Remember, it's just a Fanfiction.
Di Taman Menteng, jam sudah menunjukkan pukul enam sore kurang lima menit. Adrian sudah tiba di taman itu sejak sepuluh menit yang lalu. Ia menunggu di balik sebuah pohon yang cukup tinggi sambil melihat-lihat situasi yang ada di taman. Taman itu cukup sepi. Lampu2 taman sudah menyala, dan langit sudah hampir gelap. Lampu bangunan2 yang ada di sekitarnya juga sudah mulai menyala, dan terdengar suara2 mobil dari kejauhan. Taman itu sangat indah. Banyak pohon2 rindang di sana, tanaman banyak tumbuh di sekelilingnya, dan patung2 juga banyak berada di beberapa tempat di taman itu. Tamannya juga dihiasi oleh lantai bermozaik, terbuat dari keramik2 yang sangat indah. Di situ juga banyak bangku taman yang terbuat dari kayu2 terbaik... dan penuh dengan ukiran yang menarik pula. Tidak jauh dari salah satu bangku taman itu, ada sebuah menara jam yang tidak terlalu tinggi, tapi cukup unik. Jamnya memiliki empat sudut dan memiliki empat buah penyangga. Di setiap penyangga jam itu terdapat beberapa ukiran, dan di sekeliling jam itu, di setiap sudutnya, juga memiliki ukiran yang sangat indah. Di bagian atas jam itu terdapat sebuah atap berbentuk limas yang di puncaknya terdapat patung ayam dan penunjuk arah mata angin. Jam itu yang dijadikan patokan Adrian untuk mengetahui jam berapa sekarang, karena hari itu (masih Day 15) ia tidak membawa jam. Sesekali ia melihat ke arah jam itu dan melihat kondisi di taman itu. Tapi kondisinya masih sama saja. Belum ada orang yang datang. Padahal, sudah hampir mendekati jam 6 sore.
Tidak lama, datanglah seseorang yang datang dari sisi barat taman (kalau dari pandangan Adrian, itu ada di depan) dia berjalan sendiri, sambil membawa tas, dan memakai kemeja hitam, celana jeans hitam, dan sepatu hitam. Dia memakai kacamata. Dia lalu duduk di kursi taman dan menunggu. Itulah orang yang ditunggu oleh Adrian, mantan manager-nya 7 Icons, Dicky. Begitu dia datang, Adrian langsung keluar dari persembunyian dan mendatangi Dicky yang sedang duduk di bangku taman.
Adrian: Kau terlambat.
Dicky: Terlambat ? Padahal saya sudah berusaha untuk datang tepat waktu lho...
Adrian: Tapi jam tak bisa bohong. Tuh lihat. (menunjuk ke arah jam yang letaknya tidak jauh dari bangku taman itu, jam menunjukkan pukul enam lewat dua menit)
Dicky: Tapi aku kan hanya terlambat dua menit...
Adrian: Tetap saja Anda terlambat.
Dicky: Baiklah. Saya memang terlambat. Saya terjebak macet tadi, di dekat persimpangan jalan.
Adrian: Berarti seharusnya kau berangkat lebih cepat.
Dicky: Saya padahal sudah berusaha untuk berangkat lebih cepat! Saya berangkat jam setengah lima...
Adrian: Saya juga berangkat jam setengah lima dan sampai di sini jam setengah enam. Ada masalah ?
Dicky: Baiklah. Kau menang. Saya hanya terjebak macet. Itu saja. Saya minta maaf.
Adrian: Kau dimaafkan.
Dicky: Kau pasti orang yang meneleponku tadi ya ? Adrian Susanto, bukan ?
Adrian: Ya, saya Adrian Susanto. Kau pasti Dicky, manager 7 Icons.
Dicky: Dulunya. Saya sudah tidak lagi menjadi manager 7 Icons setelah surat itu ditandatangani.
Adrian: Surat pembubaran itu maksudmu ?
Dicky: Ya.
Adrian: Tapi kalau Anda mau tahu, sebenarnya... surat itu tidak legitimatif.
Dicky: Tidak legitimatif ? Maksudnya ?
Adrian: Ada seorang personil 7 Icons yang sebenarnya tidak setuju dengan penandatanganan surat itu, tapi ia terpaksa harus menandatanganinya.
Dicky: Tidak mungkin. Semuanya menandatangani surat itu kok... emangnya siapa yang nggak setuju ?
Adrian: Mezty.
Dicky: Mezty tidak setuju ? Tapi dia tandatangan kok...
Adrian: Dia memang tandatangan, tapi apa kau masih ingat, ketika surat itu ditandatangani, Mezty sempat menahan dirinya untuk menandatangani surat itu ?
Dicky: Ya, dia memang sempat menahan diri untuk menandatanganinya... tapi kan akhirnya dia tandatangan juga...
Adrian: Itu setelah dipaksa oleh teman2nya yang lain yang menganggap Mezty membuat mereka terlalu lama menunggu. Mereka kan waktu itu hanya tinggal menunggu Mezty tandatangan dan setelah itu selesai, ya kan ?
Dicky: Benar juga sih... saya sempat lihat kalau Angel, PJ, dan yang lain wajahnya sudah kayak orang nggak sabar gitu, nungguin Mezty tandatangan... eh, dari mana kamu tahu ini semua ?
Adrian: Anak2 7 Icons sendiri yang cerita. Mezty juga. Beberapa saat setelah penandatanganan itu, Mezty keluar dari sekolah lebih dulu dan dia berjalan kaki di depan lapangan bola tempat saya dan teman2 saya sedang bermain bola. Saat itu saya dan teman2 saya curiga kenapa Mezty pulang sendiri. Saya lalu bertanya apa yang terjadi padanya dan dia memberitahukan kalau 7 Icons sudah bubar.
Dicky: Ya, memang waktu Mezty pulang duluan... setelah dia tandatangan, dia langsung membanting pulpennya dan lalu pergi keluar dari ruangan itu...
Adrian: Apa kau tidak mencium tanda2 kalau ia tidak menerima keputusan itu ?
Dicky: Sedikit sih... tapi aku nggak yakin juga kalau Mezty nggak setuju... saya soalnya langsung mempersiapkan surat itu untuk difotokopi. Tapi Mezty terima fotokopiannya kan ?
Adrian: Terima, tapi ketika ia bertemu denganku, ia langsung memberikannya padaku. Aku yang menyimpan surat itu. Dia merasa menyesal menandatangani surat itu dan dia berpikir kalau surat itu bakalan jadi beban untuknya. Jadi surat itu ia berikan padaku.
Dicky: Oh, begitu... jadi dia memang benar2 nggak terima dengan keputusan bubar itu ?
Adrian: Ya, bahkan dia berpikir masih ada jalan lain untuk menyelamatkan 7 Icons. Tapi dia tidak berani bilang karena ia khawatir pendapatnya bisa memperkeruh suasana. Masih ingat kan waktu itu 7 Icons lagi kacau2nya ?
Dicky: Iya sih... jadi dia sudah punya ide, tapi ia nggak berani bilang ?
Adrian: Ya. Itu baru terungkap dua bulan kemudian. Dia bilang itu di hadapan semua personil 7 Icons yang lain, dan jelaslah anak2 7 Icons kemudian jadi shock. Saya dengar itu kok...
Dicky: Dia baru dua bulan yang lalu bilang itu ? Ya, berarti itu sudah terlambat...
Adrian: Terlambat ? Memang. Tapi itu kemudian jadi awal yang baru buat mereka. Mereka kemudian sadar kalau semuanya sudah berjalan tidak baik untuk mereka. Hingga akhirnya, mereka menyatakan bahwa mereka kangen untuk tampil sebagai 7 Icons. Mereka sudah tidak bisa menahan ataupun menutupinya lagi.
Dicky: Kangen ? Jadi... mereka sekarang...
Adrian: Ya, 7 Icons sudah terbentuk kembali, dengan kesadaran mereka sendiri.
Dicky: Lalu, siapa yang mempersiapkan penampilan mereka ? Anda kan tahu sendiri kalau koreografer dan pelatih vokal mereka sudah ditarik oleh label...
Adrian: Itu gampang. Saya yang mempersiapkan penampilan mereka.
Dicky: Anda ? Anda yang mempersiapkan semuanya ?
Adrian: Ya, saya melatih dance dan vokal mereka... mereka sekarang sedang dalam masa training. Mereka kini dilatih lagi untuk dapat perform dengan baik lagi...
Dicky: Lalu bagaimana kau bisa menjadi pelatih untuk mereka ?
Adrian: Aku yang menawari mereka. Dua hari setelah mereka bubar, aku sempat menawarinya untuk menjalani semacam latihan yang hasilnya dapat mengembalikan perform mereka kembali. Tapi waktu itu mereka menolaknya. Belakangan, mereka memikirkan kembali tawaran itu, ketika mereka mengungkapkan bahwa mereka kangen untuk tampil kembali sebagai 7 Icons... mereka lalu mendatangi saya dan mengatakan kalau mereka akhirnya menerima tawaran itu. Dan setelah itu semuanya dimulai.
Dicky: Berapa lama latihannya ?
Adrian: Satu bulan.
Dicky: Hanya satu bulan ? Cepat sekali... dulu mereka butuh empat bulan untuk bisa tampil sebagai 7 Icons...
Adrian: Itu dulu, ketika mereka belum apa2. Sekarang, mereka sudah bisa segalanya, jadi latihannya hanya mengulang saja... satu bulan cukup... meskipun begitu, latihan mereka nanti akan terus berjalan.
Dicky: Well, that's good. Bagaimana progresnya ?
Adrian: Semuanya baik2 saja. Baca buku ini, (mengeluarkan buku catatannya dari saku jasnya) dan lihat apa progresnya. Semua catatan tentang latihan mereka ada di sini.
Adrian lalu memberikan buku itu pada Dicky. Ia lalu membaca buku catatan itu dari awal hingga halaman terakhir yang sudah ditulis. Dicky pun terperanjat melihat isi catatan tersebut. Semua catatan tentang latihan 7 Icons tersaji dengan detail di dalamnya... dan itu menggambarkan dengan jelas seperti apa peningkatan dan progres latihan mereka. Ia lalu menutup bukunya dan berbicara lagi pada Adrian.
Dicky: Wow... seperti mereka memang benar2 serius untuk tampil lagi... isi catatan ini bagus sekali...
Adrian: Itu sudah jadi tugasku untuk melaporkan semuanya. Saya harap kau menyukainya...
Dicky: Ini sih bukannya suka lagi... salut! Gila, semangat banget mereka latihannya...
Adrian: Mereka memang lagi semangat2nya... karena mereka memang berusaha untuk bisa tampil lagi...
Dicky: Wah hebat kamu... omong2, kamu punya pengalaman melatih seperti ini sebelumnya ?
Adrian: Belum. Tapi aku belajar dari orang lain. Yah, sebenarnya sebisa gw aja melatih... tapi dampaknya ternyata sebagus ini... ya gw sih bersyukur saja...
Dicky: Tapi kamu udah hebat nih... bisa melatih anak2 7 Icons sampai sejauh ini... kamu teman baiknya ya ?
Adrian: Ya, gw teman satu sekolahnya... sebenarnya gw masih anak baru sih...
Dicky: Anak baru ? Pindahan atau memang baru daftar di SMA Cambridge ?
Adrian: Pindahan. Gw dari Bandung.
Dicky: Bandung ? Padahal enak tuh tinggal di Bandung... kenapa pindah ?
Adrian: Ayahku naik pangkat di kantornya, dan dia pindah tugas. Makanya gw pindah ke sini...
Dicky: Oh... ayahmu memang kerjanya apa ?
Adrian: Ayahku jadi General Manager di sebuah perusahaan telekomunikasi.
Dicky: General Manager ? Wah, hebat sekali ayahmu... apa dia juga suka 7 Icons juga ?
Adrian: Suka kok... ya, tapi nggak terlalu fanatik lah...
Dicky: Itu sih nggak masalah... kebetulan yang suka 7 Icons itu banyak... dari dewasa sampai anak kecil... dan sambutannya bagus kok... malah ada anak kecil umur dua tahun sudah tahu lagu Playboy...
Adrian: Serius ? Dia udah tahu lagu itu ?
Dicky: Angel yang ngasih tahu... saking suksesnya lagu itu...
Adrian: Aku juga dulu pernah ketemu sama anak SD... dia nanyain kapan 7 Icons tampil lagi... banyak yang kangen katanya...
Dicky: Saya juga sering dapat surat dari penggemar, SMS, BBM, dan lain sebagainya... mereka semua juga menanyakan hal yang sama... bahkan sampai hari ini masih ada yang ngirim hadiah pada mereka... sekarang semuanya menumpuk di gudang... sudah berkargo-kargo tuh hadiah mereka...
Adrian: Emangnya seberapa banyak sampai berkargo-kargo begitu ?
Dicky: Banyak banget... gudang kita sampai nggak cukup untuk menampungnya...
Adrian: Kirim saja ke basecamp mereka...
Dicky: Kan basecamp juga ditarik sama label...
Adrian: No, maksudnya kirim ke tempat latihan saya saja.
Dicky: Bawa ke tempat latihan kamu ? Emangnya cukup ?
Adrian: Tempat latihan saya itu sebuah flat. Ruangannya luas. Cukup untuk menampung semuanya...
Dicky: Ah, nggak usah lah... mending tetap di gudang label saja... nanti kalau misalnya kalian pergi dari flat itu dan pindah ke tempat lain, bagaimana nasib kargo2 itu ?
Adrian: Oh, ya. Kau benar. Flat itu hanya saya sewa selama satu bulan. Akan merepotkan apabila saya harus memindahkan semuanya kembali... baiklah, tetap di gudang saja. Apa saja isi hadiahnya ?
Dicky: Kita nggak pernah membukanya, jadi kita nggak tahu apa isinya... yang pasti, bukan bom... kita membiarkan para personil 7 Icons yang membukanya sendiri. Kita sudah mengelompokkan semua hadiah itu berdasarkan nama penerimanya. Kalau buat Angel, ya kita buat wadah dengan nama Angel, kalau untuk Linzy, wadahnya namanya Linzy... seperti itulah...
Adrian: Udah kayak kantor pos saja...
Dicky: Ya, begitulah... saking banyaknya sih...
Adrian: Hahahahaha... tapi para personil 7 Icons suka datang ke kantor label setelah mereka bubar ?
Dicky: Nggak tuh, nggak ada tanda2nya...
Adrian: Bukan karena terusir kan ?
Dicky: Nggak kok... 7 Icons tetap boleh masuk kok ke kantor label... cuma sampai saat ini mereka nggak pernah datang lagi...
Adrian: Oh, begitu...
Semakin malam, obrolan mereka semakin panjang saja. Sekarang sudah jam tujuh malam. Adrian dan Dicky kini ngobrol soal keadaan di label saat ini.
Adrian: Jadi, sekarang kegiatanmu apa, setelah nggak menjadi manager 7 Icons ?
Dicky: Gw sekarang jadi manager band... band-nya sih unik... ada empat orang, ada vokalis, ada basis, ada pianis, ada drummer. Nggak ada gitaris... tapi lagunya bagus... lagi nge-hits sekarang...
Adrian: Band nggak ada gitaris ? Beneran tuh ?
Dicky: Beneran... cuma pakai melodi dan piano doang... keren band-nya... sekarang lagi ngetop di radio2... dengerin aja... enak kok lagunya...
Adrian: Tapi masih kerenan 7 Icons kan ?
Dicky: Iya sih, sebenarnya... tapi band ini ada feel-nya... jadi enak gitu...
Adrian: Oh... nanti deh, kapan2 gw denger lagunya... terus, berarti kamu ngawal band itu show dong ?
Dicky: Ya pastinya lah... dari satu show ke show lain... gw kawal terus mereka... kagak ada berhentinya... syukurnya sih... jadwalnya nggak sepadat 7 Icons, jadi masih bisa santai lah...
Adrian: Emangnya 7 Icons jadwalnya padat banget ya ?
Dicky: Dulu padat banget... malah sampai mereka bubar pun mereka masih punya banyak jadwal acara... hanya saja sekarang sudah dibatalkan.
Adrian: Terus kamu bilang apa alasannya sehingga acara2 itu batal ? Mereka sudah bubar ?
Dicky: Nggak lah. Bakalan heboh se-Indonesia kalau kita bilang seperti itu... kita hanya bilang kalau sekarang 7 Icons sedang konsen dulu ke sekolahnya, lagi ada banyak tugas, seperti itulah... dan syukurnya, semua pihak mengerti. Walaupun kami juga sadar kalau kita itu berbohong pada mereka...
Adrian: Berbohong ? Jelas banget tuh... dan kalian begitu terus pada semua pihak, termasuk para Iconia ?
Dicky: Ya mau bagaimana lagi... hanya itu yang bisa kita lakukan. Kita nggak berani bilang yang sejujurnya, dan kita nggak mau mengecewakan mereka. Jadi hanya itu yang bisa kita lakukan...
Adrian: Maksudnya, kalian tidak ingin mengecewakan semuanya, termasuk Iconia, begitu ?
Dicky: Ya. Makanya setiap kali kita ditanya soal 7 Icons, kita akan cenderung menghindar. Kita berusaha sebisa mungkin mencegah agar jangan sampai ada orang di luar label yang tahu soal bubarnya 7 Icons. Dan selama tiga bulan ini, semuanya berjalan dengan sangat baik.
Adrian: Bagus deh kalau begitu... tapi nggak capek berbohong terus ?
Dicky: Sebenarnya sih demikian... tapi mau bagaimana lagi... ini sudah perintah pemilik label... jangankan aku, teman2 saya di label juga demikian... mereka bosan berbohong terus pada semuanya... mereka juga punya keinginan untuk berbicara yang sejujurnya soal ini... tapi mereka nggak bisa...
Adrian: Kenapa ? Takut dipecat ?
Dicky: Betul. Kita semua takut dipecat. Sebenarnya ini juga kalau seandainya ketahuan, dan gw dilaporkan ke pemilik label, bisa kacau semuanya... mungkin pekerjaan gw tinggal menghitung hari saja...
Adrian: Oh, begitu. Kalau boleh tahu, siapa sebenarnya pemilik labelmu ?
Dicky: Namanya... Bobby Soewandi. Dia orangnya sukses, mantan politisi, dan dia pecinta musik... dulunya pernah jadi penyanyi... tapi dia orangnya agak sedikit... temperamental, emosional, dan penuh ambisi. Kadang2 kita sering dimarahi sama dia kalau kita lagi malas2an... orangnya juga gila dengan wanita dan uang. Sekretarisnya harus yang cantik, pintar, dan berbodi bagus. Yah, rada2 Playboy gitu lah...
Adrian: Jadi Playboy itu buat menyindirnya ?
Dicky: Sedikit sih... tapi dia nggak merasa terganggu dengan lagu itu... yah setelah suksesnya lagu itu...
Adrian: Mungkin kalau lagu itu nggak sukses, baru dia merasa terganggu... hahahaha...
Dicky: Bisa jadi... tapi dia sejauh ini senang2 aja kok...
Adrian: Baguslah kalau begitu... apa dia sering di kantor ?
Dicky: Sering sih... tapi dia itu kan orangnya sibuk... jadi, dia nggak selalu juga ada di kantor...
Adrian: Oke... di kantor, kamu kerja dari jam berapa hingga jam berapa ?
Dicky: Nggak tentu sih... kadang sampai malam...
Adrian: No, biasanya jam berapa ?
Dicky: Dari jam tujuh hingga jam lima... kadang jam delapan baru masuk... tergantung ada kerjaan di luar atau tidak... kalau ada jadwal tampil di mana, nah baru nggak tentu waktunya...
Adrian: Oh, begitu... sekarang soal Pak Bobby lagi. Apa dia punya wakil ? Punya asisten, begitu ?
Dicky: Ada, namanya Roland Wijaya. Dia ini musisi handal dan partner bisnis Pak Bobby sejak awal... dia dan Pak Bobby yang membentuk label ini... dan dia sangat senang dengan 7 Icons sejak pertama kali mereka datang ke label dan menyampaikan proposalnya... dia bilang kalau 7 Icons itu potensial... dia yang pertama kali mendukung 7 Icons untuk menjadi artis di label ini...
Adrian: Oh, kalau Roland Wijaya aku tahu... kalau nggak salah, dia itu sering bekerjasama dengan penyanyi2 terkenal negeri ini, kan ?
Dicky: Betul sekali... dan karya2nya selalu bagus dan diterima baik oleh penggemarnya... selain itu ia juga produser dan pencari bakat penyanyi yang hebat. Banyak penyanyi2 yang telah ia orbitkan, bahkan jauh sebelum ia membentuk perusahaan label ini...
Adrian: Kalau boleh tahu, label ini berdiri sejak tahun berapa sih ?
Dicky: Belum lama kok... 2009 sudah jalan... tapi baru benar2 bekerja tahun 2010... artis pertama kita, kita orbitkan awal 2010. Jadi, masih baru banget...
Adrian: Kapan 7 Icons masuk ke label ini ?
Dicky: Kalau nggak salah... sekitar awal tahun ini deh... sekitar Januari... rekaman pertama bulan Februari.
Adrian: Sudah pernah ada girlband sebelumnya di label Anda ?
Dicky: Belum. Kita kan label rekaman baru...
Adrian: Jadi, 7 Icons adalah yang pertama ?
Dicky: Ya... dan sejauh yang gw dengar... mereka yang pertama terkenal...
Adrian: Maksudnya girlband pertama di Indonesia adalah 7 Icons ? (ceritanya)
Dicky: Ya. Setelah itu baru kemudian ada banyak girlband lain...
Adrian: Setelah 7 Icons menghilang, bukan bubar ya... apakah ada girlband lain yang mencoba untuk masuk ke label Anda ? Walaupun hanya sekedar proposalnya, mungkin ?
Dicky: Ada sih, beberapa... tapi kita masih belum menanggapinya. Kalau gw lihat juga... nggak ada yang konsepnya semenarik 7 Icons...
Adrian: Apa ada yang seperti Cherrybelle mungkin ?
Dicky: Ada sih... tapi wajahnya nggak terlalu imut... tahu Cherrybelle juga ?
Adrian: Tahu lah... denger2, ini girlband saingan 7 Icons ya ?
Dicky: Mungkin untuk kondisi saat ini, mereka lebih pantas disebut sebagai girlband pengganti daripada girlband pesaing... soalnya mereka hadir di saat 7 Icons menghilang dan tidak ada girlband yang hadir di acara musik. Gw bilang momen masuknya Cherrybelle pas banget...
Adrian: Emang pas banget... sekarang banyak yang ngefans sama mereka...
Dicky: Dan kalau gw bilang, fans mereka lebih banyak daripada 7 Icons... mereka itu lebih entertaining daripada 7 Icons... semuanya nyanyinya bagus, dance-nya bagus... dan mereka itu lebih terlatih... selain itu, mereka itu hasil audisi... jadi benar2 dipilih yang terbaik... dan hasilnya sekarang sukses banget...
Adrian: Audisi ? Oh, ya benar. Mereka pernah bilang seperti itu... mereka semua itu hasil audisi, yang kemudian dilatih lagi, dan sekarang hasilnya jadi bagus banget...
Dicky: Dan kalau melihat kesuksesan Cherrybelle sekarang, nanti, jika seandainya 7 Icons kembali lagi, bakalan ada pertarungan dua girlband besar di Indonesia... soalnya mereka inilah yang terbaik saat ini...
Adrian: Bakalan gila tuh kalau sampai kejadian...
Dicky: Makanya, kamu harus mempersiapkan 7 Icons lebih baik lagi. Kalau bisa, kamu harus buat 7 Icons jadi lebih baik daripada sebelumnya... supaya nanti kalau bertemu dengan Cherrybelle atau girlband2 lain, 7 Icons nggak kalah begitu aja... dan kalau bisa, lebih entertaining lagi dari sebelumnya...
Adrian: Itu salah satu tujuan training saya. Aku ingin 7 Icons lebih baik lagi daripada sebelumnya... dan kalau bisa, jadi lebih keren lagi perform-nya... itu tujuan saya...
Dicky: Sebetulnya 7 Icons sudah keren sebelum kejadian di World Studio itu... kalau misalnya dibuat lebih keren lagi... wah bakalan hebat tuh... anak2 7 Icons selalu berusaha untuk bisa menampilkan yang terbaik... dan gw tahu itu... gw sering hadir saat mereka latihan, dan mereka berlatih dengan sangat keras... semuanya demi penampilan yang terbaik. Gw sudah merasakan susah-senangnya mereka, dan sekarang kau juga.
Adrian: Bener banget... mereka itu selalu semangat kalau latihan... kadang2 sampai kalap... pernah saat saya latihan dengan mereka... mereka nggak berhenti latihan hingga dua jam, padahal gw udah suruh mereka istirahat... ampe gila2an tuh... akhirnya satu jam terakhir latihan udah pada nggak mau latihan lagi... capek berat... mereka itu semangatnya tinggi banget sih... jadi, kayaknya latihan seperti itu nggak kerasa capeknya...
Dicky: Mereka itu baru merasa capek kalau sudah selesai latihan... kalau belum selesai ya terus... lanjutkan hingga bener2 disuruh istirahat... padahal, kalau mungkin gw yang melakukan, kayaknya gw nggak kuat deh...
Adrian: Jangankan kamu... satu setengah jam aja gw udah nggak kuat... hahahahahaha...
Dicky: Gw malah lebih parah lagi... 30 menit latihan gw udah nggak kuat! Hahahahahaha...
Keduanya lalu tertawa bersama. Setelah puas tertawa, pembicaraan dilanjutkan dengan progres training dan apa yang akan dilakukan dalam training berikutnya. Disinilah misi Adrian dimulai.
Dicky: Sekarang progres latihan anak2 7 Icons bagaimana ? Maksudnya, berikutnya mau apa ? Training lagu Playboy sudah selesai kan ?
Adrian: Syukurnya sudah... hanya dalam waktu dua minggu. Gw hanya memperbaiki gerakan dan kekompakan aja... terus juga suara dan vokalnya... itu aja, mereka sih sebenarnya bisa, cuma perlu dilatih aja... biar lebih keren dan kompak, begitu...
Dicky: Terus, rencana berikutnya apa ?
Adrian: Nah, justru ini alasan gw pengen ketemu sama kamu. Rencananya, gw akan melatih 7 Icons untuk lagu2 lain... emang bener ya kalau 7 Icons sebenarnya punya banyak simpanan lagu ? Kata PJ banyak lagunya...
Dicky: Oh benar... 7 Icons itu punya banyak simpanan lagu. Tapi nggak dinyanyikan live. Hanya dinyanyikan di saat acara off-air. Bagus2 kok lagunya. Seharusnya kalau mereka nggak bubar, lagu2 itu akan disebar secara bertahap sebagai singel kedua, ketiga, dan seterusnya.
Adrian: Terus, setelah 7 Icons bubar, siapa yang memegang lagu2 itu ?
Dicky: Semua lagu2 itu jadi milik label dan disimpan di sebuah tempat khusus. Tapi, lagu2 itu tidak akan dipublikasikan, kecuali jika diperlukan.
Adrian: Kalau misalnya 7 Icons kembali, apakah lagu2 itu akan dipublikasikan lagi ?
Dicky: Oh, jelas... saya sudah bilang pada mereka, kalau lagu2 itu akan dipublikasikan lagi jika mereka sudah kembali... label sudah siap untuk itu.
Adrian: Lalu, di manakah tempat khusus untuk menyimpan sampel lagu2 itu ?
Dicky: Ada di kantor, bentuknya seperti brankas. Di situ tidak hanya lagu2 7 Icons saja yang tersimpan. Semua lagu artis2 label kami tersimpan dengan rapi di tempat itu...
Adrian: Oke, kalau begitu. Penjagaannya ketat nggak ?
Dicky: Lumayan sih... kamera CCTV di mana2... dimonitor terus selama 24 jam.
Adrian: Well, good. Apakah ada satpam yang menjaga dari dekat ?
Dicky: Tidak ada. Semua pakai kamera CCTV. Capek lah kalau pakai satpam. Kalau pakai CCTV, pasti semuanya akan langsung dimonitor dengan sangat baik. Kalau ada maling, pasti akan lebih cepat ketahuan...
Adrian: Apakah karyawan kantor bisa masuk ke dalam ruangan itu ?
Dicky: Bisa dong... semua karyawan kantor, termasuk saya, sering bolak-balik masuk ke dalam ruangan itu, untuk mengambil CD untuk perform... kita sudah punya stok yang banyak untuk disebar ke mana2...
Adrian: Hmmm... kalau begitu, maukah kau melakukan sesuatu untukku ?
Dicky: Sesuatu apa ?
Adrian: Mau nggak kamu ambilkan sampel lagu2 7 Icons itu ? Aku membutuhkannya untuk latihan. Bisa ?
Dicky: Wah kalau untuk itu sih saya nggak berani ambil... kalau saya lakukan itu, berarti saya mencuri... soalnya, untuk bisa masuk dan mengambil CD lagu2 itu... harus ada izinnya...
Adrian: Untuk kali ini, cobalah untuk sedikit melanggar peraturan. Bisa nggak ? Cuma mengambil CD doang... apa masalahnya ?
Dicky: Apa masalahnya ? Kalau misalnya ketahuan, gw bisa dipecat dan dilaporin ke polisi, tahu!
Adrian: Tapi saya yakin kau bisa masuk ke sana. Anda kan managernya 7 Icons, pasti kau bisa masuk ke sana dan mengambilkan CD-nya, ya kan ?
Dicky: Sekali lagi, saya bukan lagi manager-nya 7 Icons! 7 Icons itu sudah bubar!
Adrian: 7 Icons tidak bubar! Mereka sekarang sudah terbentuk kembali dan mereka sedang berlatih untuk bisa menunjukkan yang terbaik pada semua orang! Dan mereka butuh CD itu supaya mereka bisa berlatih!
Pembicaraan pun mereda sebentar setelah nada emosi Adrian muncul. Untuk beberapa detik, mereka berdua tidak berbicara. Tapi kemudian, Adrian berbicara lagi.
Adrian: Please, aku mohon padamu... ambilkan CD lagu2 itu. Mereka sangat membutuhkannya. Begitupun juga aku. Aku tidak akan kasih tahu apapun soal ini, asalkan Anda juga mau diam.
Dicky: (terdiam sebentar) Aku tetap tidak akan melakukannya. Itu pekerjaan beresiko, tahu nggak ?
Adrian: Tapi biarpun beresiko, hanya kamu yang bisa melakukan ini.
Dicky: Kenapa harus aku yang masuk ke sana dan mengambilkan CD itu buat kamu ?
Adrian: Karena kamu yang tahu soal seperti apa kantor tersebut... kau tahu luar-dalamnya, kau tahu ruangan2nya, kau tahu penjagaannya, kau tahu semuanya tentang kantor itu. Aku butuh orang yang benar2 tahu soal lokasi kantor itu, supaya saat dia mengambil CD itu, ia tidak kebingungan... dan menurutku, kau adalah orang yang pas untuk itu. Selain itu, kamu juga dekat dengan para personil 7 Icons. Bagaimana ?
Dicky: Jadi itu alasanmu ? Alasan yang bagus... tapi maaf, aku tetap tidak akan melakukan hal gila seperti itu.
Jawaban Dicky membuat Adrian hanya terdiam. Tapi Adrian tidak kehilangan akal untuk merayu Dicky. Ia sudah menyiapkan sebuah rencana lain untuk menggodanya. Trik setan ala Adrian pun keluar... ia mengeluarkan segepok uang senilai satu juta rupiah dari dalam jasnya. Ia lalu memainkan uang2 itu dengan tangannya. Uang itu masih bagus, isinya seratus ribuan, dan diberi pita kertas berwarna merah bergaris putih dengan tulisan "Satu Juta Rupiah" di salah satu bagiannya. Melihat Adrian memainkan uang itu, Dicky pun sedikit kaget. Mengetahui Dicky kaget, Adrian pun mengatakan sesuatu.
Adrian: Saya tahu Anda pasti akan kaget melihat uang ini... (sambil memainkan tangannya) jangan salah, saya sudah siapkan uang ini untuk mencairkan sikap keras Anda. Sebelumnya saya belum pernah melakukan hal seperti ini... mungkin setelah ini tidak akan lagi. Sekarang, mau atau tidak ?
Dicky: Oh, jadi begini cara Anda sekarang ? Mau menyogok saya ? Saya tetap...
Adrian: (memotong pembicaraan) Oh, saya tahu Anda pasti mau lagi... (lalu mengeluarkan lagi uang satu juta rupiah lainnya dari saku kanan jasnya) nih, saya kasih dua juta rupiah... mau atau tidak ?
Dicky: Tetap saya tidak akan mau... mau berapapun uang yang Anda kasih, saya tetap tidak akan mau!
Adrian: Oh, berarti Anda mau lagi... (mengeluarkan lagi uang satu juta rupiah dari dalam jasnya, kemudian menaruhnya di kursi) nih, sekarang saya sudah naikkan harganya. Tiga juta rupiah. Mau atau tidak ?
Dicky pun mulai sedikit kebingungan. Meskipun ia tetap tidak mau, tapi Adrian tetap menambah jumlah uangnya, membuat pendiriannya sedikit mulai goyah. Sementara Adrian, ia sangat santai sambil melihat ke arah Dicky. Adrian bisa membaca raut kebingungan dalam wajah Dicky. Akhirnya, Adrian pun mengeluarkan sebuah barang lagi dari dalam jasnya. Kali ini bukan uang, tapi sebuah buku bercover tebal berwarna hitam, dan sebuah pulpen. Ia lalu membuka buku tersebut. Apa yang akan Adrian lakukan berikutnya ?
Dicky: Itu apa lagi ?
Adrian: (melihat ke arah Dicky) Ini ? (sambil menunjukkan buku itu pada Dicky) Ini buku cek, temanku. Karena kamu masih bingung dengan apa yang ingin kamu putuskan, sekarang kita bermain trik Pep Guardiola. Tahukah kamu jika suatu hari, Pep Guardiola pernah ditawari sebuah cek kosong yang ia boleh isi dengan angka nominal berapapun oleh Federasi Sepakbola Qatar ? Cek itu ia boleh isi dengan angka berapapun, tetapi dengan satu syarat. Dia harus mempersiapkan para pemain Qatar untuk Piala Dunia 2022, di mana mereka akan menjadi tuan rumahnya. Kalau dari sekarang, berarti 11 tahun lagi. Sekarang, cerita yang sama, akan berlaku kepada Anda. Saya akan berikan cek kosong ini, pada Anda, dan kau boleh mengisinya dengan angka berapapun, asalkan kau mau mengambilkan CD lagu2 itu. Atau, kau boleh memilih, antara menulis uang di cek ini, atau terima uang tiga juta rupiah dari saya. Mau yang mana ?
Dicky pun jadi makin bingung untuk memilih. Adrian sudah memberi godaan yang sepertinya sudah cukup menyiksa batin dan pikirannya. Pandangan Dicky hanya tertuju pada uang yang ada di kursi itu dan buku cek yang dipegang oleh Adrian. Adrian hanya tinggal menyiapkan tangannya saja untuk menandatangani cek itu. Akhirnya, setelah lama memilih, Dicky memutuskan untuk menerima uang dari Adrian.
Dicky: Baiklah. Saya akan melakukannya. Saya akan terima uang darimu.
Adrian: Well done... good job. Berarti saya tidak akan tandatangan cek ini, dan kau terima uang yang ada di sini. (lalu memasukkan buku ceknya ke dalam jas)
Dicky: Tapi kau baru saja membuatku harus memilih sesuatu yang sulit, Adrian... setelah ini tolong jangan lakukan lagi!
Adrian: Aku tidak akan lakukan itu lagi kok... ingat apa yang tadi saya katakan... saya juga belum pernah melakukan ini, dan mungkin ini juga yang terakhir... jadi tenang saja.
Dicky: Jadi sekarang apa yang harus aku lakukan ?
Adrian: Aku ingin kau untuk pergi ke kantormu, ambilkan CD lagu2 itu, saya hanya minta satu CD per lagu. Semuanya yang merupakan lagu 7 Icons, ambil. Lalu bawa kemari. Itu saja.
Dicky: Apa kau juga mau berkas2nya 7 Icons ? Saya juga punya semuanya.
Adrian: Bawa semuanya yang dianggap penting. Aku akan menunggumu di sini.
Dicky: Baiklah. Terus bagaimana dengan tasku ?
Adrian: Akan kujaga disini. Sekarang kamu pergi saja, dan berhati-hatilah!
Dicky: Baik, Adrian.
Dicky pun kemudian berdiri dari kursinya dan langsung berlari meninggalkan Adrian. Tapi kemudian beberapa saat kemudian, ia kembali lagi menghampiri Adrian. Sepertinya ada sesuatu yang tertinggal.
Dicky: Eh, eh... soal uangnya bagaimana ?
Adrian: Soal uang mah gampang... nanti aja, setelah pekerjaan selesai. Sekarang ayo cepat pergi!
Dicky: Yaaah... ya udah deh kalau begitu... tapi nanti gw dapat uangnya kan ?
Adrian: Tenang, asal pekerjaan selesai, nanti gw kasih! Ingetin gw kalau perlu!
Dicky: Oke, gampang!
Dicky lalu berlari kembali, dan kali ini ia tidak kembali. Dia lalu berlari hingga pintu gerbang taman, dan kemudian menyetop taksi yang lewat dan meminta supirnya untuk membawanya ke kembali ke kantor label. Kali ini jalanan tidak macet lagi, jadi dia bisa tiba di kantor lebih cepat.
Sesampainya di kantor, Dicky pun langsung mencari akal agar dia bisa masuk ke dalam ruangan tempat penyimpanan CD lagu2 tanpa ketahuan oleh siapapun. Dia pun kemudian masuk ke dalam kantor dan kemudian bertemu dengan beberapa teman kerjanya. Dicky lalu meminta bantuan pada mereka. Ia menceritakan semua yang baru saja terjadi secara rahasia pada teman2nya di ruang kerjanya, termasuk soal 7 Icons yang sedang training untuk mempersiapkan penampilan baru mereka. Semua teman2 kerjanya pun langsung sangat senang dan kegirangan, tapi Dicky meminta mereka untuk tetap tenang. Dicky pun kemudian meminta bantuan pada mereka, untuk mengawalnya hingga ke tempat dimana CD lagu2 7 Icons yang lain disimpan. Mereka semua pun bersedia untuk memberikan bantuan. Dicky dan teman2nya pun kemudian mengatur siasat agar tidak ketahuan. Setelah siasat diatur, Dicky dan teman2nya langsung bergerak menuju ruang penyimpanan. Semuanya lalu membagi posisi. Dicky dan seorang temannya masuk ke dalam ruang penyimpanan dan yang lain menjaga agar tidak ketahuan. Sementara ada satu orang lain yang masuk ke ruang kontrol keamanan dan mengacaukan rekaman CCTV yang merekam ruang penyimpanan, selagi penjaganya sedang keluar untuk buang air kecil dan penjaganya yang lain tertidur. Setelah semuanya aman, Dicky dan temannya itu bisa memulai aksinya. Dicky langsung mengambil sebuah tas yang sudah ia siapkan dan memasukkan semua yang mungkin diperlukan oleh Adrian. Mulai dari berkas2, DVD yang berisi rekaman penampilan 7 Icons selama ini, dan yang terpenting, sampel lagu2 7 Icons. Ada lima lagu yang diambil, karena hanya itu yang ada, yaitu Tahan Cinta, Bidadari, Ku Menunggu, Astaga, dan Jealous. Tapi kemudian Dicky teringat kalau sebenarnya ada satu CD demo 7 Icons yang juga suka dinyanyikan kalau sedang acara off-air. CD demo itu berjudul Cinta Satu Malam, dan lagunya juga sudah selesai direkam. Ia pun kemudian juga memasukkan CD demo itu ke dalam tasnya. Setelah semuanya sudah masuk, Dicky dan temannya itu langsung keluar dari ruang penyimpanan dan seorang teman lainnya yang sudah siap di dekat pintu langsung menutup pintu ruang penyimpanan segera setelah Dicky dan teman2nya keluar. Dicky lalu diantar keluar oleh teman2nya lewat pintu belakang. Setelah ia keluar, Dicky langsung berlari keluar dari wilayah kantor dan menyetop taksi lagi untuk mengantarnya kembali ke Taman Menteng. Begitu ia sudah berada di dalam taksi, ia merasa sangat lega. Misinya sudah berhasil.
Dicky kembali ke Taman Menteng sekitar pukul sembilan lewat limabelas menit. Dia berlari sekencang mungkin, khawatir ada yang mengejarnya... dan ketika ia sampai di bangku taman tempat Adrian duduk, ia langsung menaruh tasnya di atas kursi dan napasnya terengah-engah. Adrian sendiri hanya duduk santai saja di bangku itu sambil membaca buku catatannya.
Adrian: Lho, kamu kenapa ? Sepertinya kamu habis dikejar setan...
Dicky: Sorry, gw takut gw dikejar polisi sob, takut gw...
Adrian: Lha, tapi kan nggak ada apa2 di sana... polisi nggak ada... mungkin patung polisi ada... (sambil melihat-lihat ke arah pemandangan yang ada di depannya)
Dicky: Sudah kamu jangan bikin aku ketakutan! Ini, semua yang kau mau... sudah saya sediakan... (sambil menunjuk ke arah tas besar yang sudah ia letakkan di kursi)
Adrian: Benarkah ? Di dalam tas ini ? (sambil menunjuk ke arah tas)
Dicky: Ya. Semuanya ada di situ... mulai dari berkas, DVD waktu mereka perform... semuanya ada...
Adrian: Sampel lagu2nya ?
Dicky: Ada di situ juga. Pokoknya, semua yang kamu butuhkan tentang 7 Icons ada di dalam tas ini...
Adrian: Benarkah ? Coba saya periksa dulu.
Adrian lalu memeriksa isi tas itu, dan perkataan Dicky benar. Di dalam tas itu terdapat berkas2 penting, beberapa DVD, dan yang terpenting, sampel lagu2 7 Icons. Adrian pun langsung tersenyum dan lalu menutup tasnya. Ia lalu berdiri dan menolong Dicky untuk berdiri (sejak tadi Dicky hanya duduk di tanah karena dia kelelahan). Adrian lalu mengucapkan sesuatu.
Adrian: Terima kasih. Terima kasih buat semuanya.
Dicky: Ehhh... sama2... maksudnya ini ada apa ya ?
Adrian: Buka tanganmu.
Adrian lalu mengambil uang tiga juta rupiah itu dan memberikannya tepat di tangan kanan Dicky.
Adrian: Ini uang yang gw janjikan buat kamu. Tiga juta rupiah, plus...
Adrian kemudian mengeluarkan lagi dua gepok uang satu juta rupiah lagi. Jadi, ia memberi uang lima juta rupiah pada Dicky. Dicky pun langsung kaget tiada habisnya.
Dicky: Aku kira duit kamu hanya tiga juta dan sisanya dalam buku cek...
Adrian: Nggak kok. Saya masih menyimpan uang, buat jaga2... lagipula, sebenarnya buku cek itu palsu...
Dicky: Apa apa ?! Buku ceknya palsu ?
Adrian: Ya iya lah... mana ada anak SMA yang pegang buku cek... beruntung kamu pilih uang, kalau kamu pilih cek, kamu dapatnya cek kosong!
Dicky: Hmmmph... (sedikit menahan marah) gw kira itu beneran... tapi terima kasih buat uangnya ya... eh, tapi kamu nanti ada uang untuk pulang ?
Adrian: Ada lah, di dalam dompet saya... uang yang ini gw baru tarik dari ATM... mana mungkin masuk dompet lah... dompet gw udah tebal ditambah lebih tebal lagi kan nggak mungkin... yang ada malah dompet gw jebol... ya kan ?
Dicky: Betul banget... hahahahaha...
Adrian: Hahahahahaha... baiklah, sekarang urusan kita sudah selesai, sekarang sebaiknya kita harus cepat2 menghilang sebelum ada orang yang tahu.
Dicky: Ya, kebetulan gw juga udah mau pulang nih... mau istirahat. Pokoknya, sekarang kamu sudah dapat apa yang kamu mau. Semua yang kamu butuhkan tentang 7 Icons ada di dalam tas ini.
Adrian: Bagus. Besok, saya akan langsung bawa ke tempat training.
Dicky: Oke deh... eh, omong2, tempat training 7 Icons di mana sih ?
Adrian: Ada di sebuah flat. English Flat. Letaknya dekat pelabuhan. Kalau kamu ada waktu, datang saja...
Dicky: Ya nanti saya usahakan kalau ada waktu... yang pasti sih nggak bisa sekarang... dua hari ke depan, band gw bakalan tampil lagi di sebuah acara musik... setelah itu, ada beberapa acara lain... padat deh untuk minggu depan... tapi gw akan usahakan untuk datang, kalau ada waktunya.
Adrian: Baguslah kalau begitu...
Dicky: Oh, ya. Satu lagi. Sampaikan salam saya untuk anak2 7 Icons. Tadi aku di kantor label banyak dibantu sama teman2, dan mereka semua senang dengan ceritamu. Mereka semua juga nggak sabar menanti 7 Icons untuk kembali lagi. Mereka juga kirim salam buat anak2 7 Icons. Sekalian juga, gw mau bilang, kalau gw itu senang banget jadi manager-nya 7 Icons. Gw selama ini jadi manager band terus... nggak ada asyik2nya meskipun band-nya asyik2. Pengalaman gw sebagai manager 7 Icons nggak bisa gw lupakan. 7 Icons adalah artis terbaik yang pernah saya manajeri. Mereka nggak ada duanya deh... nanti kalau bisa, kalau 7 Icons sudah siap tampil, kasih tahu saya ya... saya akan siap untuk datang.
Adrian: Oke, akan saya sampaikan, dan saya kabarkan. Salam balik untuk mereka. Sekarang, cepatlah pulang. Straight to your home. Now!
Dicky: Baiklah, Adrian. Terima kasih!
Dicky lalu pergi meninggalkan Adrian. Ia melangkah dengan cepat, dan dengan cepat juga ia menghilang di tengah kegelapan malam. Adrian hanya terdiam saja sambil melihat Dicky pergi dan kemudian menghilang. Setelah Dicky menghilang, Adrian pun kemudian mengambil tasnya dan pergi meninggalkan taman itu. Misi Adrian telah selesai, dengan sukses besar.
Di rumahnya, Adrian membongkar isi tas itu dan meneliti isinya. Ia membaca semua berkasnya, menonton DVD penampilan mereka, dan mendengarkan sampel lagu2nya. Dari situ, dia bisa membuat perencanaan mengenai seperti apa latihan akan dilakukan besok. Dia menulis semua yang ia rencanakan itu dalam buku catatannya. Setelah selesai, ia membereskan semua barang2 itu, memasukkannya kembali ke dalam tas, dan lalu bersiap untuk tidur. Besok akan menjadi hari yang baru dan penuh dengan banyak hal yang baru untuk masa training anak2 7 Icons. Mulai besok, masa training 7 Icons akan memasuki lembaran baru dengan hadirnya alat2 bantu ini. Adrian sudah tidak sabar menunggu hari esok dan ia pun terlelap dalam tidurnya dengan sangat cepat...
Itulah ceritanya. Sekarang Adrian sudah mendapatkan barang2 baru, berkat bantuan Dicky dan teman2nya. Kira2, akan seperti apakah latihan 7 Icons di hari2 berikutnya, setelah kehadiran lagu2 baru ini ? Apa lagi usaha dan cara Adrian untuk memperbaiki penampilan 7 Icons ? Bagaimanakah kelanjutan ceritanya ? Tetap stay tune terus di blog saya... karena cerita ini akan berlanjut lagi ke bagian berikutnya, masih di part 15 Fanfiction 7 Icons. Remember, it's just a Fanfiction.
BERSAMBUNG... (ke part 15g)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar