Remember, it's just a Fanfiction.
Kalau di bagian 15a diceritakan perkenalannya, maka sekarang... training-nya sudah dimulai. Saya akan menulis beberapa narasi, disertai dialog bila perlu, tentang masa training anak2 7 Icons dalam cerita ini, dan juga beberapa cerita sisipan yang ada di dalamnya. Saya sudah rencanakan kalau dalam bagian ini tidak hanya training anak2 7 Icons yang dibahas, tapi juga mengenai kisah cinta Adrian dan beberapa hal lain. Oke, sekarang kita langsung saja mulai bagian ini. The Training Has Begun.
DAY 1
Adrian dan anak2 7 Icons memulai training hari pertama dengan tes vokal. Seperti yang sebelumnya sudah diceritakan, Adrian akan mengetes seperti apa sih, kualitas vokal dari anak2 7 Icons, jika mereka harus bernyanyi sendiri, bukan sebagai anggota 7 Icons. Alatnya sudah diperkenalkan, sebuah sound recorder khusus yang dipinjam Adrian dari temannya dan buatan Amerika. CD untuk merekam suaranya sudah disiapkan, dan berdasarkan urutan kursi, satu per satu anak2 7 Icons dipanggil, diawali dari Natly. Di alat itu sudah disiapkan dua CD kosong, di mana satu CD akan menjadi milik setiap personil dan satu CD lainnya menjadi milik Adrian. Setelah suaranya terekam, setiap personil punya kesempatan untuk mendengarkan suaranya yang tadi sudah direkam, dengan memainkan kembali rekaman suaranya. Tapi hanya personil itu dan Adrian yang bisa mendengarnya. Sambil mendengar suara dari setiap personil, Adrian mencatat semuanya tentang suara orang yang ia sedang dengar itu. Adrian juga memakai headset, jadi ia bisa dengar suaranya. Sesudah sesi rekaman selesai, Adrian mengambil CD yang ada di sebelah kiri, memasukkan ke dalam kotak khusus, lalu dinamai, kemudian kotak itu diberikan pada setiap personil. Sebelum memanggil personil berikutnya, Adrian menyiapkan lagi alatnya, memasang CD-nya, mengeset lagi alat perekamnya, dan sebagainya. Ia terus mengulanginya selama beberapa kali. Setelah semua personil mendapatkan CD rekaman suaranya, Adrian kemudian menjelaskan mengenai latihan berikutnya untuk besok, yaitu latihan dance. Adrian meminta semua anak2 7 Icons untuk membawa baju untuk latihan. Yang ingin Adrian lihat besok adalah seperti apa sih kemampuan dance anak2 7 Icons... sama halnya dengan apa yang sudah dilakukan pada hari ini. Untuk dua hari pertama ini... yang dilakukan Adrian adalah melihat seperti apa kemampuan anak2 7 Icons. Dari situ kemudian akan dilihat apa yang bisa Adrian lakukan untuk memperbaikinya.
Malam harinya, Adrian memutar semua CD rekaman suara anak2 7 Icons di CD Player rumahnya. Sambil itu, ia membuka catatannya dan mencatat lagi apa yang kurang dari catatannya sebelumnya. Dari situ, Adrian bisa tahu, kalau sebenarnya suara anak2 7 Icons sudah cukup bagus. Adrian sudah tahu apa yang akan ia lakukan berikutnya.
DAY 2
Sekarang latihan dance. Adrian membawa anak2 7 Icons ke sebuah ruangan khusus berwarna putih, lengkap dengan lantai parquet, kaca berukuran besar yang lebarnya satu tembok, dengan penerangan yang lumayan. Lampunya warna putih, dan bukan chandelier. Ada tiga lampu di situ, jadi terang banget. Ada beberapa kursi di belakangnya, sebuah tempat untuk menaruh tas, ada tempat juga untuk menaruh pemutar kaset, dan ada juga sebuah kursi yang bentuknya seperti kursi sutradara. Di situlah Adrian duduk. Hari itu, Adrian memakai kostum Manchester United terbaru, dengan nama Wayne Rooney di belakangnya. Adrian sudah janji selama ia melatih anak2 7 Icons, ia akan memakai kostum sepakbola yang berbeda-beda, dan dipilih secara acak. Anak2 7 Icons hanya akan tahu kalau ia memakai kostum sepakbola, tapi klubnya mana, mereka tak tahu. Hari itu, anak2 7 Icons akan dites sejauh apa sih kemampuan dance-nya. Adrian hanya akan duduk di kursinya sambil memegang catatannya, dan setiap personil 7 Icons akan ngedance di depannya. Seperti di audisi, tapi bedanya Adrian tidak akan kasih tahu penilaiannya. Sebuah camcorder juga sudah disiapkan Adrian untuk merekam seperti apa dance mereka. Lagunya tidak diberitahukan, lagunya akan dipilih secara acak oleh Adrian sendiri, dan setiap personil 7 Icons akan diberi lagu yang berbeda. Sebelum mulai ngedance, semua personil 7 Icons disuruh duduk di kursi yang sudah disiapkan, namun posisi duduknya membelakangi Adrian, dan telinganya diberi headset. Mereka tidak bisa mendengar apapun yang ada di luar. Jadi mereka dibuat santai dulu sebelum beraksi. Lagunya juga lagu pilihan Adrian, dan lagu itu bukan lagu yang nantinya akan dipakai untuk ngedance. Setelah itu, Adrian akan memilih secara acak siapa yang akan negdance duluan. Bukan berdasarkan urutan kursi, tapi dipilih sendiri oleh Adrian. Siapa yang dibukakan headset-nya oleh Adrian akan mulai ngedance duluan. Angel yang pertama dipanggil. Kemudian Mezty. Selanjutnya Gc. Berikutnya Vanila. Lalu Linzy. Natly menyusul, dan terakhir... PJ. Semua yang sudah selesai ngedance duduk di kursi yang sudah disiapkan di samping kanan Adrian. Setelah semuanya selesai... Angel mengusulkan agar Adrian juga ikut ngedance. Adrian pun dengan senang hati menerimanya. Aturannya sama, lagunya misterius. Adrian tidak tahu lagunya apa, Angel yang memilihkan, dibantu oleh teman2nya yang lain. Setelah lagunya dipilih, Angel langsung memutar lagunya, dan Adrian langsung ngedance! Ia pun tunjukkan jurus2 andalannya... breakdance, hip-hop... semuanya ia kuasai, layaknya ia adalah ahlinya menari. Ia sampai jungkir-balik, loncat2 kesana kemari... semua itu langsung membuat anak2 7 Icons kagum. Sekali lagi Adrian berhasil membuktikan pada anak2 7 Icons kalau ia itu memang punya keahlian. Ketika istirahat pun... anak2 7 Icons bertanya pada Adrian, kok bisa sih ia seperti ini... mereka semua duduk2 santai di lantai, sambil mengatur napas mereka, yang pada engap2an karena habis ngedance.
Linzy: Gila tadi keren banget dance-nya... kok bisa sih ?
Adrian: Hahaha... ya latihan lah... kebetulan selain gw latihan vocal group, gw juga latihan dance... ya, tapi latihan dance-nya seperti tadi... breakdance, hip-hop, RnB... pokoknya yang semua cowok suka lah...
Linzy: Kamu sendiri yang mau niat latihan dance ?
Adrian: Nggak kok, ibuku yang ngusulin... dia mau banget lihat aku bisa menari. Tapi yang sesuai dengan gaya saat ini lah... akhirnya dia yang ngajak aku untuk latihan ngedance...
Angel: Oh... apa ibumu bisa menari juga ?
Adrian: Bisa kok. Dia bisa segalanya. Nyanyi bisa, nari bisa, main alat musik bisa... dia sih memang sejak awal latar belakangnya seniman, jadi dia memang suka melakukan hal2 yang seperti itu...
Angel: Dan itu akhirnya turun ke kamu juga, ya kan ?
Adrian: Ya, begitulah... aku memang lebih dekat dengan ibu gw dari pada ayah gw. Gw rindu sama dia...
PJ: Rindu ? Memangnya dia ada di mana sekarang ?
Adrian: Dia ada di London. Dia sedang mengawal kakak saya untuk kuliah di sana.
PJ: Serius tuh ? Jadi kamu ditinggal sama dia ?
Adrian: Ya. Tapi gw ambil positifnya saja. Ibuku harus ke sana karena ia kerja di The British Council. Jadi, selain dia menjaga kakak saya, dia juga mengemban tugas untuk membantu warga Indonesia yang tinggal di sana. Kebetulan salah satu tugas mereka kan membantu warga Indonesia yang ada di Inggris, jadi... ya gw terima2 saja apa yang ia mau lakukan di sana...
PJ: Terus, pernah nggak ia pulang ke Indonesia ?
Adrian: Untuk dua tahun ini, tidak. Sebenarnya ada rencana untuk pulang, karena kuliah kakakku sedang libur. Tapi karena ibuku banyak pekerjaan, akhirnya nggak jadi pulang deh...
Angel: Tapi kamu masih kontak terus dengan ibu dan kakak kamu ?
Adrian: Itu sih sudah pasti. Kita pakai e-mail dan Skype. Tapi untuk Skype, harus tunggu sampai malam, karena di Inggris, mereka baru masuk siang hari saat kita malam hari. Lihat saja siaran Liga Inggris... akhirnya, ya terpaksa hanya saling berkirim e-mail. Dulu, waktu gw awal2 di SMA Cambridge, gw sempat mengirimkan link download lagu kalian pada kakak gw lewat e-mail. Dan satu bulan kemudian... kakak gw balas e-mail itu dan dia bilang kalau semua warga Indonesia di sana demam Playboy.
PJ: Hah ? Serius ? Lagu kita populer sampai Inggris ?
Mezty: Beneran tuh sampai Inggris ?
Adrian: Ngapain aku bohong ? Beneran kok... sebenarnya kalau kalian mau tahu, lagu kalian sudah terkenal sampai luar negeri kali... tapi cuma di telinga orang2 Indonesia aja...
Linzy: Wah asyik! Lagu kita sudah masuk luar negeri... bisa go international dong kita...
Angel: Betul banget... kalau kayak gini sih, kita jadi makin semangat deh... eh, kita bilang terima kasih pada Adrian... satu, dua, tiga...
7 Icons: Terima kasih, Adrian... hahaha..
Adrian: Sama2. Tapi sebenarnya bukan karena gw saja kalian juga terkenal di luar negeri. Kan banyak juga yang lihat perform kalian di YouTube dan live streaming... belum lagi ada radio... banyak radio yang khusus memutar lagu2 Indonesia di luar... biar semua orang Indonesia yang ada di luar negeri bisa tetap up to date dengan lalu2 yang ada di Indonesia sekarang... nah, mungkin salah satu lagu yang diputar di sana itu juga lagu kalian... jadi kalian juga harus terima kasih juga sama mereka...
Angel: Hehehehehe... itu sih gampang... nanti deh, kita kumpulin dulu semua yang suka sama kita di luar, baru kita bilang terima kasih satu per satu...
PJ: Tenang aja, kalau untuk urusan itu, kita kasih ucapan terima kasihnya yang spesial...
Mezty: Mungkin sekalian juga kita kasih hadiah yang banyak...
Semuanya pun tertawa.
Vanila: Eh, eh... Adrian, mau nggak kamu cerita tentang ibu kamu ? Kayaknya menarik nih...
Linzy: Iya, ceritain dong tentang ibu kamu... seberapa spesial sih ibu kamu...
Adrian: Dia memang spesial. Oke, gw akan cerita.
Adrian lalu mengubah posisi duduknya, kemudian, ia mulai bercerita.
Adrian: Ibuku namanya Eunike Constance Anastasia Paulina Wurttemberg. Dia lahir di Bandung, tapi dia punya keturunan Belanda, Jerman, dan Austria. Orangtuanya adalah ekspatriat Jerman yang lahir dari ibu seorang Belanda dan ayah seorang Austria yang kemudian menikah dengan gadis asal Bandung. Ayahnya seorang konduktor di sebuah orkestra yang sering tampil di berbagai restoran elite di kota Bandung. Ibunya adalah biduan terkenal di kota Bandung dan sering bernyanyi dengan orkestra itu. Ibuku adalah anak satu2nya, dan sejak kecil memang ia sudah dikenalkan dengan seni. Dari kecil ia sudah belajar main alat musik, bernyanyi, menari, melukis, hingga berakting di kelas teater. Orangnya mau belajar banyak hal... dan ketika ia berumur 17 tahun, ia sudah bisa segalanya. Darah seniman benar2 sudah masuk ke dalam dirinya. Ibuku seorang penyanyi kafe. Ia berkeliling dari satu kafe ke kafe lain untuk bernyanyi. Sama seperti kalian, tampil dari satu acara ke acara lain, dan kadang kalian kembali lagi ke acara itu untuk bernyanyi. Ibuku juga sama. Ia sering2 bolak-balik masuk kafe yang sama beberapa kali dalam sebulan. Meskipun begitu, ia tidak pernah jauh2 dari jalan Braga. Pada waktu itu, di jalan Braga ada banyak kafe, dan mereka semua menjalankan bisnis hiburan malam yang masih cukup baik saat itu. Mereka mengundang banyak penyanyi berbakat ke kafe dan diminta untuk bernyanyi di sana. Untuk para penyanyi2 seperti itu, itu sudah suatu kehormatan. Termasuk juga untuk ibuku. Bahkan, dalam waktu cepat ia jadi primadona jalan Braga, karena suaranya yang bagus, orangnya cantik... dan bisa segala jenis aliran musik. Mungkin kalau misalnya ia dibawa dengan mesin waktu ke jaman sekarang, mungkin dia bisa bikin girlband seperti kalian...
7 Icons: Hahahahaha...
Adrian: Oke, gw lanjutkan lagi. Jadi, ibuku itu sudah jadi primadona jalan Braga. Statusnya langsung naik jadi penyanyi kafe yang paling top se-kota Bandung. Dia mulai kebanjiran tawaran untuk tampil di berbagai kafe. Baik yang ada di jalan Braga maupun sekitarnya. Selain itu, ia juga sering ditawari untuk bernyanyi di berbagai acara2 penting yang berhubungan dengan kota Bandung. Entah itu acara HUT kota Bandung, ada acara resepsi tamu kehormatan di Gedung Sate, dan sebagainya. Ia sudah seperti jadi superstar di kota Bandung.
Angel: Adrian, aku mau nanya, dulu waktu ia nyanyi di kafe, bayaran ibumu berapa ?
Adrian: Lumayan sih... 250 ribu. Cukup buat makan dan belanja... ibuku kebetulan suka jalan2 orangnya... tapi dia lebih memilih untuk menabungnya, soalnya... itu hasil nyanyinya selama ini... dia nggak mau buang2 uangnya... sayang katanya...
PJ: Hahahaha... terus pernah ada niatan nggak buat jadi penyanyi profesional, kayak kita2 ini...
Adrian: Hahaha... pernah. Justru ketika itu, banyak produser dari Jakarta yang tertarik untuk mencari penyanyi2 dari Bandung. Mereka beranggapan bahwa penyanyi2 Bandung itu sangat potensial. Muda, berbakat, wajahnya cantik dan rupawan, belum lagi mereka bisa segala jenis aliran musik, dari yang tradisional hingga pop. Itu akan memudahkan produser untuk mengatur konsepnya. Disini produser hanya tinggal mengarahkan dan melatih saja. Sisanya tergantung si penyanyi. Biasanya para produser itu seperti ini cara kerjanya pada saat itu. Mereka terjun ke lapangan mencari penyanyi yang menurutnya berbakat dan potensial. Setelah berhasil menemukannya, mulai diadakan pembicaraan dan kerjasama. Setelah kerjasama selesai, penyanyi itu dibawa ke Jakarta dan diorbitkan. Setelah penyanyi itu mulai terkenal, produser pun kemudian mencari lagi penyanyi lain... kadang sih berhasil, tapi kadang juga gagal. Susah mencari penyanyi yang benar2 potensial. Nah, di Bandung, sejak ada satu-dua penyanyi potensial yang berhasil diorbitkan dan jadi terkenal di Jakarta, banyak penyanyi2 Bandung lainnya yang juga mencoba peruntungannya untuk diorbitkan oleh para produser. Mereka semua berlomba-lomba dan terkadang menghalalkan segala cara biar mereka bisa terkenal. Ibuku juga masuk ke dalam persaingan itu, dan ia terjebak di dalamnya. Sebenarnya ia hampir saja bisa dapat kerjasama dengan seorang produser, tapi... tiba2 kerjasama itu dibatalkan, karena si produser secara tiba2 kepincut sama penyanyi lain yang kebetulan lagi nyanyi di panggung. Ibuku pun jadi sangat kecewa. Pada akhirnya, ia tersingkir dengan sendirinya. Ibuku tidak pernah punya kesempatan menjadi penyanyi profesional yang terkenal di Jakarta. Ia tidak pernah lagi terima tawaran apapun dari para produser yang tertarik padanya. Karena ia merasa dikecewakan. Sejak itu, ia hanya terus bernyanyi dan bernyanyi di kafe2 terus... dan dia menikmatinya.
Mezty: Wah, kasihan banget ibu kamu... udah hampir kerjasama, eh malah dibuang... seperti itu, ya kan ?
Adrian: Ya, seperti itu. Sebenarnya bukan hanya ibuku yang pernah mengalaminya. Ada beberapa penyanyi lain yang juga merasa dikecewakan seperti itu. Malah ada yang sampai berulang kali. Bahkan ada yang sampai trauma dan tidak mau bernyanyi lagi... pokoknya benar2 kejam deh, kalau mau dibilang, kondisinya saat itu. Masih beruntung ibuku mampu bertahan.
Natly: Terus kelanjutan cerita berikutnya, bagaimana ? Apa ibumu tetap bernyanyi di kafe terus ?
Adrian: Pastinya. Ia tetap bernyanyi dari satu kafe ke kafe lain... tapi kemudian ada masalah baru. Muncul tempat hiburan baru bernama diskotik. Saat itu sudah jamannya ngedisko, bukan lagu mellow lagi. Semua remaja nggak gaul kalau nggak bergoyang atau nggak ngedisko. Mereka ngedisko di mana saja. Di sekolah, di jalan, di rumah, bahkan ada yang menganggapnya sebagai pengganti senam pagi. Semua remaja jadi mau senam pagi, gara2 lagu disko. Maklum, saat itu kan mulai masuk lagu2 yang genre-nya disko, yang bikin kita semua jadi bergoyang-goyang nggak karuan. Nah, trend ini kemudian ditangkap oleh pengusaha hiburan. Mulailah dibangun diskotik di mana2. Lama-kelamaan, kafe2 jadi terdesak. Selain karena hiburannya yang lebih asyik, juga karena harga masuknya itu murah banget. Selain itu, lebih banyak dimasuki oleh anak muda. Kalau kafe kan isinya orang dewasa... mana ada anak muda yang tertarik... akhirnya satu per satu kafe mulai kehilangan pengunjung, kemudian merugi, bangkrut, dan ditutup. Ada yang kafe yang ditutup sementara, direnovasi bangunannya, lalu dibuka lagi dengan bentuk diskotik. Kalaupun ada kafe yang masih buka, itu karena permintaan langganan. Yah, karena memang langganannya masih banyak aja... kalau yang sudah nggak punya langganan ya... tutup. Jumlah kafe yang buka pun makin lama makin sedikit, dan banyak orang kehilangan pekerjaannya. Ibuku berusaha bertahan di tengah terdesaknya jumlah kafe yang masih ada. Tapi lama2 dia juga nggak tahan. Akhirnya ia berhenti jadi penyanyi kafe. Ia pun kemudian belajar menari disko selama empat bulan, dan melamar menjadi penari di salah satu diskotik.
PJ: Hah ? Jadi penari di diskotik ? Jauh banget...
Vanila: Mungkin itu yang bikin kamu jadi jago nari disko2 juga, ya kan ?
Gc: Iya, mungkin aja... bukankah buah jatuh tak jauh dari keranjangnya kan ?
Mezty: Hah ? Jatuh dari pohonnya kali...
Gc: Oh, udah ganti tempat jatuhnya ya...
Natly: Bukan... emang begitu kata2nya...
Gc: Oh... ngerti2... tapi jatuhnya meninggalkan kotak hitam kan ?
Angel: Kotak hitam ? Emangnya pesawat ?
Gc: Lho kan bukannya kalau ada jatuh2, pasti ada kotak hitamnya kan ?
Linzy: Itu kalau pesawat yang jatuh, Gc... kalau buah beda lagi...
Gc: Oh... begitu...
Adrian: Hahahahaha... dia emang lemot banget ya...
Angel: Ya begitulah si Gc... tapi jangan salah, kalau di kelas, otaknya nyambung lho...
PJ: Iya, tapi cuma di kelas doang... kalau di luar... muncul lagi deh...
Gc: Tapi kan masih mending kalau otak gw masih nyambung kalau di kelas, daripada otak gw nggak nyambung di mana2... kan makin berabe...
PJ: Iya sih... yang mentang2 ulangan bahasa Inggris-nya kemarin dapat 100... dia emang jago bahasa Inggris, Adrian... kita semua, nilainya nggak seberapa... dia enak banget ngerjainnya...
Adrian: Hahahaha... berarti biarpun lemot kayak begitu, dia masih mau belajar. Gw juga nilai ulangan bahasa Inggris gw 100... kalau itu sih kecil buat gw...
Linzy: Iya sih, mentang2 keluarganya juga di Inggris... tapi kamu juga suka belajar bahasa Inggris bareng kakak kamu ?
Adrian: Kadang2. Dia kan nggak selalu kirim e-mail ke gw... buku2nya aja dia bawa semua ke Inggris... gimana mau belajar dari dia ?
Linzy: Oh, begitu...
PJ: Eh, Adrian, lanjutin dong ceritanya tadi... yang ibu kamu katanya jadi penari di diskotik itu...
Adrian: Oh, ya. Hampir lupa. Malah ngobrol2 sih... jadinya begini. Dia sudah diterima kerja jadi penari di diskotik. Tugasnya, dia akan memandu gerakan buat semua orang yang akan berdisko pada malam itu. Awalnya, pekerjaannya lumayan. Tapi kemudian, makin lama makin banyak orang yang kurang ajar pada para penari yang ada di diskotik itu. Ibu gw pernah kena... dia hampir saja digerayangi orang2 yang sudah mabuk minuman keras. Di diskotik kan juga jual minuman keras... akhirnya, makin lama dia makin nggak tahan. Ibuku kemudian keluar dari diskotik itu, dan... dia kembali lagi jadi penyanyi kafe. Total, ia bekerja selama empat setengah bulan di diskotik itu.
Angel: Oh, nggak lama ya, ibumu berada di sana... terus kemudian, gimana ceritanya sebagai penyanyi kafe lagi ? Bukannya kafe2 yang ada saat itu sudah sedikit ?
Adrian: Sedikit tapi bukan berarti tidak ada. Ibuku berusaha untuk menikmati pekerjaannya sekali lagi, bernyanyi dari kafe ke kafe, dan bahkan ia juga mulai mengajar anak2 untuk bernyanyi, sebagai pekerjaan tetapnya. Kafe di Bandung saat itu hanya sekitar 15-20 buah, dan tidak ada yang menolak ibuku. Statusnya sebagai penyanyi kafe terbaik di kota Bandung dan primadona jalan Braga kembali lagi hanya dalam waktu yang sangat singkat. Selang satu-dua tahun kemudian... saat itu tahun 1986, berarti tahun 1988 atau 1989, ketika ia sedang bernyanyi di sebuah kafe... ada seorang pria yang baru pulang dari kuliahnya dan singgah sebentar di kafe tempat ia bernyanyi. Awalnya ia tidak memikirkannya, tapi lama-kelamaan ia terpesona dengan suara ibuku. Sejak itu, ia selalu kembali lagi ke kafe itu atau pergi ke kafe lainnya, untuk melihat penampilan ibuku. Hingga kemudian, ia berkenalan dengan ibuku. Setelah berkenalan, mereka langsung saling dekat, kemudian berpacaran... dan kemudian menikah. Ya, orang yang selalu mengejar ibuku saat ia sedang bernyanyi di kafe itu adalah ayahku. Sejak ia menikah, ibuku tidak lagi bekerja sebagai penyanyi kafe. Ia mulai mencari pekerjaan tetap, dan setelah kakakku lahir, ia bekerja di sebuah sekolah musik, mengajar vokal dan alat musik. Begitulah cerita ibuku.
Angel: Wah, hebat banget ya ibumu... terus bagaimana ceritanya sampai kamu kemudian bisa segala hal seperti ini. Apa ibumu juga yang ngajarin ?
Adrian: Justru tidak. Dia memang mengajari saya tentang seni, tapi sampai saya kelas enam SD. Setelah itu, ibuku membawaku ke berbagai tempat untuk belajar tentang seni. Kebanyakan mereka adalah teman2 dari ibuku... jadi aku lebih merasa enjoy karena mereka sudah tahu seperti apa aku dan cara mereka mengajariku. Itulah yang kemudian membuatku jadi bisa segalanya.
Angel: Oh... terus, kapan kamu pertama kali bernyanyi ?
Adrian: Di gereja. Umurku empat tahun. Sebelumnya saya nggak pernah bernyanyi. Kan saya ini pemalu... ibuku bahkan harus menjanjikan hadiah untukku sebelum aku bernyanyi. Barulah saya mau bernyanyi. Setelah itu, aku nggak pernah nyanyi lagi sampai masuk TK. Ketika guru memintaku untuk maju ke depan. Pada saat itulah saya sudah mulai berani bernyanyi, dan kemudian saya jadi suka bernyanyi.
Linzy: Apa kamu pernah latihan nyanyi dengan ibumu ?
Adrian: Tidak pernah. Ia hanya memintaku untuk bernyanyi semau saya sendiri. Dari situ vokal saya berkembang karena saya menyanyi terus... dan sejak awal... ibuku sudah bilang kalau suaraku bagus. Ia hanya memintaku untuk terus bernyanyi.
Natly: Kalau soal menari ?
Adrian: Kalau itu aku belajar dari orang lain. Saya masuk sekolah tari di Bandung. Di situlah saya belajar semuanya. Jujur saja, baru kali ini saya menari lagi. Selama tahun pertama gw SMA di Bandung, gw sudah mulai bolos latihan... soalnya pada saat itu gw emang lagi bosan untuk melakukan apapun dan lebih banyak konsentrasi buat belajar... maklum, soalnya pelajaran SMA sudah mulai sulit... hehehehe... eh, sekarang jam berapa sih ? Ada yang bawa jam ?
PJ: (melihat jamnya) udah jam empat. Emangnya kenapa ?
Adrian: Jam empat ? Hmmm... gw pikir hari ini cukup dulu deh... gw udah dapatkan semua rekaman dance kalian... dan gw tinggal pelajari apa yang kurang dari kalian... itu yang akan gw perbaiki. Sekarang kalian semua boleh pulang, apa ada yang mau ganti baju ?
Angel: Nggak lah... kita langsung aja pulang... ya kan, girls ?
7 Icons: Iya!!!!!
Adrian: Well, baiklah. Sekarang kita siap2 pulang aja. Besok, gw akan kasih tahu hasil tes vokal kalian. Nanti, gw akan kasih tahu apa yang kurang, dan apa yang bagus dari kalian. Kita akan mulai latihan vokal yang sebenarnya besok. Oke ?
7 Icons: Okeee...
Adrian: Good.
Adrian dan anak2 7 Icons pun kemudian meninggalkan ruang latihan dance dan pulang. Besok, agendanya adalah melatih vokal anak2 7 Icons. Tentu saja untuk hari berikutnya akan menjadi sesuatu yang menarik.
Malamnya, seperti malam sebelumnya, Adrian menilai seperti apa hasil tesnya tadi siang. Ia melihat satu per satu aksi dance para personil 7 Icons, dan lalu mencatatnya dalam buku catatannya. Ia sudah tahu seperti apa yang bagus dan yang kurang dari mereka, dan dari situ, Adrian sudah tahu apa yang akan ia lakukan.
DAY 3
Sekarang Adrian dan anak2 7 Icons kembali lagi ke ruang latihan vokal. Sebelum memulai latihannya, Adrian memberitahukan hasil tes vokal yang telah ia lakukan sebelumnya. Hasilnya, semua personil 7 Icons memiliki suara yang lumayan, dan kualitas vokal mereka cukup bagus. Karena dulu anak2 7 Icons latihan vokal secara berkala ketika mereka masih terkenal, vokal mereka bagus dan cukup terlatih. Sekarang, yang tinggal Adrian lakukan adalah menyatukan suara mereka, sehingga terdengar bagus saat mereka bernyanyi. Untuk itu, Adrian mengajak mereka semua untuk berdiri dari kursinya, dan lalu berdiri di sebuah tempat yang disediakan. Tempat berdirinya berjarak satu langkah dari meja Adrian, tepat sejajar dengan papan tulis. Tempat berdirinya sudah ditandai dengan sebuah lakban yang sangat panjang, melintang tepat di depan kaki para personil 7 Icons. Anak2 7 Icons tidak boleh melewati garis ini. Adrian lalu menuliskan huruf A, I, U, E, O di papan tulis, dan tugas anak2 7 Icons adalah... menyanyikan setiap huruf, satu per satu, hingga mencapai not tinggi, setelah itu ditahan. Apakah huruf2 ini harus dinyanyikan sendiri2 ? Tidak. Semuanya harus nyanyi, bersama-sama, dalam satu suara. Ini yang jadi tantangannya... berhasil nggak ya ?
Adrian: Sekarang tugas kalian adalah menyanyikan setiap huruf ini, dalam satu suara, dan menahannya hingga not tinggi. Dari not yang rendah, hingga not yang tinggi, lalu ditahan di situ. Kita mulai dari huruf A. Siap ?
7 Icons: Siaaapppp!!!!!!
Adrian: Baiklah, sekarang perhatikan tangan saya. Kalau lurus seperti ini (tangannya lurus menghadap ke depan) artinya masih not rendah. Kalau seperti ini (tangannya dinaikkan sedikit ke atas), kalian naik satu not. Seperti ini (tangannya dinaikkan lagi sedikit ke atas), naik satu not lagi. Begitu seterusnya hingga seperti ini (tangannya diangkat ke atas). Ini not tertinggi. Kalian tahan di sini... nanti kalau saya stop, selesai. Kalau kalian berhasil untuk semua huruf ini, nanti akan kuberi permainan buat kalian, tapi nggak jauh2 dari sini. Sudah mengerti semuanya ?
7 Icons: Mengerti!
Adrian: Baiklah, kita mulai. Dari huruf A dulu. Saya hitung sampai tiga. Satu... dua... tiga!
7 Icons: aaaaaaaaaaaa... (tapi masih nggak kompak)
Adrian: Stop! Stop! Ulang! Masih nggak kompak. Tenang dulu, tarik napas semuanya... oke ? Kita ulangi lagi. Satu... dua... tiga!
7 Icons: aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa...
Adrian: Oke, bagus... (tangannya ia naikkan sedikit ke atas) buka mulutnya terus...
7 Icons: aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa... (makin lama makin tinggi, mengikuti gerakan tangan Adrian)
Adrian: Terus... terus... lebih tinggi lagi... (tangannya ia angkat ke atas, dan suara anak2 7 Icons sudah mencapai not tinggi, dan ditahan sebentar) oke, stop!
Anak2 7 Icons pun lalu berhenti bernyanyi. Leher mereka sudah mulai merasa kering.
Adrian: Oke, itu tadi sudah lumayan. Not bad... kalian boleh minum dulu...
Adrian lalu berlari dan mengambil sebuah box besar berisi air minum dalam kemasan yang berbentuk botol. Semua anak2 7 Icons langsung mengambil satu botol dan minum. Adrian juga minum.
Adrian: Gila kan ? Tapi itu belum apa2. Kita ulangi lagi. Tapi sebentar, ada yang harus saya lakukan.
Adrian lalu berlari ke arah jendela dan kemudian membuka jendelanya.
Linzy: Untuk apa kamu buka jendela, Adrian ?
Adrian: Ini untuk membiarkan udara masuk. Selain itu juga untuk memberi pintu keluar buat suara kalian agar tidak tertampung terus di dalam ruangan ini... tenang kok, nggak ada tetangga yang akan marah. Lihat saja apa yang ada di luar sana...
Anak2 7 Icons kemudian melihat ke luar jendela, dan mata mereka langsung disuguhi pemandangan laut yang terhampar sangat luas. Ada beberapa kapal yang sedang lalu-lalang di tengah laut itu, dan ada mercusuar yang sangat tinggi, berdiri di atas tebing yang berada di sebelah kanan pemandangan itu. Di kiri pemandangan terdapat sebuah bangunan pelabuhan dan terminal peti kemas. Bisa disimpulkan, flat ini berada tidak jauh dari pelabuhan. Udara laut sangat terasa di sekitar jendela itu.
Angel: Jadi, kita ini... ada di dekat pelabuhan ?
Adrian: Ya. Kebetulan salah satu alasan kenapa gw memilih tempat ini adalah karena tempatnya sepi. Kalian nggak perlu khawatir dengan tetangga yang merasa terganggu mendengar kalian bernyanyi. Maklum saja, tetangga kita laut dan pelabuhan. Belum lagi ada jarak yang cukup jauh antara pelabuhan dan tempat kita berada. Jadi, gw yakin kalau suara kalian nggak akan terdengar sampai pelabuhan. Selain itu, kalian juga bisa bersantai. Siapa tahu, dengan melihat pemandangan laut, kalian menjadi lebih rileks dan santai.
Tiba2 terdengar bunyi sirene pelabuhan yang bunyinya sangat keras sekali. Anak2 7 Icons pun jadi kaget mendengar bunyi keras itu.
Angel: Katanya tempatnya sepi... tapi kok ada bunyi sirene pelabuhan sih ? Mana keras banget lagi...
Adrian: Yah, itu mungkin satu2nya saingan kalian... namanya juga dekat pelabuhan... ya pasti begini lah... ya udah, cukup melihat-lihat pemandangannya... sekarang kita latihan lagi. Ayo...
Adrian lalu kembali ke depan meja kerjanya. Anak2 7 Icons pun kemudian mengikutinya dan kembali ke tempat mereka tadi berdiri. Latihan pun dilanjutkan.
Adrian: Kita ulangi lagi dari awal, aturannya masih sama, kita lakukan seperti tadi. Siap ? Satu... dua... tiga!
7 Icons: aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa...
Adrian: Oke, bagus... terus... (sambil mengangkat tangannya secara perlahan)
7 Icons: aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa... (makin lama makin tinggi suaranya, seperti tadi)
Adrian: Sudah bagus... ayo terus... keep it going girls... (sambil mengangkat tangannya lagi, semakin tinggi)
7 Icons: aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa... (suaranya sudah tinggi, dan di tahan di not tinggi)
Adrian: Stop! (lalu menurunkan tangannya) good job, girls! Kalian berhasil!
Mezty: Hah ? Beneran ?
Adrian: Ya, kalian berhasil... kalian semua berhasil...
7 Icons: Yeaaayyyyy... kita berhasil... berhasil...
Adrian: Tapi tunggu dulu, kalian harus tetap mengulanginya. Itu tadi sudah bagus. Tapi tetap harus diulang. Ini untuk memastikan kalau kalian semua benar2 bernyanyi dengan baik. Siapa tahu berikutnya lebih baik. Sekarang kalian boleh minum dulu.
Anak2 7 Icons kemudian minum lagi, dan setelah itu... latihan dilanjutkan. Tetap, menyanyikan huruf A hingga not tinggi dan ditahan pada not tinggi. Latihannya dilakukan berulang-ulang dan terus menerus. Hal yang sama juga dilakukan pada huruf2 lain, yaitu huruf I, U, E, O. Di sini Adrian punya beberapa kata2 pemberi semangat lain, seperti misalnya pada huruf I, "ayo, kasih lihat giginya terus..." pada huruf U, "ayo, monyongin terus bibirnya... monyongin terus..." kemudian di huruf E, "ayo, buka terus mulutnya... kasih lihat giginya lagi... buka terus..." dan di huruf O, "ayo, buletin terus mulutnya... ayo... bikin lingkarannya... terus...", dan seperti itulah. Hebatnya, anak2 7 Icons berhasil melakukan semuanya dengan sangat baik. Hanya satu kali adaptasi, dan setelah itu mereka lancar terus. Adrian menganggapnya sebagai sebuah progres yang cukup baik. Ia langsung mencatat semua progres latihan itu dalam bukunya, di saat anak2 7 Icons sedang duduk2 di sofa untuk beristirahat. Adrian mencatat semuanya dengan sangat detail, dan raut kepuasan tergambar dalam wajahnya. Latihan vokal itu sudah selesai, karena waktunya tidak cukup, akhirnya permainan yang dijanjikan oleh Adrian itu ditunda hingga latihan vokal berikutnya. Besok, adalah latihan dance pertama. Sebelum pulang, ada sesuatu yang ingin disampaikan Adrian pada anak2 7 Icons.
Adrian: Besok kita akan latihan dance. Tapi kalian mau nggak bangun pagi besok ?
PJ: Hah ? Bangun pagi ? Bangun pagi buat apa ?
Adrian: Di dalam rencana gw, di setiap akhir pekan, kita akan jogging bersama. Soal harinya, antara hari Jumat atau Sabtu, tergantung jadwal yang tersedia. Untuk minggu ini, kita jogging besok pagi. Kita akan jogging di kompleks Olimpiade. Kalian semua siap ?
Linzy: Tapi kan, kita besok pagi harus sekolah juga... kita kan masuk jam setengah delapan...
Adrian: Nah, justru saat kalian jogging nanti, kalian bawa seragam sekolah sebagai baju ganti. Nanti sesudah jogging nanti, kita semua akan ganti baju dengan seragam sekolah, lalu langsung berangkat ke sekolah. Jadi nggak akan pulang lagi. Bagaimana ?
Linzy: Oh, kalau itu sih nggak masalah. Kalau begitu, gw terima deh... gimana yang lain ?
Angel: Oke deh, gw juga... kita udah lama nggak jogging lagi...
Mezty: Gw juga... sama, kita udah lama nggak jogging lagi...
Adrian: Yang lain ?
Natly: Aku ikutan deh...
PJ: Gw juga.
Vanila: Akyu juga mau...
Gc: Aku juga ikutan deh...
Adrian: Bagus, kalau begitu, kalian besok bangun pagi, nanti kita bareng2 ke kompleks Olimpiade, kita jogging dan olahraga selama satu jam. Sambil nunggu jam masuk sekolah aja...
Angel: Oke deh, sip... kita semua bakal bangun pagi kok...
Adrian: Bagus kalau begitu. Kalau begitu sekarang kita pulang.
DAY 4:
Pagi2, anak2 7 Icons dan Adrian sudah berkumpul di lapangan atletik kompleks Olimpiade. Mereka semua sudah siap untuk jogging. Anak2 7 Icons pakai baju yang biasa mereka pakai untuk latihan dance, sementara Adrian memakai kostum Chelsea terbaru dengan tulisan "TORRES" dan angka 9 di belakangnya, dan celana berwarna biru, kaus kaki biru, dan sepatu kets warna hitam. Tanpa menunggu lama, Adrian langsung mengajak mereka untuk jogging, dan anak2 7 Icons menyusul beberapa saat kemudian. Untuk pertama kalinya sejak tiga bulan yang lalu mereka jogging bersama. Mereka semua jogging bertujuh bersama-sama, sementara Adrian malah jogging sendiri di depan. Setelah jogging selama 15 menit, acara pagi itu dilanjutkan dengan olahraga. Mereka semua pemanasan, di mana Adrian yang memimpin pemanasannya, dan setiap personil 7 Icons yang menghitung pemanasannya. Sesudah mereka pemanasan, mereka lari lagi 15 menit. Tapi kini ada bedanya. Kalau tadinya Adrian berlari sendiri di depan, sekarang Adrian lari bareng dengan anak2 7 Icons. Sambil itu, mereka semua ngobrol2 mengenai berbagai hal. Kadang2 Adrian sampai harus berbalik dan berlari mundur untuk bisa ngobrol dengan jelas dengan anak2 7 Icons. Setelah mereka lari, 15 menit kemudian mereka langsung masuk ke tempat ganti pakaian dan berganti pakaian menjadi seragam sekolah. Sesudah ganti pakaian, mereka langsung naik mobil dan meluncur ke sekolah.
Setelah sekolah, anak2 7 Icons dan Adrian kembali lagi ke flat. Sekarang mereka akan latihan dance. Pada latihan dance-nya kali ini, Adrian ingin semua anak2 7 Icons ngedance lagu Playboy. Ia ingin melihat seperti apa sih gaya dance mereka saat ini. Hasilnya... mereka ngedance seperti terakhir2 mereka tampil. Agak kacau, kurang kompak, dan gerakannya kaku. Adrian melihat kalau semuanya masih bisa diperbaiki. Ia lalu berdiri dari kursinya dan mulai mengajarkan gaya dance yang asyik buat mereka. Sebagai tes pertama untuk anak2 7 Icons, Adrian memberikan sebuah nomor gerakan dan anak2 7 Icons harus menarikannya. Adrian sendiri yang mengajarkannya pada mereka. Anak2 7 Icons belajar secara perlahan, mulai dari dipandu oleh Adrian, hingga akhirnya mereka bisa sendiri. Setelah itu, satu per satu personil 7 Icons dipanggil untuk menarikannya secara langsung, tepat di depan Adrian, seperti tes dance yang dulu. Mereka semua bisa, meskipun agak sedikit ada kesalahan dalam gerakannya. Adrian mencatat semuanya dalam buku catatannya, dan lalu setelah semuanya selesai menari, Adrian memberitahukan apa penilaiannya. Setelah penilaian itu diberikan, Adrian berdiri lagi dari kursinya dan memperbaiki kembali gerakan yang tadi salah, dari setiap personil. Satu per satu para personil itu diperbaiki gerakannya dan diberi beberapa masukan. Setelah semua gerakannya diperbaiki, latihannya dilanjutkan kembali, dengan gerakan yang sama. Selang beberapa saat kemudian, Adrian mengetes anak2 7 Icons lagi, kali ini tidak dipanggil satu per satu, tapi dipanggil semuanya dan melakukan dance secara bersama-sama. Adrian mau melihat seberapa kompak mereka dengan gerakan yang ia berikan ini. Hasilnya, mereka lumayan kompak. Adrian sangat puas sekali lagi, dan dia langsung mencatat semuanya dalam buku catatannya. Adrian kemudian berkesimpulan kalau sebenarnya tidak ada masalah dengan kekompakan 7 Icons saat ngedance. Hanya saja... ada yang perlu diperbaiki saat mereka ngedance lagu Playboy. Inilah yang kemudian coba diperbaiki Adrian. Ia pun berdiri lagi dari kursinya dan ngedance dengan lagu Playboy, di hadapan para personil 7 Icons. Tentu saja anak2 7 Icons jadi merasa kagum pada Adrian, karena ia bisa menarikan lagu mereka dengan sangat baik. Setelah ia ngedance itu, Adrian lalu melatihkan setiap gerakan di lagu Playboy itu satu per satu pada para personil 7 Icons, dari bagian pertama lagu hingga bagian reff. Mereka berlatih terus hingga berakhirnya waktu latihan, jam 5. Adrian lalu mencatat, kalau untuk sejauh ini, progres latihan anak2 7 Icons cukup bagus. Mereka sudah bisa kompak untuk gerakan dance yang ia buat sendiri, dan mereka sedang berusaha untuk ngedance lagu Playboy dengan kompak. Karena waktu, latihan dance-nya belum bisa maksimal, hanya dari bagian pertama hingga reff lagu. Tapi itu tidak jadi masalah. Di latihan berikutnya, dance lagu Playboy akan mulai dilatih lebih dalam.
DAY 5
Hari itu hari Sabtu, jadi latihannya sedikit lebih santai karena akhir pekan. Latihan vokal lagi. Melanjutkan dari kegiatan pada latihan sebelumnya, Adrian sekarang akan memberi permainan pada anak2 7 Icons, yaitu sebuah permainan yang dulu pernah dimainkan oleh anak SD, yaitu permainan sebut huruf. Di sini, anak2 7 Icons harus mengucapkan lima huruf yang sebelumnya sudah Adrian tulis di papan tulis, yaitu A, I, U, E, O. Tugasnya disini, anak2 7 Icons harus menyanyikan huruf sesuai dengan apa yang ditunjuk oleh Adrian, dengan aturan yang dulu diberikan Adrian. Jika sampai salah sebut, ada hukumannya. Semua personil 7 Icons harus scotch-jump sepuluh kali. Di sini, yang dilatih tidak hanya vokalnya, tapi juga konsentrasi. Adrian menganggap bahwa salah satu penyebab kacaunya penampilan 7 Icons adalah... kurang konsentrasi. 7 Icons terlalu banyak memikirkan trauma masa lalu mereka, sehingga saat mereka tampil lagi di kesempatan berikutnya, penampilan mereka jadi kacau. Sebelum masuk ke permainan, anak2 7 Icons mengulang kembali apa yang sudah dipelajari pada latihan sebelumnya. Kenapa harus diulang ? Itu karena pelajaran vokal kemarin adalah kunci untuk memainkan permainan sebut huruf ini. Nantinya kan, lima huruf vokal itu harus dinyanyikan, jadi teknik dasarnya, yang dulu sudah diajarkan sama Adrian, itu harus diulangi lagi, agar nggak lupa.
Setelah teknik dasarnya selesai dipelajari, permainannya dimulai. Adrian memegang sebuah penggaris kayu, dan ia menyentuhkan penggaris kayunya ke huruf yang ia pilih secara acak, untuk kemudian dinyanyikan oleh para personil 7 Icons. Belum apa2, sudah ada yang salah. Gc yang salah sebut pertama. Yang harusnya huruf I, ia sebut A. Akhirnya, hukuman scotch-jump pertama pun dijatuhkan. Setelah hukuman selesai, permainan dilanjutkan. Setelah hampir beberapa huruf berhasil disebut tanpa cela, tiba2 Angel salah. Harusnya huruf O, ia sebut U. Hukuman lagi... kemudian permainan dilanjutkan. Tak lama, belum genap lima huruf, Vanila yang salah sekarang. Ia terlambat mengucapkan huruf yang ditunjukkan oleh Adrian. Hukuman lagi... dan begitulah seterusnya. Setiap kali ada yang salah, hukuman langsung diberikan, dan semua personil 7 Icons melakukan kesalahan. Total, anak2 7 Icons 15 kali salah sebut huruf. Adrian mencatat semuanya. Ujung2nya, semua personil 7 Icons pada gempor semua kakinya... gara2 keseringan scotch-jump dan mereka nggak sempat pemanasan sebelumnya... ya iya lah... masa latihan vokal pada pemanasan gaya latihan dance ? Selain itu juga, mereka nggak menyangka kalau latihannya seperti ini. Karena tanpa persiapan itulah, semuanya pada gempor setelah melakukan scotch-jump. Tapi, meskipun banyak melakukan kesalahan, Adrian melihat kalau sekarang vokalnya sudah membaik. Mereka bisa menahan suara tinggi lebih lama daripada sebelumnya, dan juga konsentrasi mereka sudah mulai terbentuk. Sebelum latihan berakhir, Adrian memberitahukan pada anak2 7 Icons kalau pada hari Minggu, tidak ada latihan. Latihan berikutnya adalah latihan dance, dan akan dilakukan pada hari Senin yang akan datang. Adrian memberi kesempatan pada anak2 7 Icons untuk beristirahat dulu, apalagi setelah mengetahui kalau kaki anak2 7 Icons pada gempor gara2 terus-menerus melakukan scotch-jump. Jadi, pada hari Minggu, tidak ada latihan, dan semuanya boleh beristirahat.
Nah, seperti itulah latihan 7 Icons bersama Adrian di hari2 pertamanya. Adrian mencatat ada sebuah progres yang cukup baik yang dibuat oleh anak2 7 Icons pada setiap latihannya, dan mereka semua melakukan latihan itu dengan penuh semangat. Kira2, seperti apa latihan 7 Icons pada hari2 berikutnya ? Masihkah mereka melalui masa latihan dengan progres yang cukup baik ? Bagaimanakah kelanjutan ceritanya ? Cerita2 sisipan akan mulai diceritakan di bagian berikutnya dari cerita ini, yaitu part 15c, selain juga masih menceritakan tentang latihan 7 Icons di hari2 berikutnya. Tetap stay tune terus di blog saya, karena cerita ini masih akan berlanjut ke bagian berikutnya, yaitu part 15c. Remember, it's just a Fanfiction.
BERSAMBUNG... (ke part 15c)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar