Rabu, 17 Agustus 2011

REFLEKSI KEMERDEKAAN INDONESIA: MERDEKA SETENGAH MERDEKA

Hai, sebagai pengganti Fanfiction 7 Icons yang untuk hari ini pengerjaannya saya liburkan, saya akan menulis sedikit cuap2 saya tentang peringatan kemerdekaan Indonesia. Ini adalah sebuah refleksi tentang kemerdekaan Indonesia, yang saya dapatkan dan saya rasakan selama ini. Niatnya mau kritis, tapi have fun dikit boleh kan ?
Pertama-tama soal... pengalaman saya 17-an. Jujur saja, untuk tahun ini saya tidak ikut upacara 17-an, untuk pertama kalinya sejak SD. Saya kan sekarang lulus SMA, jadi sekarang saya nggak ikut upacara bendera lagi. Saya merasa beruntung bisa ikut dua jenis upacara bendera saat 17-an. Dulu waktu SD dan SMP, saya ikut upacara penaikan bendera, karena saya masuk pagi. Ketika SMA, saya ikut upacara penurunan bendera, karena saya masuk siang. Sebenarnya bikin malas dan bikin ngantuk, apalagi yang pagi, tapi justru ada saja yang bikin saya harus ikut dalam upacara itu... soalnya kalau saya nggak hadir... makin banyak lagi yang nggak ikut, maklum, banyak yang malas ikut upacara... terutama ketika saya SMA. Ketika saya SMA, saya masih ingat, kontingen kelas saya masih bisa dihitung dengan mudah. Absensi sekolah meningkat saat tanggal 17 Agustus. Padahal sudah jadi keharusan untuk ikut upacara, tapi mau gimana lagi ? Biasalah, banyak malas ikut upacara, saya juga sebenarnya demikian... tapi saya masih mau berusaha untuk datang. Habis, yang datang sedikit sih... jadi mau bagaimana lagi... saya masih ingat juga kalau upacara penurunan bendera, saya dan beberapa teman saya sambil hormat nyanyi Indonesia Raya (itu dibolehkan nggak ?) dan kita membuatnya jadi semacam kebiasaan. Tapi kadang nggak selalu bernyanyi sih, hanya saja kita pernah melakukan itu. Kira2 nanti kalau kuliah begitu juga nggak ya ? Saya nanti kuliah malam lho, kalau mau tahu... mana ada upacara malam hari... yang ada pagi dan sore hari... bisa2, gw hanya nonton upacara bendera dari Istana Negara lewat TV doang... tapi itu menurutku sudah lumayan.
Di bagian kedua cerita saya, sekarang kita masuk ke refleksinya. Ada orang yang bilang kita bilang Merdeka tapi kenyataannya kita nggak Merdeka. Bener nggak sih ? Kadang2 itu juga pertanyaan dalam diri saya. Kok ada yang bilang seperti itu. Yang saya tahu, kita sudah bebas, Merdeka selama lebih dari 60 tahun, 66 tahun malah sekarang... jadi kita layak mengucapkan kata2 itu. Merdeka, Merdeka di mana2. Di twitter, hashtagnya Merdeka yang masuk Trending Topic sejauh ini... tapi belakangan saya sadar kalau itu memang ada benarnya. Masalah demi masalah yang ada di negara kita membuat kita kadang2 jadi bertanya apakah layak kita berkata Merdeka, atau tidak. Sering kita dengar banyak orang kesusahan di luar sana, di saat saya, dan mungkin yang lain, sedang berpesta pora menyambut apa yang kita sebut sebagai Kemerdekaan. Ada yang upacaranya nggak enak, karena takut diganggu oleh orang tak suka (ibaratnya Antic kalau dalam bahasa Iconia), ada yang nggak punya uang untuk beli kebutuhan pokok, ada yang hidupnya selalu terancam dan merasa diperlakukan tidak adil... ada pula yang bahkan merasa tak diperhatikan hidupnya. Jangan salah, saya memperhatikan lho... lha wong saya nonton berita... bahkan yang paling miris para veteran hidup susah padahal sudah jelas mereka yang berjuang demi kemerdekaan Indonesia... mereka bahkan sudah diberi piagam dan tanda kehormatan di masa lalu... mungkin dulunya mereka enak, tapi kini nggak. Secara keseluruhan saya bisa bilang kalau di luar sana ada banyak orang yang lebih susah daripada kita. Kesenjangan antara kaya dan miskin di negeri ini sangat dan malah terlanjur besar, seperti mengibaratkan mobil Red Bull dan mobil Virgin Racing ketika balapan di F1... jaraknya jauh sekali, bisa berlap-lap jauhnya... mungkin dulunya dekat, di awal balapan, tapi makin lama, makin lama, mereka makin tertinggal dan mobil yang di depan semakin kencang... hingga akhirnya mobil yang tertinggal ini di-overlap dan ketinggalan satu lap. Lalu ketinggalan dua lap, dan seterusnya hingga balapan berakhir. Nah, kira2 seperti itulah kesenjangan antara kaya dan miskin di negara ini. Mungkin di negara lain juga demikian, ada yang lebih parah dan ada yang lebih baik... tapi bukan berarti tidak ada. Tapi itu sudah membuktikan bahwa ada perbedaan yang besar di situ dan mungkin akan membesar di masa2 berikutnya, jika kita tidak memulai suatu perubahan atau bantuan untuk mereka. Saya hampir lupa memberi tahu ini... banyak di luar sana yang masih belum bisa sekolah. Ada yang bisa sekolah, tapi tempatnya tak memadai. Ada yang sekolahnya bahkan entah di mana dan belajar ala kadarnya. Tapi itu belum apa2. Ada juga yang sudah sekolah, tapi pengetahuan kenegaraannya masih lemah. Ada teman saya di twitter, kebetulan dia kuliah kerja satu setengah bulan di sebuah desa, yang cerita kalau ada sekolah yang murid2nya bisa dikatakan... wawasan kebangsaannya masih lemah. Bukannya mereka bodoh, tapi memang ada yang salah dengan transfer ilmu mereka, sehingga hanya sedikit yang diketahui. Sarana penunjangnya juga tak memadai sehingga transfer ilmu mereka juga terhambat... buku2 mereka sedikit, jadi mereka hanya belajar dari buku itu terus... akhirnya mereka hanya tahu isi buku itu saja. Padahal setahu saya, butuh banyak buku yang perlu untuk dibaca sehingga pengetahuan kita bisa bertambah dan makin berkembang. Tapi untuk membeli buku itu, mereka tak punya uang. Buku memang makin mahal ya sekarang... saya merasakan. Tapi memang sudah hukumnya, semakin bagus bukunya, semakin mahal harganya. Dan kebetulan buku saya bagus2... ujung2nya bayar harus dicicil... saya masih bisa bayar... untuk murid2 di sekolah tadi ? Belum tentu kayaknya. Beruntung sih, di SMP tempat saya dulu sekolah, sekarang buku2 bisa disewakan untuk belajar. Mungkin kalau menurut saya, anak2 yang di sekolah itu pantas mendapatkan buku2 yang seperti itu. Biarlah sekolah yang seperti itu, dapat buku yang tidak kalah bagus dengan sekolah yang memang bagus di kota. Janganlah menilai buku itu dari cover dan tampilannya. Tapi bisa menunjang nggak untuk belajar ? Pengetahuannya bagus tidak ? Itu yang terpenting. Karena yang sebetulnya dibutuhkan dari setiap siswa yang belajar adalah pengetahuan, bukan buku bagus. Buku itu sengaja dibuat bagus biar ada minat untuk dipelajari dan untuk dibaca. Buku itu sekedar perantara. Kita baca buku itu dan dapat pengetahuan kan ? Nah... begitu seharusnya. Kita baca bukunya, dapatkan pengetahuannya, dan lalu sebar pada orang lain. Itu akan lebih berguna. Seharusnya... tapi kadang2 kita nggak demikian. Pengetahuan bagus hanya menclok sebentar, hanya sampai tes, setelah itu buang, karena katanya bikin mumed dan ingin buka ruang buat pengetahuan berikutnya... jangan salah, aku juga mengalami kok... teman2ku juga. Anda yang juga membaca ini juga pernah melakukan demikian kan ? Jangan bohong! Sekarang lagi puasa nih, dan dulu pada tahun 1945, ketika Bung Karno membacakan teks proklamasi, 17 Agustus itu termasuk dalam bulan Ramadhan. Jadi sebenarnya Bung Karno puasa waktu itu... ditambah lagi dia sakit malaria pagi sebelumnya. Tapi dia sudah janji untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada saat itu. Jadi kalian jangan bohong kalau kalian dulu pernah melakukan hal yang saya ceritakan di atas... gw yakin semua pernah mengalami kok... bahkan yang paling pintar sekalipun juga bisa mengalaminya. Ada titik jenuh dalam belajar. Jangan salah, itu memang ada. Tanda2nya, bosan buka buku, malas bikin PR dan memilih untuk bertanya pada teman, belajar yang tadinya serius sekarang nggak... seperti itu. Saya juga pernah mengalami kok... namanya juga yang saya rasakan... berarti kan pengalaman... hehehehehe...
Sekarang kembali ke urusan awal. Kemiskinan, keadilan, kurangnya rasa nasionalisme, perpolitikan, sekarang menjadi masalah yang sering kita dengar belakangan ini. Saya sampai bosan lho mendengar ini. Terutama soal politik dan keadilan. Kalau soal kemiskinan dan juga masalah sosial, itu masih mau mendengar... tapi kalau sudah keadilan dan politik... udah bosan gitu, apalagi kalau itu2 melulu yang dibicarakan. Kayaknya sekarang semua masalah kalau nggak bawa nama2 politik nggak bakal terangkat ke media gitu. Kan kadang2 kita dengar, ada masalah ini, masalah itu... eh ujung2nya begini lagi, begitu lagi... kan terasa banget tuh... sampai2 banyak orang berargumen yang aneh2 yang mungkin bikin bingung saya secara pribadi, atau bahkan orang yang menontonnya. Terlihat sekali mereka membawa kepentingan tertentu. Padahal kalau mereka mau sedikit menggeser kepentingan itu dengan kepentingan yang lebih baik, bukan nggak mungkin itu akan memperbaiki semua masalah yang ada di negara ini. Terlihat kalau semua orang2 itu tidak 17-an (Satu Tujuh-an, baca satu tujuan), tapi sejuta tujuan. Itu udah beda banget. Coba kalau semuanya mau satu tujuan, dan fokus untuk itu, pasti semua masalah kita bakalan selesai. Tidak hanya untuk mereka yang duduk di kursi pemerintahan, tapi itu juga buat kita. Satu tujuan. Kita sekarang satu (juta) tujuan. Kita mau itu dululah, mau ini dululah... yang lebih penting disingkirkan dan dikerjakan belakangan... nanti nambah lagi tujuannya kemana... disingkirkan lagi... hingga akhirnya jadi paling belakang. Kalau kayak begitu, kapan dikerjainnya ? Harusnya kita sadar bahwa kita itu harus punya prinsip dalam menjalani semuanya. Jangan lakukan apapun, sampai apa yang kita lakukan ini kelar. Kadang2 saya juga seperti itu. Satu (juta) tujuan... kita pun juga demikian. Saya nggak akan tunjuk siapapun, karena kita memang sering melakukannya, tapi tidak mau kita kasih tahu, dan memilih menyimpannya dalam hati. Harusnya hati bisa bicara ya... tapi sebenarnya hati bisa bicara. Kita curhat, itu sudah membukakan hati kita untuk bicara. Kita bicara berdasarkan hati dan perasaan. Hati bermain di sini. Hati berbicara secara tak terdengar, tapi dia bisa diperjelas dengan perasaan dan sikap kita, dan dikeluarkan lewat apa yang kita sebut sebagai curhat. Curahan hati. Namanya juga curahan hati, isi hati kita keluarkan... apa adanya, blak2an, dan sesuai dengan apa yang kita mau. Kita bicara semau gw di situ... dan hati mengontrol kita untuk berbicara apa adanya itu, dipertegas dan diperjelas dengan perasaan dan tutur kata kita, hingga akhirnya teman kita mengetahuinya, dan ikut mencurahkan isi hatinya juga. Seperti itu. Itu curhat menurut saya... berdasarkan pengalaman setiap orang yang memang selalu curhat pada temannya. Semua perasaan bermain, mulai dari senang, sedih, kuciwa (kecewa maksudnya), bahagia, marah, banyak. Kelihatan banget kok kalau kamu mau mendengarkan curhat orang lain. Makanya, kalau bisa, setelah ini, setelah Anda membaca cerita ini, cobalah dengarkan curhat orang lain. Baik itu dari jarak dekat (antar teman), atau jarak jauh (mendengar percakapan orang). Nanti akan terlihat kok... dan akan terbukti seperti apa curhat itu. Kembali ke prinsip. Seharusnya kita semua punya prinsip. Prinsip itulah yang nantinya akan mengantarkan kita pada kesuksesan yang kita mau. Semakin keras orang itu dalam berprinsip dan bertujuan, maka ia akan semakin sukses. Karena ia tahu apa yang ia inginkan, dan tahu apa yang ia kerjakan. Itu sudah ia rencanakan dengan matang dan baik. Dari sini ke sini, lalu ke sini, kemudian ke sini, seperti itu. Ia akan selalu mengutamakan rencana2 itu, daripada tujuan atau rencana lain yang menurutnya intensitas kepentingannya tidak sepenting yang sedang ia kerjakan saat ini. Makanya prinsip itu kunci orang sukses. Cara berprinsip sebenarnya gampang. Ibaratnya kamu belanja. Kamu mau beli jaket kulit yang mirip dengan yang dipakai oleh Angel 7 Icons. Ketika kamu tiba di mall, dan masuk ke toko pakaian, langsung kamu cari yang menjual jaket kulit yang seperti itu. Jangan tiba2 kamu melihat ada rok mini yang persis seperti dipakai PJ 7 Icons atau dress-nya Linzy 7 Icons, atau mungkin korsetnya Vanila 7 Icons, kamu berhenti dulu. Nanti jaketnya malah kehabisan. Nanti dulu untuk urusan itu. Cari dulu jaket kulitnya, baru ambil yang lain... tapi sesuai budget ya... kalau uangnya hanya cukup untuk beli jaket kulit, ya roknya PJ jangan dibeli... simpan dulu untuk berikutnya. Dan kamu harus punya prinsip baru, bahwa roknya PJ ini akan jadi target berikutnya, ketika kamu akan kembali ke toko itu. Itulah cara berprinsip yang gampang. Tapi harus disadari. Semakin besar visi kamu, dan keinginan kamu, atau tujuan kamu, prinsip itu akan makin sulit untuk dilakukan atau makin berat. Karena godaan dan kesulitannya makin banyak, sob. Kalau tadi mungkin hanya mengincar jaket kulit, godaannya udah banyak, mulai dari rok mini lah, dress-lah, korset, atau mungkin sack dress-nya Gc 7 Icons, atau sarung tangannya 7 Icons, atau mungkin kacamata bolong dan topinya Angel 7 Icons... bahkan headsetnya Mezty 7 Icons dan bando berpitanya Natly 7 Icons... sekarang kalau tujuannya untuk membuat negara ini lebih baik, atau lebih maju... godaan makin banyak... ada korupsi, ada perang kepentingan, ada pihak2 yang tak sependapat, dan lain sebagainya. Bisa demikian. Harus bijak untuk menentukan prinsip tersebut. Atau malah, kita berprinsip dari yang kecil dulu, tapi tujuannya pas. Untuk berprinsip, harus ada strateginya. Supaya kita nggak kelabakan untuk melakukan hal itu ketika kita akan melakukannya. Begitu. Lebih baik kita mulai dari prinsip yang kecil dulu, tapi nanti tujuannya tepat sasaran, daripada kita langsung berprinsip yang besar tapi kelabakan di tengah jalan, tenggelam dalam godaan dan kesulitan, dan tujuan itu tak tersampaikan. Prinsip dan tujuan harus ada untuk membuat Indonesia lebih baik, memang. Tapi kita mulai dari hal yang kecil dulu, dari sekitar kita, hingga akhirnya akan makin tinggi dan makin tinggi, hingga bisa mencakup orang banyak di seluruh Indonesia. Kira2 seperti itu.
Masalah kita memang banyak, tapi bukan berarti tanpa penyelesaian. Suatu saat pasti akan selesai, asalkan kita mau berprinsip dan melakukan hal yang tepat agar dapat menyelesaikan masalah itu secara baik dan dapat memberi jalan keluar yang baik pula untuk semuanya. Kita memang terjebak dalam kenyataan antara kita bilang merdeka, atau tidak bilang merdeka. Di satu sisi memang sudah bebas dari penjajahan. Tapi di sisi lain, masih ada yang belum merasakan kemerdekaan yang benar2 mencirikan kebebasan, kemajuan, kemakmuran, dan kesejahteraan. Layaknya kita bilang merdeka atau tidak, tergantung Anda, karena Anda sendiri yang menilai. Kita sudah merdeka atau belum. Saya sendiri hanya bisa bilang kita itu Merdeka Setengah Merdeka. Di satu sisi kita Merdeka, tapi di sisi lain kita belum. Anda mungkin bisa sama pendapatnya atau tidak. Tapi yang pasti, berdasarkan apa yang saya lihat dan yang saya rasakan, bisa jadi memang benar, kita Merdeka Setengah Merdeka. Jalan masih panjang dan kesempatan masih ada untuk mengubah yang "Merdeka Setengah Merdeka" ini menjadi "Merdeka Sepenuhnya". Asalkan tadi. Kita berprinsip untuk mau mengubah negara ini menjadi lebih baik dan mau memperbaiki semua yang selama ini kita anggap salah di negara ini. Kita juga harus bisa meningkatkan rasa cinta tanah air dan nasionalisme, agar kita bisa mengisi kemerdekaan kita dengan hal2 yang baik dan penuh dengan kecintaan kita pada negara kita. Nasionalisme kita sudah bagus sebenarnya. Tapi hanya di saat upacara dan pertandingan Timnas Indonesia. Sebetulnya Nasionalisme itu harus kita tingkatkan setiap hari, dengan mewujudkan kesadaran kita untuk mencintai segalanya yang memang berasal, berciri, atau beridentitas Indonesia. Itu yang terpenting. Selain itu, kita juga harus meningkatkan kepedulian kita pada sesama. Mumpung bulan puasa nih... kita saling membantu sesama, sekaligus mendekatkan jarak antara kita yang berkecukupan dan mereka yang belum punya, seperti yang tadi dijelaskan di atas. Kemerdekaan negara ini seharusnya bisa kesempatan untuk memerdekakan orang lain. Minimal, membuat mereka yang tak punya bisa punya makanan untuk hari ini, membuat mereka bahagia pada hari ini, meskipun hanya sebentar, membuat mereka merasa bebas untuk sementara waktu, dan lain2nya. Mereka yang belum bebas, kita bebaskan, kecuali yang di penjara... kita harus berbagi enaknya dan nikmatnya kemerdekaan itu dengan mereka. Buatlah mereka juga ikut merdeka dan merasa bahagia. Itu sudah cukup untuk semuanya. Juga kita harus bersyukur pada Tuhan karena kita masih punya waktu, diberi waktu untuk bisa merasakan nikmatnya dan enaknya menjadi orang yang merdeka. Tapi kita juga harus minta bantuan dan petunjuk Tuhan, agar kita ke depannya bisa punya kekuatan dan semangat untuk mengubah negara ini menjadi lebih baik, dan sekaligus juga mengisi kemerdekaan ini dengan sebaik2nya, sehingga dari yang tadinya levelnya masih "Merdeka Setengah Merdeka" menjadi "Merdeka Sepenuhnya", seperti yang tadi saya jelaskan di atas. Yang juga terpenting, kita harus meningkatkan persatuan dan kesatuan negara kita. Persatuan adalah kunci penting untuk mengisi kemerdekaan, karena untuk mengisi kemerdekaan tak cukup satu orang. Semua orang harus terlibat, dan semua orang harus punya satu prinsip dan satu tujuan, untuk bisa membawa Indonesia menjadi lebih baik. Sudah tidak ada gunanya, bertikai, berantem terus2an... saling menyalahkan, saling merusak, saling menghina satu sama lain. Namanya Indonesia sudah jelas, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Motto-nya juga sudah jelas, Bhinneka Tunggal Ika, Unity in Diversity, kalau kata Obama, berbeda-beda tapi tetap satu. Berarti kan, kita seharusnya bersatu. Satu tujuan. Satu tekad. Satu hati. Satu harapan. Satu impian. Satu visi. Satu keinginan. Untuk satu negara. Kita seharusnya punya itu. Yang benar satu tujuan. Bukan satu (juta) tujuan. Kita harusnya bisa mewujudkan Indonesia yang lebih baik, karena kita memang pada kenyataannya bersatu. Bahagia sebagai satu bangsa. Bangga sebagai satu bangsa. Kita seharusnya bisa bersahabat dengan banyak orang di mana pun di negeri ini. Sahabat itu mempersatukan. Kalau kita bersahabat dan memperbanyak sahabat, saya yakin Indonesia akan lebih baik dari sebelumnya, karena kita akan punya satu tujuan dan rasa yang sama: untuk membuat Indonesia jadi lebih baik. Makanya, dari itu, kita harus bersatu. Untuk kebaikan kita semua, untuk kemajuan negara kita.
Nah, segitu sajalah refleksi kemerdekaan saya. Mudah2an bisa dibaca dengan baik, bisa kita resapi maksudnya dengan baik, dan mudah2an kalian mengerti. Ini adalah sedikit dari mungkin banyak cuap2 blak2an saya yang bisa saya sampaikan buat kalian semuanya. Harapan saya, di usianya yang ke-66 ini, Indonesia bisa semakin lebih baik dan semakin lebih maju, dan segala masalah2 yang dihadapi Indonesia saat ini bisa terselesaikan dengan baik (meskipun ada juga yang butuh waktu lama untuk menyelesaikannya, hehehehehe... tapi saya yakin pasti akan ada yang selesai) dan mudah2an, Indonesia bisa aman, damai, bersatu, sejahtera, bahagia, dan selalu diberkati Tuhan. May God always bless Indonesia, and all people who live in it. Dirgahayu Indonesia. YNWA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar