panggil saya Mrs. Wroughton, Jane. Panggil saya Rose.", kata Roseanne lagi.
"Rose ? Seperti di film Titanic itu ?"
"Ya... tapi saya tidak jadi korban kapal tenggelam.", kata Rose sedikit bercanda.
"Hahaha... jadi cukup Rose saja ?"
"Ya. Rose saja. Mrs. Wroughton terlalu formal. Saya dan Michael tidak terlalu suka dengan panggilan seperti itu. Terlalu formal. Kami lebih senang dipanggil dengan nama kami saja..."
"Oke, baiklah."
"Satu hal lagi, Jane. Santai saja. Jangan merasa terbebani dengan formalitas. Itu hanya hiasan saja. Nikmati saja hidupmu dan santai saja.", kata Roseanne.
"Oke, Mrs. Wroughton... or Rose..."
"Rose saja. Make it simple. Hahahaha..."
"Hahaha...", kata Jane yang sepertinya masih cukup berat untuk memanggil seseorang dengan namanya. Ia berusaha menghilangkan rasa beratnya itu dengan tertawa.
Perkenalan Jane dan Roseanne sudah selesai. Jane lalu membawa Sarah sedikit menjauh dari kedua orangtuanya. Sepertinya ada yang ingin sekali Jane bicarakan pada Sarah.
"Emangnya kedua orangtua kamu begitu ya ? Orangnya santai banget, gitu ya ?", tanya Jane penasaran.
"Ya, seperti itulah mereka. Kalau aku bilang, ayah dan ibuku itu sudah dalam level dimana mereka lebih memilih untuk menikmati hidup mereka. Mereka udah nggak punya beban hidup lagi. Yah, anggap saja mereka udah enjoy dengan hidup mereka. Jadi wajar saja kalau seperti itu.", kata Sarah menjelaskan.
"Pantesan... santai banget mereka... jadi mereka hanya menikmati hidup mereka saja ?"
"Yap, betul sekali. Ayah dan ibuku memang seperti itu. Jadi maklumi saja ya..."
"Oke deh... nanti aku coba... aku kira, keluargamu itu... cukup tough..."
"Keluargaku beda dari yang lain. Kita bisa menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada sekarang kok..."
"Well, baiklah... mungkin setelah ini saya akan coba untuk lebih santai saat berkenalan..."
"Bagus deh... tapi hati2... bisa saja orang yang kamu kenal berikutnya, setelah keluargaku, tidak seperti keluargaku. Jadi, formalitasnya tetap dijaga ya..."
"Pastinya. Kalau untuk orang lain sih, aturannya tetap sama... kalau untuk ini, pengecualiannya."
"Good. Just enjoy it, okay ?"
"Okay, Sarah..."
Sarah lalu mengajak Jane untuk bertemu dengan anggota keluarga Wroughton yang lain. Kali ini, yang akan diperkenalkan pada Jane adalah orang yang Sarah sebut sebagai kakak keduanya. Dia berada tidak jauh dari Michael dan Rose. Dia berdiri hanya beberapa langkah dari keduanya. Orangnya tinggi besar, tingginya sekitar 190-an cm, badannya juga tegap, kekar, dan punya tubuh seperti pemain American Football. Meskipun begitu, dia cukup ganteng dan good looking. Rambutnya di-gel, sedikit gondrong, dan warnanya hitam kecoklatan. Warna matanya biru, dan ia cukup banyak tersenyum pada para tamu yang datang. Dia memakai jas hitam, dengan coat of arms keluarga Wroughton di dada kanannya, dasi hitam, kemeja putih, celana hitam, kaus kaki putih, bisa terlihat dari celananya yang sedikit ngatung, dan sepatu sport hitam. Tangannya ia masukkan ke dalam kantong celananya, sehingga tidak jelas apakah dia memakai jam atau tidak. Sejak tadi, dia melihat-lihat ke arah Sarah dan Jane. Sepertinya dia penasaran dengan orang yang ada di samping Sarah itu. Sarah lalu mendatanginya dan memperkenalkan Jane.
"Hi, Sean! Aku mau kenalkan temanku nih... namanya Jane. Jane Schelley. Dia anak tetangga yang dulu aku ceritakan itu...", kata Sarah mengenalkan Jane pada Sean, dengan gaya yang santai.
"Hallo, aku Jane.", kata Jane sambil mengajak Sean untuk berjabat tangan.
"Hallo, Jane. Aku Sean Wroughton. Sean Anthony Archibald Wroughton. It's nice to see you.", kata Sean sambil menjabat tangan Jane. Jabatan tangannya sangat kuat hingga Jane harus sedikit menahan sakit.
"It's nice to see you... too...", kata Jane sambil memegangi tangannya yang sedikit sakit gara2 jabatan tangan Sean yang sangat kuat.
"Oh, apa kau baik2 saja ? Sepertinya ada yang salah saat saya menjabat tangan kamu..."
"Aku nggak apa2 kok... ini hanya... kesalahan teknis saja kok... hehehehe..."
"Well... hahahaha... so, sejak kapan kamu mengenal Sarah ?"
"Ummm... sejak hari pertama dia masuk kuliah."
"Wow. Kalian langsung berkenalan dan langsung akrab seperti ini ? Hebat! Biasanya anak baru cenderung malu2 saat hari pertama ia kuliah..."
"Justru kalau kita tidak. Kita... langsung kenalan, dan setelah itu jadi teman akrab seperti sekarang... kebetulan kita satu meja saat kuliah... kurang lebih seperti itu."
"Oh, jadi kalian teman sebangku ? Pantas saja kalian langsung akrab. Bagus deh... Aku harap kamu bisa bantu Sarah menjalani hari2 pertamanya di kampus dengan baik ya..."
"Oh, pastinya. Aku janji."
"Good. Kalau seperti ini jadinya maka Sarah nggak perlu kebingungan lagi untuk beradaptasi di kampusnya karena sudah ada yang menemaninya. Ya kan, Sarah ?", kata Sean pada Sarah.
"Ya, Sean. Hahaha...", kata Sarah sambil menepuk bahu Jane. Jane sendiri hanya bisa tersenyum pada Sarah.
Tak lama, Michael memanggil Sean. Ada sesuatu yang harus dibicarakan oleh keduanya. Itu berarti, perkenalan Jane dan Sean sudah selesai. Setelah Sean pergi, Jane mengajak Sarah ngobrol lagi.
"Kakakmu ganteng juga...", kata Jane mengomentari Sean pada Sarah.
"Oh ya dong... kakak2ku semuanya ganteng2... orangnya juga baik kok... tangan kamu nggak apa2 ?", kata Sarah sambil memeriksa tangan Jane.
"Nggak apa2 kok... jabatan tangan kakakmu itu... keras banget... sampai sakit jadinya..."
"Tapi nggak apa2 kan ?"
"Nggak apa2 sih... nggak usah dipikirin kok, nanti juga sembuh sendiri..."
"Bagus deh...", kata Sarah sambil memegangi tangannya Jane.
"Oh, ya... kamu tadi sempat bilang kalau kamu punya kakak lagi. Di mana kakakmu yang lain itu ?"
"Nah itu dia... dia masih di atas, dan sampai sekarang belum keluar2... ayah dan ibuku udah nungguin nih dari tadi... duh, kemana sih dia..."
"Mungkin dia masih berpakaian ?"
"Bisa jadi. Tapi biasanya dia nggak pernah berpakaian selama ini..."
"Apa jangan2 kakakmu pemalas ?"
"Nggak kok. Kakakku bukan pemalas. Cuma memang dia nggak terlalu bersemangat mempersiapkan acara ini... dia orangnya agak pendiam gitu..."
"Misterius gitu maksudnya ?"
"Sedikit. Tapi dia nggak tertutup. Kalau aku ngobrol sama dia pasti dia jawab kok..."
"Berarti kakakmu yang ini orangnya seperti apa ya ?"
"Nggak tahu deh... susah dijelaskan..."
Tidak lama, orang yang sedang dibicarakan oleh Sarah dan Jane itu pun datang. Dia menuruni tangga dan sempat melihat keramaian yang ada di ruangan itu. Rambutnya juga di-gel, seperti Sean, dan warnanya hitam kecoklatan. Matanya biru cerah. Dia memakai jas hitam dengan tanda coat of arms keluarga Wroughton di dada kanannya, rompi hitam, dasi hitam, kemeja hitam, celana hitam, kaus kaki putih, dan sepatu hitam. Dia memakai jam Breitling di tangan kirinya, dan ekspresi wajahnya sangat tenang. Ia cukup diam, mulutnya terkunci rapat. Tapi dia tidak tertutup. Setelah ia turun dari tangga, ia langsung berbaur dengan orang2 yang ada di ruangan itu, dan itu membuat semua anggota keluarga Wroughton yang lain merasa senang.
Orang itu lalu mendekati Michael, Roseanne, dan Sean. Bahkan orang itu dan Sean sempat tos bareng. Michael sempat berbicara dengannya, sepertinya keduanya membicarakan mengapa orang itu datang terlambat. Mereka berbicara secara berbisik-bisik, agar tidak ada orang yang tahu. Tidak lama, obrolan mereka pun berhenti, dan setelah itu ia berdiri di samping Michael, menyambut para tamu yang makin banyak berdatangan. Sarah pun memberitahukan pada Jane sambil berbisik, kalau orang itu adalah kakak pertamanya. Dialah orang yang dimaksud itu. Sarah pun langsung mengajak Jane untuk berkenalan dengannya. Ia lalu membawa Jane ke depan orang itu, dan memperkenalkannya.
"Hai, Randy... aku mau perkenalkan teman baruku... namanya... Jane. Jane Schelley. Jane, ini kakak pertamaku, Randy Wroughton.", kata Sarah memperkenalkan Jane pada orang itu.
"Hai... apa kabar ?", kata Randy sambil menjabat tangan Jane dengan tersenyum.
"Hai... aku baik. Senang bisa berkenalan denganmu.", kata Jane sambil menjabat tangan Randy.
"Senang bisa berkenalan denganmu. You look pretty... so pretty."
"Thank you."
"Did you enjoy the party, Miss... ?"
"Schelley. Jane Schelley."
"Jane Schelley ? That's a nice name. Precious gift."
"Wow... precious gift ? My mom once said that's my name's meaning. How do you know that ?"
"I read it from the book. Once I read it. Jane means previous gift, and I believe, you are the previous gift that God give to your parents..."
"Awww... that was so sweet. Love that. You didn't read my mind, right ?"
"No, I didn't read your mind... we've just meet... what I know from your mind... I didn't know anything."
"I said that because you know very well about my name."
"I just know it from the books. I didn't know if it's true or not. But, the books have said that."
"Seems like you love reading."
"No, I'm just enjoy it."
"Hmm... that's great. You enjoy it. Like it."
"Do you also enjoy reading ?"
"Ummm... yes. I love reading novels."
"What kind of novels do you like ?"
"Teenlits. Teen novels, do you know it ?"
"A little bit. I love reading magazine, newspapers... what the adults read."
"You should try to read teenlits. It's good for you. How old are you ?"
"23. 23 years old. Can I read that ?"
"Ummm... you are a little bit to old."
"Hahahaha... I know that I can't read that. How old are you ?"
"19 years old..."
"19 ? For a 19-year-old girl, seems like that's a good book for you."
"How do you know that ? Did you once read teenlits ?"
"I stole it from Sarah. Just want to know. She have a lot of teenlits on her room. That's fine because she's a high school girl. That book is good for the high school girls."
"That's also good for college girl. For the first year like me ?"
"Yeah maybe. I didn't know more about that book. I just read it for a few pages and I get bored. The story is not good for me. Too young for that."
"Hmmm... I see. That's why you recommend that for the high school girls, isn't it ?"
"Yes..."
"Well, I see that."
Sarah melihat Jane dan Randy cukup akrab. Mereka berdua membicarakan soal buku dan mereka ngobrol secara lancar tanpa malu2. Sarah sangat senang melihat Jane yang bisa sangat pede ngobrol dengan kakak pertamanya, yang selama ini memang tidak terbiasa ngobrol dengan orang yang tidak dikenal. Tapi ia bisa mengerti mengapa Randy bisa seperti itu. Itu karena topiknya yang cukup enak dan sesuai dengan apa yang Randy sukai. Ia pun memutuskan untuk ikut dalam pembicaraan itu.
"Sepertinya kalian berdua langsung akrab...", kata Sarah.
"Accidentally. Dia sangat enak diajak berbicara.", kata Jane.
"Yah, kalau topiknya ia suka. Kalau tidak, ia akan lebih banyak diam."
"Oh, begitu. Benarkah itu, Randy ? Ummm... bolehkah aku memanggilmu demikian ?"
"Itu memang panggilanku. Ya, Jane. Aku hanya lancar berbicara jika topiknya pas. Kalau tidak, kau akan melihatku lebih banyak diam. Ya, saya memang aslinya pendiam.", kata Randy.
"Well, sepertinya kau harus mulai lebih banyak berani untuk bicara pada topik lain..."
"Do you think I can ?", tanya Randy.
"Menurutmu ?"
"Ummm... tergantung. Tergantung mood."
"I see that. Is your mood flowing ?"
"Flowin' like a jazz. Sometimes it's good, sometimes it's bad. And when it turns bad, you should be careful."
"Why ? Because you will angry when you're in badmood ?"
"100 for you. I'm gonna be explode."
"Like a bomb or something ?"
"More than that."
"Atomic bomb ?"
"Tsar bomb. Nuclear. That's why you should be careful."
"Wow. I can't imagine if you are angry right now in the front of me. Seems like this house will gonna be explode..."
"Hahahaha... not for now. Maybe later. There will be a lots of damages and victims if I explode now. Even, I'm in the good mood. Good mood after I see your face. So beautiful. So pretty."
"Awww... thank you... that was very touching."
"Lovely. You are."
"Thanks."
Randy lalu melihat jamnya, dan saat itu jam sudah menunjukkan pukul 2:15 siang. Randy sempat berbisik pada ayahnya untuk pergi sebentar, dan ayahnya pun memperbolehkan. Randy ingin sekali mencoba makanan yang ada di acara ini, jadi ia harus pergi. Ia pun berpamitan pada Jane.
"Jane, I'm so sorry. I have to leave you for a while. I want to taste some foods here. My mom made it, so if I didn't try it, she must be so upset. Are you hungry ?", kata Randy.
"No. I'm already eat. It's very delicious.", kata Jane.
"Good. Sarah, have you eat ?", tanya Randy pada Sarah.
"Ummm... already, Randy. I'm done.", jawab Sarah.
"Well, it means I will try my Mom's food by myself. So, till we meet again..."
"Yeah, till we meet again."
Randy lalu pergi dan meninggalkan Jane dan Sarah. Tapi baru beberapa langkah berjalan, Randy mendatangi lagi Jane dan mengucapkan sesuatu, sambil melihat wajahnya.
"I hope this is not the last time we meet. I really want to know more about you...", kata Randy.
"Me too. I also want to know more about you. You seems like a nice guy.", kata Jane.
"Good. Now enjoy the party, God's previous gift..."
"Thank you."
Randy lalu pergi. Benar2 pergi. Sarah pun kemudian bertepuk tangan di hadapan Jane. Di mata Sarah, Jane telah berhasil membuat Randy tertarik padanya. Ia pun merasa salut padanya. Ia pun kemudian berbicara lagi pada Jane. Tugas Sarah memperkenalkan Jane pada semua anggota keluarga Wroughton sudah selesai.
"Well, well... sepertinya kau berhasil membuat Randy tertarik padamu.", kata Sarah.
"Thanks, Sarah... tapi ini baru awal. Aku kan cuma berkenalan saja dengannya.", kata Jane.
"Tapi dari perkenalan itu, aku bisa lihat kalau kamu cukup akrab. Siapa tahu kamu suka dengannya..."
"No, aku nggak suka dengannya. Aku kan baru kenalan dengannya..."
"Siapa tahu saja... menurutku, kamu sudah cukup akrab dengannya."
"It's impossible. Mana mungkin dari kenalan langsung jadi suka ? Butuh waktu untuk bisa suka pada seseorang... kau tahu itu, kan ?"
"Tapi kan bisa saja... love at the first sight ?"
"No, aku nggak percaya dengan itu. You need a time to love someone, especially if you just know him a few minutes ago. That's impossible..."
"Jadi, kamu nggak percaya soal love at the first sight ? Jangan bohong deh!"
"No, I'm serious, Sarah. I didn't wrong. I didn't believe that... it's true."
"You should think it again. But that's fine if you didn't believe that... I'm just guessing. Jadi, sekarang aku sudah memperkenalkanmu pada keluargaku. One day, kamu harus perkenalkan aku pada keluargamu."
"Memangnya harus ?"
"Harus dong, Jane... karena aku juga ingin tahu seperti apa keluargamu. Siapa tahu, keluarga kita bisa jadi teman baik... atau relasi baik, begitu..."
"Well... kalau begitu tunggu tanggal mainnya."
"Good. Love that one. Kalau begitu, sekarang kita lanjutkan pestanya..."
"Oke, Sarah... let's party again!"
Jane dan Sarah pun kemudian melanjutkan pestanya. Mereka bersenang-senang di dalam pesta itu, saling berfoto bersama, dan bermain-main di tempat pesta itu. Mereka juga ngobrol2 bareng di tangga dekat ruang keluarga ketika para tamu mulai banyak yang meninggalkan tempat pesta. Mereka berdua sangat senang bisa bertemu dan menghabiskan waktu bersama, di luar sekolah. Mereka bahkan bercerita tentang hal2 yang bersifat pribadi, meskipun masih dalam garis besarnya. Saking asyiknya mereka ngobrol2, Jane sampai lupa waktu, dan baru pulang 30 menit setelah pesta berakhir. Ketika ia pulang, Sarah yang mengantarnya hingga ke pintu gerbang. Ketika Sarah sedang mengantar Jane pulang itu, Randy dan Sean melihat keduanya dari teras rumah, tapi tidak lama. Sean masuk ke rumah lebih dulu, sementara Randy masih melihat keduanya hingga Jane keluar dari pintu gerbang. Sepertinya dalam hatinya Randy sudah ada perasaan terhadap Jane, dan Jane juga mempunyai perasaan itu. Hanya saja, mereka berdua memilih untuk merahasiakannya. Mereka masih malu2 untuk mengungkapkan. Maklum, mereka baru pertama kali bertemu dan baru kenalan, jadi mereka masih perlu waktu yang lama untuk dapat memberanikan diri mengungkapkan perasaannya. Yang pasti, keduanya sudah bertemu, dan inilah yang kemudian menjadi awal dari perjalanan cinta Jane Schelley berikutnya. Seperti apa kelanjutannya ? Tunggu cerita berikutnya.
Di cerita berikutnya, Jane Schelley mengalami sebuah peristiwa yang akan mengantarkannya menuju perkenalannya yang lebih intensif dengan keluarga Wroughton. Bagaimana bisa ? Apa hubungannya peristiwa itu dengan keluarga Wroughton ? Apa yang kemudian Jane dapatkan dan ketahui dari keluarga itu ? Tunggu cerita berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar