Remember, it's just a Fanfiction.
Jadi... sekarang kita masuk ke bagian yang penting. Training-nya. Bagaimana sih cara Adrian melatih anak2 7 Icons sehingga perform mereka bisa kembali seperti semula ? Dan apakah training itu akan berhasil ? Itu akan diceritakan sekarang. Selain itu juga... kisah cintanya Adrian dimulai... perkenalannya dengan Wenda membuat Adrian jadi teringat lagi dengan cewek cantik yang selalu masuk dalam mimpinya dulu. Sekarang mereka sudah berkenalan, mungkinkah Adrian mencoba untuk lebih dekat dengannya ? Kita akan mulai bercerita.
Hari itu hari Senin. Satu hari sebelum training-nya dimulai. Saat itu jam istirahat. Adrian sedang bergegas untuk pergi ke suatu tempat di sekolah, sambil membawa sebuah kertas. Langkahnya sangat cepat, seakan ia sedang mengejar kereta yang sudah siap untuk berangkat. Dia mendatangi sebuah ruangan yang letaknya tidak jauh dari ruang ganti tempat ia biasa berganti pakaian kalau ia mau berlatih dengan tim sepakbola. Ruangan itu punya pintu yang ada kacanya, dan ada tulisan "COACH" di depannya. Ya, ia akan mendatangi kantor dari pelatih tim sepakbola SMA Cambridge, Coach Johan. Adrian belum pernah masuk ke dalam kantor ini sebelumnya, jadi ia agak sedikit deg2an ketika ia akan memasuki ruangan itu. Tapi, mengingat ada sesuatu yang harus ia sampaikan, ia harus berani untuk masuk ke dalam ruangan itu. Ia lalu mengetuk pintunya dan lalu ia masuk ke dalam ruangan itu... secara perlahan, setelah Coach Johan mengizinkannya masuk.
Adrian: Selamat siang, Coach.
Coach Johan: Selamat siang juga. Ah, Adrian. Silakan duduk.
Adrian: Terima kasih, Coach.
Adrian lalu duduk di kursi yang ada di depan meja kerja Coach Johan. Pembicaraan pun dimulai.
Coach Johan: Tumben kamu datang ke sini, Adrian. Ada apa ?
Adrian: Ummm... saya datang ke sini... untuk menyampaikan surat ini...
Adrian lalu menaruh surat yang ia bawa di atas meja, lalu memberikannya pada Coach Johan. Ia pun jadi penasaran dengan surat yang Adrian bawa itu.
Coach Johan: Surat apa ini ?
Adrian: Saya harus minta maaf karena saya harus menyampaikan ini, tapi ini memang sudah jadi keputusan saya. Mulai hari ini, saya mengundurkan diri dari tim sepakbola.
Mendengar apa yang disampaikan oleh Adrian, Coach Johan langsung kaget. Ia tidak menyangka kalau pemain terbaiknya akan keluar secepat ini dari tim. Tapi ia menerima suratnya, dan berusaha untuk tetap tenang. Ia lalu menanyai Adrian.
Coach Johan: Kamu serius ingin keluar dari tim ?
Adrian: Ya, Coach. Ini sudah menjadi keputusan saya.
Coach Johan: Apa kamu tidak menyesal ? Surat ini bisa saja saya sampaikan pada Kepala Sekolah, sebagai laporan bulanan tentang aktivitas tim. Lagipula sebenarnya tim ini masih membutuhkan kamu...
Adrian: Sampaikan saja. Buat saya, semuanya sudah cukup. Saya tidak menyesal.
Coach Johan: Apa yang membuatmu ingin keluar dari tim, Adrian ?
Adrian: Istirahat. Saya pikir semuanya sudah cukup. Saya juga berpikir kalau kontribusi saya dan semua yang saya sudah lakukan untuk tim ini sudah cukup. Saya juga sudah puas dengan apa yang sudah saya berikan pada tim dan sekolah ini. Itu yang membuat saya ingin keluar.
Coach Johan: Oh, begitu... tapi kamu harus tahu bahwa untuk beberapa bulan ini, tim tidak ada pertandingan, tapi latihan akan tetap dilakukan, mulai bulan depan. Apa kamu tidak mau hanya sekedar ikut latihan saja ?
Adrian: Ummm... sepertinya tidak, Coach. Semuanya sudah cukup.
Coach Johan: Baiklah kalau begitu. Kalau begitu, saya akan menyimpan surat ini. Soal kepastian kamu keluar atau tidak, tunggu pengumuman berikutnya. Yang pasti, kamu harus siap dengan segala konsekuensinya. Kalau kau tetap diminta untuk bermain, kau harus siap latihan lagi, kalau kamu diperbolehkan untuk keluar, berarti kau tidak akan bisa kembali lagi. Semua keputusan terakhir ada di tangan saya dan Kepala Sekolah. Apa kau mengerti ?
Adrian: Saya mengerti, Coach.
Coach Johan: Oke. Apa ada hal lain yang ingin kamu sampaikan ?
Adrian: Tidak ada, Coach. Saya harus kembali ke kelas.
Coach Johan: Baiklah kalau begitu. Silakan.
Adrian: Terima kasih, Coach.
Adrian lalu berdiri dari kursinya dan pergi meninggalkan ruangan itu. Misinya untuk menyampaikan surat yang ia tulis sendiri itu sudah selesai. Kini Adrian hanya tinggal menunggu kepastian apakah ia bisa keluar atau tidak dari tim sepakbola SMA Cambridge. Ia lalu kembali ke kelas.
Ternyata berita pengunduran diri Adrian dari tim sepakbola langsung tersebar luas. Itu terjadi setelah ada seseorang yang secara tidak sengaja menguping pembicaraan Adrian dan Coach Johan yang kemudian ia teruskan pada teman2nya yang lain. Tentu saja berita itu membuat Rizky, Andi, dan Rico kaget. Mereka bertiga langsung mencari Adrian dan memintainya keterangan soal berita tersebut.
Rizky: Lu mengundurkan diri dari tim sepakbola ? Serius lu ?
Adrian: Ya, itu sudah keputusan yang gw ambil. Gw minta maaf.
Andi: Lu kenapa mengundurkan diri ? Kita semua masih butuh kamu!
Adrian: Pengen istirahat aja. Gw sudah cukup melakukan hal ini. Lagian, kontribusi gw buat tim sudah cukup... ya, sudah kalau begitu, gw anggap selesai. Gw pikir inilah saat yang tepat untuk mundur.
Rizky: Ya tapi nggak bisa gitu juga dong... bagaimanapun juga, kita semua masih butuh lu... minimal buat pertandingan2 berikutnya... siapa lagi yang bisa ngasih operan bagus selain kamu...
Adrian: Si Rico kan bisa... justru gw juga mundur buat kasih kesempatan pemain lain untuk bisa bermain. Rico, Reza, yang lain... kan masih banyak... kalian main dengan mereka saja...
Rizky: Ya tapi masalahnya tidak ada yang sebagus kamu kalau sudah main bola...
Adrian: Gw yakin pasti ada. Asal kalian mau main dengan kompak saja, semuanya masih bisa berjalan dengan baik kok. Tenang aja.
Rico: Makasih, Adrian... tapi tetap saja gw masih perlu bantuan kamu...
Adrian: Bantuan kan bisa datang dari siapa saja. Nggak harus dari gw... pasti yang lain bisa bantu kamu kok... yang pasti, buat gw semuanya sudah cukup.
Andi: Lama2 gw jadi curiga nih, Adrian... kenapa lu jadi pengen mengundurkan diri... pasti karena anak2 7 Icons kan ? Lu sekarang dekat lagi sama mereka, dan udah nggak dekat lagi sama kita. Benar kan ?
Rizky: Iya, kamu sekarang mau menjauh dari kita gara2 hubungan kamu sama anak2 7 Icons sudah normal lagi kan ? Lu sudah baikan dengan mereka, kan ? Dan karena kamu sudah baikan dengan mereka, kita ditinggal, begitu ? Ya kan ?
Adrian: Ngapain gw ninggalin kalian karena gw udah baikan sama anak2 7 Icons ? Justru salah satu alasan gw mengundurkan diri dari tim, adalah karena gw akan fokus mengurus sesuatu bersama anak2 7 Icons. Alasan ini gw nggak bilang ke Coach Johan.
Rizky: Tuh, kan ? Bener... gara2 anak2 7 Icons lu mengundurkan diri dari tim! Tapi omong2, lu ada urusan apa sama anak2 7 Icons sampai kamu mengundurkan diri dari tim ?
Adrian: Gw akan melatih mereka untuk bisa mengembalikan perform seperti dulu lagi.
Rizky: Hah ? Serius kamu, mau melatih anak2 7 Icons ? Emangnya kamu bisa ?
Adrian: Bisa kok. Anak2 7 Icons sudah terima tawaran dari gw. Gw tinggal melatih mereka saja... bagaimanapun juga, kalian semua rindu 7 Icons tampil lagi, ya kan ?
Rizky: Iya juga sih... ini sudah hampir tiga bulan mereka nggak tampil lagi... tapi, melatih mereka kan bukan hal yang gampang...
Andi: Betul! Selain itu... emangnya kamu mau latih mereka apa ? Mereka kan bisa segalanya...
Adrian: Gw akan latih mereka dari awal lagi. Vokal, dance, semuanya... gw akan kembalikan semua perform anak2 7 Icons seperti semula, seperti sebelum semuanya jadi kacau...
Andi: Oh, begitu... kapan mulai latihannya ?
Adrian: Besok. Setelah sekolah. Gw sudah janjian sama mereka. Tapi masih perkenalan sih... mulai hari Rabu, mereka mulai benar2 latihan. Santai aja sih latihannya... gw cuma mau bikin mereka tampil bagus aja lagi seperti biasa...
Rizky: Oh, gitu... ya sudah deh... good luck, ya... tapi jangan lupakan kita ya...
Andi: Iya, jangan lupain kita... kalau mereka sudah bagus perform-nya, kasih tahu kita ya...
Adrian: Pastinya. Gw janji.
Rico: Tapi kalau ada waktu kosong, kita main bola lagi ya...
Adrian: Pastinya, Rico. Biarpun gw sudah keluar dari tim sepakbola, bukan berarti gw nggak punya waktu untuk main bola bareng kalian. Kalau ada waktu, gw pasti akan main bareng kalian.
Rico: Oke bro, sip... good luck ya...
Adrian: Terima kasih. Eh, kalian bertiga jangan bilang siapa2 ya... ini rahasia... Coach Johan nggak tahu soal alasan gw mundur yang ini... jangan dibocorin ya...
Rizky: Tenang aja... kita bakal tutup mulut soal beginian...
Andi: Gampang sih... nggak bakal kita bicarain soal ini...
Adrian: Bagus kalau begitu. Sekarang gw harus pergi. Nanti kita bicara lagi. Oke ?
Rizky: Oke, Adrian... sukses ya!
Rico: Good luck, bro!
Adrian lalu pergi kembali ke kelas. Kini ia sudah mendapatkan restu dari teman2nya soal niatnya untuk melatih anak2 7 Icons. Sekarang Adrian hanya tinggal melakukan tugasnya dan memulai program training untuk teman2 baiknya itu. Besok, semuanya akan dimulai.
Keesokan harinya, saat jam pulang sekolah, semua anak2 7 Icons berkumpul di parkiran sekolah. Mereka semua sedang menunggu Adrian, yang rencananya akan membawa mereka ke tempat latihan. Sampai saat ini mereka belum tahu di mana mereka akan berlatih. Hanya Adrian yang tahu, sehingga mereka harus menunggu Adrian dulu sebelum berangkat latihan. Tidak lama kemudian, Adrian datang, dengan memakai seragam sekolah, jaket Liverpool warna merah, dan topi Liverpool warna merah. Ia langsung mendatangi anak2 7 Icons dengan penuh rasa senang.
Adrian: Maaf kalian jadi menunggu lama. Kalian semua sudah siap ?
Linzy: Sudah dong... di mana tempat latihannya ?
Adrian: Nanti kalian tahu. Sekarang masuk ke mobil, aku yang mengemudi.
Semua personil 7 Icons lalu masuk ke dalam mobil, dan Adrian yang berada di depan setir mobil. Angel berada di kursi sebelahnya. Sementara yang lain ada di belakang. Setelah semuanya siap, Adrian menjalankan mesinnya dan mobil itu berangkat menuju suatu tempat. Perjalanannya lumayan jauh. Menembus kemacetan Jakarta, melewati jalan2 kecil yang padat, dan juga melewati beberapa jalan protokol di kota Jakarta. Selang 45 menit kemudian, mereka tiba di lokasi. Sebuah bangunan tiga lantai dengan warna merah bata dengan kusen jendela warna putih, pintu utama berwarna coklat dengan kanopi berwarna putih, dan pagar besi berwarna hitam. Di bagian atap terdapat cerobong asap yang berukuran besar. Di kanopi pintu utama terdapat ukiran tanda kerajaan Inggris. Pertanyaannya, di manakah mereka sekarang ?
Adrian: Nah, disinilah tempatnya. Ayo kita keluar. (kemudian membuka pintu mobil)
Angel: Di sini tempatnya ? Kelihatannya asri banget...
Semua anak2 7 Icons lalu keluar dari mobil. Sementara Adrian sudah berada di depan pintu utama, dan sedang membuka pintu rumah itu. Anak2 7 Icons sangat takjub melihat tempat latihan mereka. Mereka tidak percaya kalau tempat ini adalah tempat latihan mereka. Tak lama, Adrian membuka pintunya dan mengajak anak2 7 Icons masuk ke dalam rumah itu. Mereka lalu masuk ke dalamnya.
Di dalam rumah, Adrian membuka jaket, topi, dan jas seragamnya dan menaruhnya di sebuah gantungan khusus. Suasananya cukup sepi, tapi ruangannya sangat indah. Warna temboknya coklat krem, dengan lukisan tergantung di beberapa sudut ruangan. Lampunya berbentuk chandelier dengan ukiran yang sangat indah, selain juga ada lampu2 gantung yang dipasang di dinding ruangan. Ruangannya kuno, tapi menarik. Semuanya bersih dan masih terawat. Anak2 7 Icons jadi semakin penasaran dengan bangunan ini.
PJ: Rumah apaan sih ini ? Kok kesannya kuno banget ya...
Adrian: Selamat datang di flat Inggris saya. Sebenarnya bukan punya saya... tapi untuk satu bulan ini, flat ini jadi milik saya. Saya menyewanya untuk satu bulan.
PJ: Buat apa kamu sewa flat sebesar ini untuk satu bulan ?
Adrian: Buat dijadikan tempat latihan kalian. Kalian semua akan latihan disini.
PJ: Benarkah ? Tempat ini menyeramkan nggak ?
Adrian: Menyeramkan ? Emangnya kenapa ?
PJ: Soalnya... ini kan gedung kuno... takutnya menyeramkan...
Adrian: Nggak kok. Nggak menyeramkan. Flat ini baru dua tahun yang lalu dibangun. Arsiteknya ingin sekali membawa ciri Inggris kuno ke dalam bangunan ini. Makanya kelihatannya kuno...
PJ: Oh, begitu... terus kita semua latihan di mana ?
Adrian: Ikut saya ke atas. Semua tempat latihannya ada di atas.
Adrian lalu naik ke lantai atas. Anak2 7 Icons pun lalu mengikutinya naik ke lantai atas sambil melihat-lihat seperti apa ruangan2 yang ada di flat itu. Tangganya warna coklat, dengan karpet berwarna coklat krem di anak tangganya. Di sebelah kirinya terdapat banyak lukisan dan hiasan dinding. Tangganya memutar, dan di lantai dua terdapat beberapa ruangan yang semuanya masih tertutup rapat. Di lantai kedua inilah tempat mereka akan latihan.
Adrian: Ini lantai keduanya. Kalian akan latihan disini.
Angel: Wah, asyik juga ya, tempatnya... jadi kita latihan di sini ?
Adrian: Ya. Yang di ruangan ini (sambil menunjuk ke ruangan di sebelah kirinya) untuk latihan vokal, dan untuk yang di ruangan ini (sambil menunjuk ke ruangan di sebelah kanannya) untuk latihan dance. Gw sudah siapkan semuanya. Sekarang kita masuk ke ruangan ini.
Adrian lalu mengajak anak2 7 Icons masuk ke dalam ruangan untuk latihan vokal. Di dalam ruangan itu, semua sudah disiapkan. Ada dua buah meja, yang satu berukuran lebih besar dari meja lainnya, dan di meja lainnya terdapat sebuah alat yang cukup canggih. Di belakang meja itu ada sebuah kursi, dan di belakangnya ada sebuah papan tulis berwarna hitam yang masih bersih, lengkap dengan tempat untuk menaruh kapur dan penghapusnya. Di depannya, sekitar beberapa langkah dari situ, ada tujuh kursi, lengkap dengan mejanya (seperti kursi di kampus) yang sudah diatur dengan posisi zig-zag, empat di depan, dan tiga di belakang. Di setiap meja tertulis nama pemilik meja tersebut, yang sudah ditempelkan di masing2 meja. Ini untuk memudahkan anak2 7 Icons untuk menemukan kursi mereka. Adrian sudah mengatur semua jarak dan posisi kursi itu sedemikian rupa, sehingga tidak ada yang terhalang. Di belakang kursi2 itu, ada sebuah sofa, tempat untuk bersantai. Di sebelah kanan ruangan, terdapat beberapa jendela dan di bawahnya terdapat beberapa buah meja dan tempat untuk menaruh barang. Di kirinya, terdapat lemari, cooler minuman, dan beberapa lukisan serta hiasan dinding. Semuanya sudah tertata rapi. Di samping papan tulis, terdapat sebuah peta dunia berukuran besar, dan ada lukisan Kenny Dalglish dan Steven Gerrard tergantung di dinding belakang papan tulis. Itu lukisan koleksi Adrian yang sengaja ditaruh di flat ini daripada dibiarkan tersimpan di gudang. Di bawah lantai terdapat karpet permadani Persia yang sangat bagus dan berukuran sangat besar. Lantainya sendiri lantai kayu, parquet, sama halnya dengan ruangan2 yang lain. Adrian langsung menaruh tasnya di atas meja, mengambil beberapa peralatannya, dan anak2 7 Icons masih melihat-lihat ruangan dan berpikir "kita ini ada di tempat apaan sih ? Sepertinya terlalu bagus untuk sebuah tempat latihan..."
Adrian mengeluarkan beberapa peralatan dari tasnya. Ada sebuah buku catatan, pulpen, dan Blackberry. Adrian lalu duduk dan membuka buku catatannya. Dia mulai menulis sesuatu di buku catatan tersebut. Sesekali ia melihat anak2 7 Icons masih melihat-lihat seperti apa sih ruangan itu... Adrian lalu berhenti menulis sebentar, lalu ia bersandar di kursinya.
Adrian: Silakan duduk. Saya tahu tempat ini cukup berbeda buat kalian... tapi setidaknya, ini cukup memadai buat kalian, ya kan ? Saya dengar kalian dulu pernah latihan vokal di apartemen ya ? Yah, anggap saja ini seperti tempat kalian latihan dulu... maaf kalau misalnya kalian merasa tak nyaman disini.
Adrian lalu membuka kancing tangan kemejanya dan melepas dasinya karena cuacanya sangat panas. Ia lalu menaruh dasinya di atas meja, lalu sedikit menata rambutnya, ia membuatnya sedikit lebih berantakan. Satu per satu anak2 7 Icons kemudian duduk di kursinya masing2, sesuai dengan namanya. Urutannya, kalau dilihat dari posisi Adrian, adalah... (nomor satu di depan, nomor dua di belakang, nomor tiga ke depan, dan seterusnya) Mezty, Linzy, Gc, Angel, PJ, Vanila, dan Natly. Setelah semuanya duduk, Adrian memulai perkenalannya.
Adrian: So, selamat datang, 7 Icons. Terima kasih banget sudah mau terima tawaran gw, dan inilah yang gw kasih kepada kalian. Sebuah program training yang sudah siapkan sejak lama. Gw kasih nama program training ini... Project Icons. Project yang khusus gw buat untuk membangkitkan kembali 7 Icons. Proyek ini gw sudah pikirkan dan gw rencanakan setelah gw melihat perform kalian yang makin lama makin kacau. Tujuan proyek ini adalah... untuk mengembalikan perform kalian kembali... dan mengembalikan status kalian sebagai salah satu girlband yang terkenal di negeri ini. Jujur saja, di luar sana banyak fans2 kalian yang merindukan kalian tampil keren lagi seperti dulu. Masih banyak kok yang senang sama kalian... dan mereka semua... dengan setia menunggu kalian tampil kembali.
PJ: Jadi maksudmu... kita akan di-training lagi dari awal lagi ? Begitu ?
Adrian: Yes. Tapi nggak semuanya. Setidaknya kalian masih punya sisa2 kemampuan kalian... yang mungkin masih bisa kalian latih dan manfaatkan lagi... Gw tahu kok seperti apa kalian tampil... dan gw bilang itu sudah keren banget. Sekarang, kita akan coba buat perform-nya lebih keren lagi. Sebagai permulaan, gw akan mulai dari lagu populer kalian, Playboy. Setelah urusan Playboy selesai, kita lanjutkan dengan yang lain. Kalian semua sudah siap ?
7 Icons: Siaaapppp...
Adrian: Oke, good. Gw jadi seperti guru sekolah nih... sekarang gw akan kasih tahu apa rencana kita buat besok. Hari ini kita perkenalan dulu, besok baru kita mulai. Ini biar kalian bisa adaptasi dulu lah... sekaligus biar kalian bisa lebih siap untuk hari2 berikutnya. Sekarang, lihat di sebelah gw, ini ada sebuah alat...
Adrian lalu berdiri dan mempertunjukkan alat itu pada anak2 7 Icons. Alatnya berwarna krem, ada beberapa tombol di situ, juga ada tempat disc-nya, beberapa kabel di belakang, dan beberapa headset yang terpasang di alat tersebut. Alat apa ini ?
Adrian: Perkenalkan, ini alat perekam suara serbaguna. Saya pinjam dari teman saya, dan ini masih baru, buatan Amerika. Disini ada dua tempat untuk menaruh disc, ada mode rekam, ada mode putar, ada headset, lengkap dengan mikroponnya, dan ada juga pemutar kasetnya. Ini bisa dipakai untuk merekam suara untuk diputar dalam format kaset biasa atau dalam format CD. Cara pakainya seperti ini...
Adrian lalu memasang headset yang ada mikroponnya (ada dua headset di situ, satu headset dengan mikropon untuk merekam, dan satu headset lagi, tanpa mikropon untuk mendengar), kemudian ia mengatur posisi mikroponnya, dan lalu menyalakan alatnya.
Adrian: Nah, sekarang alatnya sudah dinyalakan... ketika alatnya sudah dinyalakan, untuk merekam, ada di tombol sebelah kiri mesin. Semua tombol di kiri mesin ini adalah untuk merekam, dan semua tombol di kanan ini adalah untuk memutar kembali hasil rekaman. Untuk mulai merekam, tekan tombol merah ini. Sekarang saya akan merekam suara saya dengan alat ini.
Adrian lalu menekan tombol merahnya, dan alat itu mulai merekam. Adrian menyanyikan reff dari lagu You'll Never Walk Alone. Suaranya ternyata sangat bagus sehingga anak2 7 Icons merasa kagum dengannya. Mereka baru kali ini mendengar suara Adrian kalau bernyanyi. Setelah selesai bernyanyi, Adrian mematikan tombol rekamnya, dan anak2 7 Icons justru bertepuk tangan. Adrian pun jadi kaget, sambil melepas headset-nya. Ia lalu menaruh headset-nya dan bertanya pada anak2 7 Icons.
Adrian: Kenapa kalian pada tepuk tangan ?
PJ: Habis suara kamu bagus deh...
Angel: Iya... pas banget lho kalau jadi penyanyi... belajar dari mana ?
Adrian: Gw jadi malu... Hahaha... tapi baiklah, untuk menjawab pertanyaan kamu, Angel, gw akan sedikit bercerita soal seperti apa sih masa lalu gw dulu...
Linzy: Wah, beneran ? Ceritain dong, pasti seru deh...
Adrian: Oke, tapi sebentar, ada yang harus gw pindahkan dulu.
Adrian berjalan kembali ke belakang meja dan mengambil kursi Chitose merahnya lalu membawanya ke depan meja, membuatnya posisi duduknya menjadi lebih dekat dengan anak2 7 Icons. Ia lalu duduk dan mulai bercerita soal masa lalunya.
Adrian: Soal bagaimana gw bisa nyanyi sebagus itu... yang pasti gw belajar. Dulu, aku pernah ikut vocal group waktu SMP. Waktu itu aku masih malu2 untuk bernyanyi. Sama halnya waktu gw gabung ke tim sepakbola, gw ikut gabung karena gw diajak oleh teman. Di Bandung aku dulu punya banyak teman, dan mereka lebih manja, kalau gw bilang. Katanya kalau gw nggak ikut, gw nggak akan diajak nonton bareng pertandingan final Piala FA. Padahal gw udah bayar tiketnya untuk bisa ikut nonton bareng itu. Ya sudahlah, akhirnya gw ikut audisi untuk jadi anggota baru vocal group itu... padahal, mereka nggak tahu, kalau aku agak sedikit malu2 kalau nyanyi, dan kalau dipaksakan, suara gw bakalan jelek. Tapi syukurnya, kepedean gw keluar saat audisi, sehingga gw bisa nyanyi dengan baik dan gw diterima masuk vocal group.
Vanila: Wah hebat... kenapa waktu SMP nggak ikut tim sepakbola aja ?
Adrian: Justru aku menjauhi masuk tim sepakbola. Gw masuk di sekolah yang hampir semua cowok2nya penggila bola dan punya skill main bola yang bagus. Mereka teman saya semua, tapi kalau gw sudah main bola dengan mereka, yang ada gw malu, karena gw secara skill nggak sebagus mereka. Pada saat itu...
PJ: Tapi kenyataannya, kamu main bola bagus banget kok...
Adrian: Kan saya bilang, pada saat itu. Bukan sekarang. Justru aku kemudian berusaha untuk belajar dari teman2ku itu... makanya kemudian gw jadi jago main bola...
PJ: Oh, begitu... berarti kamu dulu pernah main bola dong ?
Adrian: Ya. Hanya sekedar bersenang-senang. Itu pun setelah dipaksa. Biasanya kalau gw diajak main bola yang ada gw minder duluan waktu itu. Karena tadi... teman2 gw skill-nya jauh... jauh di atas gw...
Natly: Oh... jadi gitu ceritanya... terus kelanjutannya yang di vocal group bagaimana ?
Adrian: Nah, soal vocal group. Gw akhirnya diterima jadi anggota vocal group. Nah, gw dan teman2 vocal group gw dapat kehormatan besar karena waktu itu gw dilatih sama pelatih vocal group terbaik di kota Bandung. Gw diajarin segalanya, mulai dari teknik ambil napas, ambil suara, nyanyi suara tinggi, vibrasi, semuanya... gw diajarin untuk bisa membawakan semua jenis lagu sebaik mungkin. Hasilnya, gw jadi lebih berani buat bernyanyi... dan akhirnya gw jadi sering nyanyi ke mana2...
Angel: Nyanyi ke mana2 ? Emangnya kamu pernah nyanyi di mana ?
Adrian: Gereja, kafe, acara sekolah... semua acara yang memang gw bisa ikuti... gw diajak untuk tampil di mana saja... tadinya gw mau menolak, tapi gw nggak enak... soalnya tawarannya lumayan... apalagi kalau di kafe... diam2 gw dibayar...
Angel: Dibayar ? Dibayar berapa ?
Adrian: 500 ribu dan dua kaleng Coca-Cola. Tapi yang terakhir itu permintaan gw. Gw emang suka Coca-Cola sih...
Linzy: Lumayan banget tuh... uangnya buat apa ?
Adrian: Nambah uang jajan dan bayar uang sekolah. Makanya gw bisa beli banyak kaus bola...
Linzy: Oh... hebat banget... terus selama gabung di vocal group, ada prestasinya nggak ?
Adrian: Ada dong. Dulu gw masih ingat, tim gw dulu pernah juara antar rayon, jadi kita diadu sama sekolah2 lain yang ada di wilayah yang sama. Terus lanjut ke tingkat kecamatan, menang lagi. Masuk tingkat kota, menang lagi. Sampai akhirnya jadi wakil kota buat lomba tingkat provinsi. Di tingkat provinsi, walaupun ada lima orang yang nggak ikut waktu itu, tetap bisa menang. Akhirnya, sampai di tingkat nasional... jadi wakil provinsi, kita juara ketiga.
Linzy: Wah keren... yang dulu juara saat itu siapa ?
Adrian: Juara satunya Jawa Timur, juara keduanya dari Maluku kalau nggak salah. Kalau mereka sih, suara udah nggak usah diragukan lagi...
PJ: Terus, setelah jadi juara2 begitu... kelanjutannya gimana ?
Adrian: Yah, kita nggak ada kegiatan setelah itu. Tapi kemudian, pelatih vocal group gw keluar. Katanya, dia sudah nggak ngatur jadwal lagi, karena dia sudah melatih banyak sekolah hampir setiap hari. Belum lagi dia mengajar di les vokal. Jadi padat banget. Terus masuk pelatih baru, dan gw langsung nggak sreg dengan cara melatihnya. Akhirnya gw keluar dari tim vocal group. Total, gw hanya di vocal group sekolah, hanya sampai awal2 kelas dua aja. Setelah itu gw nggak ikut lagi. Tapi meskipun dia sudah keluar, gw beruntung bisa punya waktu untuk mencatat seperti apa caranya ia melatih. Dan itu yang akan gw coba praktekkan pada kalian.
Mezty: Jadi kamu akan melatih kita dengan cara yang pelatih vocal group kamu lakukan itu ?
Adrian: Betul. Beruntung saat gw bongkar2 barang di gudang rumah dua bulan yang lalu, gw temukan buku catatan vocal group gw. Di situ, gw catat semua teknik yang gw pelajari dan cara pelatih gw melatihnya. Sampai lecek gw baca trik2nya... Sebentar ya, saya ambilkan dulu.
Adrian lalu berdiri dan kembali ke belakang meja dan membuka isi tasnya. Selang beberapa saat kemudian, ia mengambil sebuah buku yang lumayan tebal dan covernya keras, seperti buku agenda tahunan. Ia lalu kembali ke depan dan duduk di kursinya.
Adrian: Ini bukunya. Agenda tahun 2006. Gw beli buku ini dulu buat iseng2 aja... buat mencatat ada PR atau nggak selama hari2 gw sekolah. Tapi kemudian gw pakai untuk menulis catatan soal vocal group. Soalnya, gw langsung suka dengan cara melatih pelatih gw. Akhirnya gw catat diam2 semua yang gw dapat dari kelas vocal group. Hasilnya seperti ini. Tapi jujur saja, buku ini nggak pernah gw baca, sejak gw keluar dari tim vocal group. Gw simpan buku ini. Siapa tahu berguna suatu saat nanti. Dan sepertinya sekarang buku ini ada gunanya...
Mezty: Boleh nggak bukunya aku lihat ? Biar kita tahu isinya...
Adrian: Silakan. Buku ini juga perlu kalian baca.
Adrian lalu berdiri dan memberikan bukunya pada Mezty. Anak2 7 Icons yang lain langsung mengerubunginya. Mereka semua juga penasaran terhadap isi "kitab sakti"-nya si Adrian itu. Adrian sendiri juga memberitahukan maksud dari beberapa tulisan yang ia buat. Di dalam buku itu, selain ada beberapa catatan Adrian dari latihan vocal group dan cerita tentang pelatihnya, juga ada beberapa lirik lagu, lengkap dengan chord gitar dan pianonya, beberapa catatan harian, catatan soal PR dan ulangan, lengkap dengan tanggalnya, beberapa gambar2 iseng, dan beberapa catatan nomor handphone, email, dan alamat friendster. Dulu kan tahun 2006 yang ada baru handphone, email, dan friendster... pin BB, facebook, dan twitter mana ada ? Mungkin kalau catatannya tahun 2010 baru ada tuh... Setelah diberi kesempatan selama 15 menit untuk melihat-lihat, Adrian lalu mengambil kembali bukunya dan kembali duduk. Semua anak2 7 Icons yang lain juga kembali ke tempatnya masing2.
Adrian: Sekarang kalian sudah lihat isi catatan saya. Beberapa bagian dari catatan itu nantinya akan gw pakai untuk melatih kalian. Mungkin agak berat, tapi gw akan coba. Kita santai saja, nggak perlu terburu-buru. Tapi kalian semua udah nggak sabar ya, untuk memulai latihan ini ?
7 Icons: Iya dongggg!!!!!!
Adrian: Tenang. Latihannya resmi dimulai besok. Dengan alat ini tentunya. Dulu, pelatih vocal group gw juga pakai alat seperti ini juga untuk mengetes vokal para anggota tim vocal group. Dari situ, dia bisa tahu apa yang ditingkatkan dari setiap anggotanya. Jadi, pertama-tama kita latihan dengan alat ini dulu.
Gc: Soal... latihan dance-nya... kapan ?
Adrian: Latihan dance-nya ? Setelah kita latihan vokal. Besoknya lagi. Di ruangan seberang. Itu sudah gw modifikasi untuk jadi tempat latihan dance buat kalian.
Natly: Oh, jadi kita latihan vokal besok, dan besoknya lagi kita latihan dance. Begitu ?
Adrian: Yap, betul sekali. Dan jadwalnya akan terus seperti ini. Latihan vokal, latihan dance, latihan vokal, latihan dance, seperti itu... tapi saat latihan dance, kita juga akan tetap bernyanyi. Karena kalian kan bernyanyi sambil menari, jadi nanti kita juga akan latihan bagaimana caranya kalian bisa bernyanyi dengan enak, meskipun kalian menari. Di buku ini juga ada kok... soalnya, tim vocal group gw dulu pernah mencoba melakukan hal seperti... Glee. Ada yang pernah nonton ?
Angel: Glee ? Aku pernah nonton kok... maksudnya vocal group-nya nyanyi sambil menari begitu ?
Adrian: Yes. Nanti gw akan latihkan itu juga pada kalian. Minimal, memantapkan saja, jadi kalian bisa lebih kuat bernyanyi sambil menari.
Angel: Oke deh... terus soal waktunya bagaimana ?
Adrian: Waktunya ? Oh, ya. Aku lupa. Waktunya tiga jam. Dari jam kita pulang sekolah, hingga sore. Kita pulang jam dua, berarti kita mulai latihan sekitar jam setengah tiga, tergantung waktu transport-nya, sampai jam setengah enam atau jam enam deh. Tergantung kita sampai di flat ini jam berapa. Oh, ya. Satu hal lagi. Kalau kalian latihan dance, bawa baju ganti ya. Kalian harus pakai baju khusus buat latihan dance.
Vanila: Kalau itu sih sudah pasti... dulu kita juga begitu...
Angel: Iya. Kita pasti bawa kok...
Adrian: Good. Aku cuma mengingatkan aja kok. Well, gw pikir udah cukup deh perkenalannya. Soal yang lain, mungkin kita berjalan aja. Ingat, mulai besok, kita mulai latihannya, dan kita mulai dari alat ini. Gw akan tes vokal kalian, setelah itu... nanti akan gw lihat apa yang harus gw lakukan berikutnya. So, get prepare. Pertemuan hari ini selesai, dan kita langsung pulang.
Adrian lalu berdiri dari kursinya, dan lalu membawa kursinya kembali ke belakang meja. Anak2 7 Icons pun lalu juga berdiri dari kursinya, mengambil tas dan bersiap untuk pulang. Adrian lalu membereskan barang2nya dan lalu ikut bergabung bersama anak2 7 Icons untuk pulang. Adrian hanya mengantongi dasinya, dan membuka satu kancing kemejanya lagi karena panas. Mereka lalu keluar dari ruangan itu, turun tangga kembali ke lantai dasar, dan Adrian mengambil jas, jaket, dan topinya, lalu membukakan pintu buat anak2 7 Icons. Ia lalu mengunci pintunya setelah semuanya keluar. Kemudian mereka bergegas menuju mobil, kali ini Angel yang berada di depan setir, dan beberapa saat kemudian, mereka meninggalkan flat itu untuk kembali ke rumahnya masing2. Hari perkenalan telah berakhir.
Jadi, anak2 7 Icons sekarang sudah diperkenalkan dengan lingkungan tempat latihan mereka, yaitu sebuah flat bernuansa Inggris klasik yang terletak di pinggiran kota Jakarta. Kira2, apa yang akan terjadi berikutnya ? Berhasilkah anak2 7 Icons menjalani latihan mereka bersama Adrian ? Bagaimanakah kelanjutan ceritanya ? Untuk bagian 15 ini, akan diperlakukan sama dengan bagian 13 dari cerita ini. Satu cerita yang panjang dibagi menjadi beberapa bagian. Rencananya, untuk cerita latihannya, akan dibagi dalam dua bagian, yaitu bagian 15, yang nantinya akan menceritakan latihan anak2 7 Icons di hari2 pertama dan pertengahannya, dan bagian 16, yang nantinya akan menceritakan latihan di minggu2 terakhir dan test akhirnya. Soal bagian 16 apakah juga akan dibagi menjadi 16a dan 16b... lihat kondisi dulu deh... Yang pasti bagian 15 harus dibagi, minimal dua bagian. Nanti juga lihat kondisi dulu apakah mau dibagi jadi tiga bagian atau seterusnya. Mengenai cerita cintanya Adrian dan cerita2 lain yang sebelumnya sudah gw rencanakan di awal cerita ini, itu akan menjadi cerita sisipannya. Pokoknya, tetap stay tune terus di blog saya, karena cerita Fanfiction 7 Icons part 15 ini masih akan berlanjut ke bagian berikutnya. Always remember, it's just a Fanfiction.
BERSAMBUNG... (ke part 15b)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar