Senin, 22 Agustus 2011

FANFICTION 7 ICONS (part 15h)

Remember, it's just a Fanfiction.
Sebelum menulis cerita ini, saya ingin mengucapkan terima kasih buat semua yang sudah mau datang atau sekedar mampir untuk mengunjungi blog saya dan membaca setiap cerita2 yang ada di sini. Terima kasih juga buat teman2 yang sudah mau mengikuti Fanfiction ini dari part 1 hingga sekarang memasuki ke part 15 ini. Perlu diketahui bahwa ini adalah bagian terakhir dari Fanfiction 7 Icons part 15. Mulai hari Selasa nanti, kalau misalnya cerita ini selesai tepat waktu, Fanfiction 7 Icons akan memasuki part 16, yang akan menceritakan tentang minggu terakhir masa training 7 Icons dan juga tes terakhirnya, plus juga ada beberapa cerita2 sisipannya. Kenapa bagian ini adalah bagian terakhir dari Fanfiction 7 Icons part 15 ? Karena rencananya dulu, part 15 akan menceritakan tiga minggu pertama masa training 7 Icons, dari hari pertama hingga hari ke-21. Setelah itu, sisa harinya, kebetulan ada tujuh hari lagi, dari hari ke-22 sampai hari ke-30, akan diceritakan di part 16. Mungkin akan dibagi2 lagi, tapi mudah2an tak sebanyak part 15. Sekarang, dari 21 hari yang diceritakan, hanya tinggal dua hari lagi yang akan diceritakan, yaitu hari ke-20 dan hari ke-21. Karena sekarang hanya tinggal dua hari lagi, maka inilah saatnya untuk mengakhiri part 15 Fanfiction 7 Icons ini. Baiklah, sekarang saatnya masuk ke ceritanya. Fanfiction 7 Icons part 15h kita mulai.
DAY 20
Hari Rabu, dan sekarang semua personil 7 Icons kembali lagi ke ruang latihan vokal. Latihannya sekarang, ya seperti kemarin, melatih lagu2 yang kemarin sudah dilatihkan. Tapi kini Adrian akan melatih vokal setiap personil satu per satu, dengan lagu2 yang sudah ada ini. Cara melatihnya per lagu. Satu per satu personil dipanggil ke depan dan memintanya untuk menyanyikan bagiannya dalam lagu itu, dan lalu Adrian akan memperbaikinya, if necessary. Tapi semuanya diperbaiki kok. Setelah semuanya selesai, semua personil dipanggil ke depan dan menyanyikan lagi lagu itu dengan segala perubahan yang sudah diberikan oleh Adrian. Sambil mendengarkan lagunya, Adrian juga memperhatikan apakah perbaikan vokalnya sudah dilakukan dengan baik atau tidak. Dia mencatat semuanya dalam sebuah kertas, disertai juga dengan beberapa gambar sebagai penanda. Adrian suka membuat gambar2 kode rahasia, dan hanya Adrian yang tahu soal kode2 itu. Para personil 7 Icons menyangka kode2nya Adrian itu sebagai gambar2 biasa saja. Padahal, itu semuanya ada maknanya, tapi hanya Adrian yang tahu. Setelah ia mendengarkan lagunya, Adrian memberitahukan semua yang baru saja ia catat tadi pada semua personil 7 Icons. Ia memberitahukan semuanya sebagai bahan evaluasi untuk semuanya, tak hanya untuk satu personil saja. Setelah ia memberi evaluasinya, semua personil 7 Icons kembali lagi ke tempat duduknya, istirahat 10 menit, lalu latihan dilanjutkan dengan lagu berikutnya, dan dengan cara yang sama. Satu per satu para personil dipanggil, lalu menyanyikan bagiannya, kemudian diperbaiki, lalu setelah semuanya dipanggil, semua personil dipanggil lagi untuk menyanyikan lagi lagu itu dengan perbaikannya, lalu dinilai atau sedikit dievaluasi lagi, kemudian boleh kembali ke tempatnya masing2, dan lalu istirahat sebentar sebelum lanjut dengan lagu berikutnya. Seperti itu. Nah, pada saat ada satu personil yang dipanggil, teman2nya yang lain nggak diam begitu saja. Mereka semua berlatih sendiri. Ada yang berlatih di depan jendela sambil melihat pemandangan laut, ada yang berlatih di sofa, ada yang berlatih di tempat duduknya, ada yang berlatih sambil bersembunyi di balik Badminton Cabinet (saya sudah kasih tahu soal benda besar ini), dan ada juga yang berlatih sambil berjalan-jalan di belakang ruangan. Atau ada juga yang berlatih sambil berjalan melewati jendela2 ruangan, yang menawarkan pemandangan laut yang sangat indah. Para personil 7 Icons nggak bisa diam kalau sudah berlatih, apalagi kalau sudah kondisinya seperti ini, di mana teman mereka dipanggil satu per satu ke depan dan dilatih oleh Adrian. Mereka sudah tahu apa yang harus dilakukan sebelum Adrian memanggil mereka, dan setelah Adrian memanggil mereka. Adrian memang membebaskan para personil 7 Icons untuk berjalan-jalan di ruang latihan selama latihan vokal berlangsung, asalkan tujuannya untuk latihan. Adrian kan ingin membuat para personil 7 Icons merasa lebih santai saat berlatih... dan dia ingin mereka memanfaatkan seisi ruangan itu untuk menjadi tempat latihan yang enak buat mereka. Sejauh ini, mereka sudah melakukannya dengan baik. Selama latihan vokal, anak2 7 Icons selalu serius tapi santai dalam berlatih, apalagi kalau sudah latihan sendiri2. Kalau latihannya bareng, begitu juga... biasanya mereka akan berlatih sendiri2 secara terpisah, tapi kemudian mereka berkumpul di suatu tempat, biasanya di depan jendela, menghadap ke laut, dan bernyanyi bersama. Adrian sendiri hanya menunggu mereka siap untuk latihan sambil sesekali melihat-lihat barang2 antik yang ada di ruangan itu. Sebenarnya, ini sudah berlangsung tidak hanya pada hari itu aja, tapi sejak mereka pertama latihan, meskipun awal2nya mereka masih malu2 untuk berlatih di luar tempat mereka duduk. Tapi belakangan mereka nggak lagi. Itu setelah mereka mengetahui ada pemandangan yang sangat indah yang tersembunyi di balik tirai jendela... hahahahaha... sekarang kembali ke cerita. Adrian melihat kalau sekarang para personil 7 Icons sudah lebih baik dalam menyanyikan lagu2 itu. Dia juga senang melihat bagaimana cara anak2 7 Icons berlatih ketika mereka harus berlatih sendiri2. Hasilnya juga bagus, mereka sekarang sudah lebih lancar nyanyinya dan vokalnya lebih bagus. Semuanya ia catat di dalam buku catatannya, di akhir sesi latihan, selagi anak2 7 Icons sedang melihat pemandangan di jendela. Setelah ia mencatat semuanya, latihan berakhir.
Hari itu adalah hari spesial untuk Adrian. Hari itu dia bisa jalan2 bersama Wenda. Makin spesial lagi karena kali ini tidak ada gangguan dari anak2 Cherrybelle dan Cherrybelle tidak sedang dalam jadwal tampil ataupun jadwal latihan. Cherrybelle sedang libur, makanya Wenda memanfaatkan kesempatan ini untuk jalan2 dengan Adrian. Kemarin malam mereka sudah janjian, dan Adrian bahkan sudah menyiapkan pakaian dan rencananya untuk jalan2 kali ini, dengan tujuan untuk tidak membuat Wenda kecewa. Makanya, setelah ia pulang dari flat, Adrian langsung mandi, lalu berpakaian, dia sudah menyiapkan baju yang akan ia pakai, saya sudah beritahu di part sebelumnya, yaitu kemeja biru, kostum Chelsea terbaru sebagai dalaman, dan celana jeans. Ia juga memakai sepatu sneakers warna hitam dan topi berwarna biru. Ia juga membawa tas kecil berwarna hitam yang berisi semua peralatannya, mulai dari Blackberry, dompet, tempat kacamata, dan beberapa barang lainnya. Tas itu ia pasang di pinggangnya. Itu sebuah tas khusus, hadiah dari kakaknya di London. Setelah semuanya sudah siap, dia langsung pergi meninggalkan rumahnya dan berangkat menuju tempat janjiannya, yaitu di Taman Bung Karno. Adrian pergi dengan taksi.
Sesuai janjinya pada Wenda, Adrian datang 15 menit lebih cepat. Malah lebih cepat lagi tiga menit, berkat jalanan yang sepi dan bebas dari macet, dan taksinya yang juga melaju dengan sangat kencang. Maklum saja, mobil taksinya masih baru... jadi masih kencang larinya... di Taman Bung Karno sendiri suasananya masih cukup ramai, ada beberapa orang yang masih bermain-main di taman itu, sekedar duduk2, nongkrong, atau hanya sekedar berjalan-jalan saja. Taman ini disebut Taman Bung Karno karena ada patung Bung Karno tepat di tengah2 taman. Taman itu cukup rindang, banyak pohon dan banyak bangku tamannya juga. Di setiap sudut taman pasti ada pohon dan di depannya pasti ada bangku taman. Di beberapa bagian taman terdapat patung2 orang2 terkenal, seperti patung John F. Kennedy, patung Mohammad Hatta, patung peristiwa Proklamasi, dan patung2 tokoh dunia lainnya. Di taman ini juga terdapat piramida kaca raksasa, bentuknya mirip dengan piramida di Museum Louvre, dan fungsinya adalah sebagai rumah kaca untuk beberapa tanaman langka yang sedang dibudidayakan di taman ini. Ada empat jumlahnya dan tersebar di keempat sisi taman. Jaraknya sama, hanya 250 meter dari patung Bung Karno dan 500 meter dari pintu gerbang masuk. Lantai taman dihiasi dengan mozaik keramik yang sangat indah, dan di setiap 100 meter di taman itu, di kiri-kanan jalan, terdapat tempat sampah, masing2 dua tempat sampah. Ada tempat sampah kering dan tempat sampah basah. Warnanya beda. Yang sampah kering warnanya merah, dan yang sampah basah warnanya biru. Di salah satu bagian taman ini juga ada air mancur, dengan patung George Washington yang sedang berkuda di tengahnya, menghadap ke arah pintu gerbang barat. Karena ada patung Washington di air mancur itu, banyak orang yang menyebut air mancur ini sebagai "Air Mancur Washington". Di depan air mancur itu terdapat empat buah bangku taman, yang ditaruh berdasarkan arah mata angin. Salah satu bangku taman yang ada di Air Mancur Washington itulah yang nantinya akan menjadi tempat Adrian dan Wenda bertemu.
Adrian sudah sampai di Taman Bung Karno, dan dia masuk lewat pintu gerbang barat. Ia lalu berjalan hingga ke Air Mancur Washington, dan lalu ia duduk di sana. Lewat pesan BBM dari Wenda, keduanya sudah sepakat untuk bertemu di Air Mancur Washington. Hanya saja, Wenda hanya menuliskan kata "air mancur" dan tidak menyebut patungnya. Tapi Adrian dan Wenda tahu kalau di Taman Bung Karno hanya ada satu air mancur di sana, yaitu Air Mancur Washington, jadi mereka sudah tahu di mana mereka akan bertemu. Adrian lalu mengeluarkan Blackberry-nya dan memeriksa apakah ada pesan BBM yang masuk atau belum. Selain itu dia juga melihat jamnya, sambil menunggu Wenda datang. Wenda janji akan datang pukul 7 malam, dan Adrian datang 18 menit sebelumnya. Sekarang malah jadi terbalik. Tadinya Wenda yang menunggu, sekarang giliran Adrian yang menunggu. Yang harusnya Wenda yang harap2 cemas dan sabar menunggu, sekarang malah Adrian yang harus sabar menunggu. Tapi Adrian tidak perlu menunggu lama, karena Wenda akhirnya muncul juga dari pintu gerbang barat dan berjalan menuju Air Mancur Washington. Wenda juga datang cepat. Ia lebih cepat dua menit empatpuluh dua detik dari rencananya semula. Adrian pun lalu memasukkan Blackberry-nya ke dalam tas, berdiri, dan menyambut Wenda yang datang dengan kaus putih dengan tulisan beberapa kota2 fashion terkenal dan peta dunia di belakangnya, jaket merah, celana jeans, dan sepatu high heels. Dia juga membawa tas berwarna merah dengan gambar Hello Kitty kesayangannya. Rambutnya terurai seperti biasa, dan ada pita merah di sebelah kanan kepalanya. Wajahnya tetap riang dan cerah seperti biasanya, dan membuat Adrian jadi semakin tidak bisa menahan rasa sukanya pada Wenda, meskipun untuk saat ini, ia masih bisa menahannya. Adrian lalu tersenyum pada Wenda dan lalu mengajaknya duduk.
Adrian: Hai, Wenda. Kamu tepat waktu.
Wenda: Kamu juga tepat waktu. Udah dari tadi ya ?
Adrian: Iya. Kan aku sudah janji sama kamu... gw akan datang cepat...
Wenda: Bagus deh kalau begitu...
Adrian: (melihat wajahnya Wenda) Kamu cantik.
Wenda: Terima kasih... aku padahal nggak make-up lho...
Adrian: Kamu nggak make-up ? Tapi kelihatannya sama aja kok, antara make-up dan nggak make-up...
Wenda: Bisa aja kamu...
Adrian: Ayo, silakan duduk.
Wenda: Iya, terima kasih...
Adrian dan Wenda lalu duduk. Mereka lalu ngobrol2 lagi.
Adrian: Jadi nanti kita mau ke mana nih ?
Wenda: Kita ke mal yang ada di dekat sini... aku mau belanja sambil lihat2 barang... udah lama nih aku nggak belanja... maklum sibuk terus... tapi enaknya bisa sekalian ngumpulin uang buat belanja...
Adrian: Berarti kamu sekarang bawa uang banyak dong ?
Wenda: Iya. Tapi ini jatah belanjaku. Kamu nggak boleh pakai. Kalau mau belanja juga, bayar sendiri...
Adrian: Ya pastinya gw akan bayar sendiri lah... kalau nggak, mungkin gw akan mampir ke ATM sebentar...
Wenda: Kamu punya kartu ATM ?
Adrian: Punya. Dari tahun lalu. Kalau ayahku ngasih jatah bulanan pasti ditransfer. Nanti aku tinggal ambil uangnya di ATM. Gampang kan ?
Wenda: Hebat banget... ayahmu kayaknya kaya banget ya...
Adrian: Nggak juga. Kebetulan memang lagi punya uang banyak saja...
Wenda: Tapi kalau menurut gw... kayaknya nggak mungkin kebetulan deh. Kamu itu sekolah di sekolah yang mahal, bagus, dan bergengsi tinggi. Pakai baju selalu bagus2... terus jatah bulanan selalu ditransfer dan kamu hanya tinggal mengambil di ATM aja... jangan2... ayahmu kaya beneran nih...
Adrian: Yah, semacam itulah... kamu pintar juga menebak semuanya...
Wenda: Pastilah... Wenda... gini2 gw juga tahu kali kalau anak orang kaya seperti apa gayanya... karena saya sendiri juga anak orang kaya juga...
Adrian: Hahahahaha... tapi bedanya ayahku orang kaya baru. Belum lama jadi orang kaya... soalnya ayahku baru naik jabatan beberapa bulan yang lalu... anggap saja semacam adaptasi dulu lah...
Wenda: Oh... begitu... ayahmu memangnya kerja apa ?
Adrian: General Manager. Sejak Januari lalu, jauh sebelum aku ada di sini...
Wenda: Januari ? Wah, memang benar2 masih baru ya... jadi, kamu ini pindahan ?
Adrian: Ya, saya pindahan. Dari Bandung.
Wenda: Bandung ? Eh, sama kayak Anisa dong...
Adrian: Oh, dia dari Bandung juga ya ?
Wenda: Iya... rumahnya di Bandung. Ia suka bolak-balik Jakarta-Bandung buat bisa tampil bareng kita... aku pernah datang ke rumahnya kok...
Adrian: Sekarang apa dia lagi di Bandung ?
Wenda: Iya. Setelah dia dapat pengumuman kalau Cherrybelle libur, dia langsung telepon orangtuanya dan bilang kalau dia mau pulang... sekarang lagi Bandung, sejak kemarin...
Adrian: Oh, begitu... kamu libur sampai kapan ?
Wenda: Sampai hari Kamis. Setelah itu hari Jumat latihan lagi buat tampil hari Minggu nanti...
Adrian: Tampil di mana ?
Wenda: Kita diundang ke acara pensi sekolah. Kebetulan sekolah itu juga almamater salah satu teman kita, jadi kita mau untuk tampil di situ...
Adrian: Kapan tampilnya ? Siang ? Malam ?
Wenda: Malam. Kita tampil di acara utama... rencananya, kalau nggak ada perubahan.
Adrian: Oh, begitu... well, baiklah. Kalau begitu aku nggak akan mengganggu kamu saat hari Jumat.
Wenda: Good... itulah sebabnya gw mau memanfaatkan hari ini dan besok dengan sebaik2nya...
Adrian: Well, that's great. Nanti ada hari kosong kapan lagi ?
Wenda: Wah, kalau itu sih... aku nggak tahu, nanti aku kasih tahu deh... mudah2an minggu depan bisa ada waktu libur... soalnya aku mau jalan2 lagi sama kamu...
Adrian: Benarkah ? Kenapa kau mau jalan2 lagi denganku ?
Wenda: Karena... karena teman2ku sering sibuk dengan aktivitasnya masing2 kalau sudah liburan... jadinya, aku jalan2 sendirian deh... dan buatku, kamu teman jalanku yang terbaik saat ini...
Adrian: Wow... aku merasa terhormat. Kamu nggak suka ya, kalau jalan2 sendiri ?
Wenda: Sebenarnya sih aku bisa saja jalan sendiri, tapi belakangan ini aku lebih suka ditemani kalau jalan2... ya kamu tahulah sekarang... kalau jalan2 sendiri kan suka banyak nggak enaknya... ada yang nodong lah, ada yang hipnotis lah, ada yang copet lah, pokoknya banyak gangguan deh kalau lagi jalan sendiri sekarang... aku jadi sampai takut mendengarnya... makanya gw butuh teman buat jalan. Dan karena teman2 gw sibuk, akhirnya gw memilih kamu. Berdasarkan pengalaman kemarin, dan fakta kalau aku sebenarnya nggak terlalu punya banyak teman...
Adrian: Kamu... kamu nggak punya banyak teman ? Maksudnya ?
Wenda: Ya aku nggak punya banyak teman. Temanku sedikit. Jujur saja, aku punya rasa trauma jika sudah berhubungan dengan pertemanan. Dulu aku pernah dikhianati oleh teman2ku.
Adrian: Trauma... karena dikhianati ? Ceritakan...
Wenda: Dulu aku punya teman. Bisa dibilang dia itu sahabatku yang paling dekat. Kita selalu bersama-sama setiap hari. Duduk bersama, makan bersama, belanja bersama, dan dia juga punya kebiasaan dan hobi yang hampir sama denganku. Aku selalu menganggapnya sebagai orang yang spesial. Suatu kali, aku dekat dengan seorang cowok. Dia adalah cowok terpintar dan terganteng di sekolah, dan memang dia sejak awal aku sudah suka dengannya. Aku dan dia saling berteman baik. Aku selalu ingin sekali menjadi pacarnya, karena dia itu orangnya baik, pintar, dan dia juga romantis. Dulu aku pernah makan bareng dengannya, dan dia itu tahu banget bagaimana cara memperlakukan seorang cewek. Aku selalu berusaha untuk bisa jadi pacarnya. Tapi suatu kali terungkap kalau cowok itu lebih dekat dengan seorang cewek yang ternyata itu adalah sahabatku... padahal dulu aku dan dia sudah berjanji untuk tidak menyukai cowok yang sama. Yang bikin aku lebih kaget lagi... dia dan cowok itu sudah sering jalan bersama... dan sepertinya mereka sudah berpacaran... dan ternyata benar. Beberapa hari kemudian aku bertanya pada cowok itu dan dia mengatakan kalau ia sudah berpacaran... dengan sahabatku! Dia tidak bilang sama sekali padaku... hatiku pun langsung hancur. Selama ini gw berusaha untuk jadi pacarnya, tapi ternyata aku sudah keduluan oleh sahabatku sendiri. Dia sudah melanggar perjanjian itu... aku masih ingat bagaimana aku memutuskan persahabatanku dengannya. Aku datang ke acara makan malamnya dan aku langsung membawanya ke WC. Di situ, saya dan temanku itu, ya... dia sudah bukan sahabatku, dia hanya teman... masuk ke dalam sebuah kamar WC dan aku menanyainya habis2an. Aku sudah seperti penyelidik polisi saat itu. Aku sampai menangis di dalam WC itu, dan setelah aku puas menanyainya, hingga aku keluar air mata gara2nya, aku keluar dari WC itu sambil menangis dan sebelum aku keluar, aku bilang kalau persahabatan kita berakhir. Seperti itu. Sejak saat itu aku merasa trauma. Aku nggak mau dikhianati sahabatku lagi. Aku bahkan menutup diri dari pertemanan, hingga aku membaca sebuah pengumuman kalau ada audisi personil girlband. Aku lalu ikut audisi tersebut dan aku terpilih, dan selama masa training, aku bertemu dengan teman2 baru, dan mereka semua lebih menyenangkan daripada temanku yang dulu. Para personil Cherrybelle adalah sahabat baruku. Sejak itu, aku selalu bersahabat dengan mereka dan tidak dengan yang lain. Begitulah ceritanya.
Adrian: Oh, begitu... jadi para personil Cherrybelle ini sahabatmu yang baru sekarang ?
Wenda: Ya. Mereka semua sahabat2ku yang baru. Mereka sudah janji untuk tidak saling mengkhianati satu sama lain, sebagai sebuah grup ataupun sebagai sahabat. Dan aku bisa percaya itu.
Adrian: Well, that's good. Kau punya teman lain di luar mereka ?
Wenda: Punya, di sekolah aku punya banyak teman. Tapi mereka semua hanya sekedar teman. Bukan sahabat. Sahabatku hanya Cherrybelle.
Adrian: Apa mungkin karena kamu takut dikhianati lagi ?
Wenda: Kalau boleh jujur, ya. Aku sangat trauma dikhianati, jadi... aku agak berhati-hati dalam memilih sahabat. Aku nggak mau apa yang dulu terjadi padaku terulang lagi.
Adrian: Oke. Kalau boleh tahu, siapa cewek yang dulu mengkhianati kamu itu ?
Wenda: Ummm... kalau nggak salah, namanya Lauren. Hanya itu yang aku tahu. Aku sudah banyak melupakannya.
Adrian: Oke, lalu seperti apa cowok incaranmu dulu ?
Wenda: Ummm... dia itu orangnya tinggi, ganteng, pakai kacamata, suka pakai topi dan jaket dengan gambar klub sepakbola kalau datang ke sekolah, dia bisa nge-dance, dia bisa bernyanyi, aku pernah dengar suaranya, bagus sekali, dan dia kalau tidak salah pernah bergabung dengan tim vocal group sekolah meskipun nggak lama. Kalau nggak salah seperti itu deh orangnya, selain juga ciri2 yang sebelumnya saya sampaikan itu... mungkin orangnya hampir2 seperti kamu... tapi kamu agak sedikit berbeda.
Adrian: Oh, begitu... kau masih mengingat ciri2nya dengan sangat baik. Kamu benar2 suka ya, dengannya ?
Wenda: Ya, sangat. Aku sangat menyukainya. Kalau misalnya aku bisa bertemu lagi dengannya, aku ingin sekali mengungkapkan perasaanku dengannya... mungkin ini nggak biasa untuk seorang cewek, tapi anggap saja saya punya hutang masa lalu yang harus saya bayar padanya... dan aku harus membayarnya.
Adrian: Membayarnya ? Dengan cara bilang bahwa kamu sayang dan suka padanya ?
Wenda: Tepat sekali. (terdiam sebentar) Eh, kok kita malah jadi curhat sih ? Harusnya kita kan jalan2...
Adrian: Kau sendiri yang bercerita. Tapi nggak apa2... kalau begitu, sekarang jam berapa ?
Wenda: (melihat jamnya) Sekarang jam hampir setengah delapan. Kalau begitu kita harus segera ke mal! Aku nggak mau ketinggalan untuk berbelanja di sana! Ayo, Adrian! (sambil menarik Adrian)
Adrian: Hei! Hei! Tunggu! Aku bisa jalan sendiri... hei!
Wenda menarik Adrian sambil berlari meninggalkan Air Mancur Washington menuju mal yang ingin sekali didatangi oleh Wenda. Semangat berbelanja Wenda sangat tinggi hingga ia tidak memikirkan kalau ia berlari dengan memakai high heels dan juga sambil menarik Adrian! Adrian sampai kewalahan untuk bisa menyamakan langkah kakinya dengan Wenda, dan bahkan sampai berkali-kali memintanya untuk berhenti, tapi Wenda hanya tersenyum saja dan semakin mempercepat larinya. Wenda tak bisa dihentikan, hingga akhirnya mereka sampai di mal yang mereka tuju. Jaraknya hanya 500 meter dari Taman Bung Karno. Sampai di sana, barulah Wenda berhenti. Tapi ia tidak berhenti lama. Ia dan Adrian lalu mulai berjalan-jalan di dalam mal tersebut. Mereka mendatangi setiap tempat yang mereka lewati, dan Wenda akan melihat-lihat barang2 yang dijual di sana. Toko2 yang didatangi antara lain butik, toko tas, toko sepatu... seperti itulah, yang memang merupakan toko2 kesukaan Wenda. Di saat Wenda sedang melihat-lihat dan mencari informasi soal barang2 yang dijual di sana, Adrian hanya duduk dan melihat-lihat barang2 yang ada di sana. Di butik, Adrian malah menjadi seperti penilai pakaian untuk Wenda. Wenda memborong banyak pakaian ke dalam ruang ganti, dan Adrian diminta untuk menilai bagus-tidaknya pakaian itu. Pengetahuan fashion Adrian memang bagus, tapi kalau yang dinilai adalah pakaian pria atau pakaian bola. Untuk menilai pakaiannya Wenda... Adrian hanya bisa menilainya dengan kata "Bagus sekali", "Bagus", atau "Lumayan". Adrian sama sekali kebingungan untuk menilainya, tapi beruntung selera fashion Wenda yang sangat baik membuat semuanya menjadi "bagus-bagus" saja buat Adrian. Dalam waktu singkat, Wenda sudah membawa banyak kantong belanjaan. Padahal mereka baru menjelajah dua lantai mal, sementara mal itu ada empat lantai. Karena mereka belum makan, akhirnya mereka berdua memutuskan untuk beristirahat sebentar di sebuah restoran, sambil makan malam bersama. Ini adalah makan malam kedua Adrian dan Wenda, tapi ini yang pertama tanpa kehadiran anak2 Cherrybelle. Mereka pun kali ini bisa bebas untuk makan tanpa ada gangguan siapapun. Restoran yang mereka kunjungi adalah sebuah restoran Italia, yang katanya makanannya paling enak di mal itu. Saat itu restorannya cukup ramai, meskipun itu adalah hari biasa. Restoran itu dihiasi dengan warna hijau-putih-merah, yang merupakan warna bendera negara Italia. Di depan pintu masuk restoran terdapat dua buah bendera yang berkibar, yaitu bendera Italia di samping kiri, dan bendera Indonesia di samping kanan. Di luar restoran itu juga terdapat sebuah papan tulis yang berisi daftar menu yang masih tersedia di restoran itu. Adrian dan Wenda makan di sebuah meja yang hanya ditempati oleh dua orang. Mejanya berbentuk lingkaran, dengan taplak meja berpola kotak2 dengan warna hijau-putih-merah, dengan coat of arms Kerajaan Italia di tengah2 taplak meja itu. Kebetulan nama restorannya adalah Casa Savoia, jadi nuansanya adalah nuansa Italia kuno. Di restoran itu terdapat banyak foto2 Italia pada jaman kerajaan, dan juga beberapa replika lukisan karya pelukis2 Italia. Juga terdapat foto2 tokoh2 Italia pada saat itu. Selain itu juga, di restoran ini terdapat lukisan kota Venezia yang berukuran sangat panjang. Meskipun konsepnya jadul, tapi makanannya adalah makanan2 Italia yang sudah banyak dikenal oleh orang, contohnya Spaghetti, Pizza, Fettucini, Lasagna, dan berbagai masakan Italia lainnya yang mungkin Anda tahu dari Pizza Hut. Semua jenis masakan Italia ada di sini, dan Anda tidak perlu meragukan rasanya, karena rasa makanan ini adalah rasa Italia asli, dibuat oleh chef-nya yang asli Italia. Pemilik restoran ini juga orang Italia, jadi benar2 semuanya adalah asli bernuansa Italia. Kembali ke cerita. Tadi mejanya sudah dijelaskan, sekarang di bagian atas meja itu terdapat nomor meja, vas bunga, sapu tangan yang dilipat rapi berbentuk segitiga, dan peralatan makan yang semuanya terbungkus dengan rapi dalam sebuah tempat khusus. Adrian dan Wenda duduk saling berhadapan, dengan replika lukisan The Last Supper tergantung di dinding yang menjadi latar belakang mereka. Tak lama setelah mereka duduk, seorang pelayan, memakai baju berwarna putih dan celana hitam, dengan logo singa Venezia di bagian kiri bajunya dan logo House of Savoy di kanan bajunya, dan tanda pengenal di bawahnya, mendatangi mereka dan membawakan daftar menu buat mereka. Daftar menunya dibuat dalam sebuah buku, dengan cover yang sangat tebal dan ada logo House of Savoy di cover depannya. Semua menunya ditulis dengan tiga bahasa, lengkap dengan gambar2nya. Tiga bahasa itu adalah bahasa Italia, bahasa Inggris, dan bahasa Indonesia. Semua menu ditulis dengan penjelasan bahan2nya dengan sangat lengkap. Makanya tidak heran kalau daftar menu itu hampir berbentuk seperti buku masakan Italia, hanya tinggal menambahkan bagaimana cara membuatnya. Pelayan itu sendiri hanya tinggal menyiapkan sebuah Ipad untuk mencatat menu yang akan dipesan, lewat sebuah aplikasi khusus yang sudah dibuat untuk Ipad ini. Setelah lama membaca, akhirnya Adrian memesan sepiring Spaghetti Bolognese spesial dengan beef, kentang, dan sosis, serta segelas kopi cappuccino. Sementara Wenda memesan Fettucini Carbonara dengan kacang, beef, dan tomat. Dia juga memesan segelas teh lemon. Mendengar teh lemon, Adrian pun langsung ikut2an memesan teh lemon dan membatalkan kopi cappuccino-nya. Adrian tidak tahu kalau di restoran ini juga menyediakan teh lemon dan mengiranya tidak ada, makanya tadi ia sempat memesan kopi cappuccino. Untuk makanan penutupnya, Adrian dan Wenda sama2 kompak memesan gelato dengan waffle. Hanya saja, rasanya berbeda. Adrian memesan gelato rasa coklat, dan Wenda memesan gelato rasa stroberi. Setelah semua pesanan sudah dicatat, si pelayan pun pergi dan sekarang waktunya Adrian dan Wenda untuk menunggu. Sambil menunggu, mereka ngobrol2 lagi. Kali ini soal Cherrybelle.
Adrian: Jadi, ceritakan dong soal grup girlband-mu ini. Aku belum sempat menanyakannya saat dulu kita bertemu. Ceritakan padaku.
Wenda: Soal Cherrybelle ? Oke... akan kuceritakan. Saya dan teman2ku tergabung dalam Cherrybelle. Itu grup girlband baru. Kita semua terbentuk dari hasil audisi. Audisi itu diinformasikan lewat Facebook, Twitter, pamflet, bahkan hingga mulut ke mulut. Penyebaran informasi soal audisi ini sangat rahasia dan sangat terorganisir, sehingga banyak yang tertarik untuk ikut. Aku sendiri ikut audisi setelah aku dapat ajakan dari temanku yang menyebarkan informasi soal audisi ini. Sebenarnya saya sempat berpikir untuk nggak ikut, tapi aku putuskan untuk ikut, karena saya juga penasaran seperti apa audisinya. Kebetulan sih aku suka nyanyi, tapi aku nggak terlalu yakin bisa menari atau tidak. Tapi aku tetap nekat untuk ikut audisi itu. Audisinya digelar di sebuah studio kecil di pinggiran kota. Saya masih ingat, jurinya ada empat orang. Ada dari pihak label dua orang, dan dua lainnya, belakangan saya tahu kalau mereka adalah produsernya. Mereka berdua yang mendirikan girlband ini. Mereka punya visi nekat untuk membuat sebuah girlband yang multitalented. Bisa segalanya dan pintar dalam berbagai macam hal, yang tentunya berhubungan dengan dunia hiburan. Mereka berdua hanya memilih yang terbaik dan benar2 siap untuk bisa tampil di dunia hiburan. Aku sendiri, syukurnya, bisa langsung diterima dalam sekali audisi. Ada yang diterima setelah beberapa kali mencoba, bahkan ada yang sudah langsung ditolak, padahal ia baru menyanyikan satu verse lagu. Produsernya memang benar2 yang terbaik, dan aku beruntung bisa jadi salah satu yang terpilih.
Adrian: Kapan audisi itu berlangsung ?
Wenda: Sekitar Desember tahun lalu hingga Januari tahun ini. Mereka menggelarnya sebelum Natal. Audisi itu berlangsung selama dua minggu, dan lalu diliburkan karena libur akhir tahun. Lalu pada bulan Februari audisi itu dilanjutkan kembali, dengan waktu yang lebih lama, sekitar hampir tiga minggu.
Adrian: Kapan kamu ikut audisi itu ?
Wenda: Sekitar bulan Januari. Waktu audisi bulan Desember, aku masih bingung mau ikut atau tidak. Tapi kemudian saat bulan Januari-nya, aku diberitahu soal audisi itu secara detail, dan akhirnya aku putuskan untuk ikut audisi tersebut, dengan segala yang aku punya. Aku sampai kabur dari rumah lho, demi audisi itu...
Adrian: Kabur dari rumah ? Memangnya orangtuamu melarang ya ?
Wenda: Nggak sih, itu karena aku hanya punya waktu kosong ketika malam hari. Aku kan sekolah dan harus ikut les, belum lagi juga saya harus mengajar les Mandarin, jadi aku hanya punya waktu luang pada malam hari, saking sibuknya saya dengan kegiatan2 saya... karena aku nggak boleh keluar malam, akhirnya aku nekat. Aku kabur dari rumah untuk ikut audisi itu, dan setelah audisi selesai, aku langsung buru2 pulang.
Adrian: Oh, begitu... kamu mengajar les Mandarin ? Serius ?
Wenda: Ya. Dulunya. Sekarang nggak lagi. Sebelum aku sekolah di Jakarta, aku sempat sekolah di Beijing untuk beberapa tahun. Itu karena orangtuaku pindah tugas ke sana. Di Beijing itu aku belajar bahasa Mandarin, jadi ketika aku pulang ke sini, aku sudah fasih berbahasa Mandarin. Karena aku bisa bahasa Mandarin itulah, aku ditawari untuk mengajar di les bahasa Mandarin untuk anak2 SD. Yah, bahasanya yang masih bahasa pemula kok, belum yang terlalu rumit, aku hanya mengajar kata2 dasar dan penggunaan dasarnya saja... jadi semuanya masih enak2 saja untukku. Mau kuajari bahasa Mandarin ?
Adrian: Boleh, tapi nanti saja. Terus kenapa kamu berhenti ?
Wenda: Aktivitasku dengan Cherrybelle yang mengharuskanku untuk berhenti. Awalnya sih masih bisa diatur, tapi makin lama, setelah Cherrybelle sudah mulai rekaman dan tampil di sana-sini, akhirnya kuputuskan untuk berhenti mengajar. Aku ingin konsentrasi ke Cherrybelle. Apalagi, kegiatannya kan sekarang sudah mulai padat, jadi aku sudah nggak punya keputusan lain untuk berhenti. Sekarang aku hanya konsentrasi ke sekolah dan aktivitasku dengan Cherrybelle. Itu saja.
Adrian: Oh, begitu... terus, bagaimana dengan Cherrybelle setelah audisi itu ? Bagaimana kelanjutannya ?
Wenda: Setelah audisi itu selesai, terkumpul 18 orang. Selama satu bulan kita kemudian dikarantina dan kita mulai menjalani serangkaian latihan. Kita benar2 dipersiapkan untuk hal ini. Kita dilatih berbagai hal. Mulai dari bernyanyi, dance, dan lain sebagainya. Kita latihan habis2an dan saya sering pulang latihan dalam kondisi kelelahan karena itu. Tapi aku nggak mau menyerah begitu saja. Ini kan kesempatanku untuk bisa belajar segalanya... dan aku nggak mau melewatkannya. Akhirnya setelah satu bulan masa karantina itu, ada audisi final untuk menentukan siapa yang akan menjadi personil tetap Cherrybelle. Aku termasuk salah satu yang berhasil masuk menjadi personil Cherrybelle. Setelah itu, kita mulai rekaman.
Adrian: Jadi begitu ceritanya... apa ceritanya sudah berakhir sampai di situ ?
Wenda: Sebenarnya belum. Dalam perjalanannya, ada dua personil yang mundur karena mereka nggak bisa mengikuti latihan yang memang... kalau aku bilang keras banget. Rumah mereka juga jauh dari tempat latihan, jadi mereka juga kadang2 sering terlambat ikut latihan. Mereka juga nggak kuat dengan latihannya, jadi akhirnya mereka mengundurkan diri. Sebagai pengganti, dibuatlah audisi dadakan, untuk mencari pengganti keduanya. Terpilihlah Devi dan Gigi. Mereka berdualah yang melengkapi personil Cherrybelle saat ini.
Adrian: Devi... dan Gigi yang jago breakdance itu ya ?
Wenda: Iya. Dia personil termuda di Cherrybelle lho... tapi harus diakui, aku banyak belajar darinya soal bagaimana menari yang asyik... bisa dikatakan dia sudah seperti kamu di Cherrybelle. Bisa dance dan punya banyak kebisaan. Hanya saja, dia masih harus banyak belajar untuk bisa semua trik2 breakdance. Mungkin kamu bisa mengajarinya...
Adrian: Kalau dia mau... tapi mungkin dia bagus untuk sparing partner. Mungkin aku bisa bermain bersama dengannya.
Wenda: Sparing partner ? Maksudnya ?
Adrian: Teman latihan. Bisa buat sekalian tukar ilmu juga. Mungkin akan jadi menarik kalau aku bisa bertemu dengannya lagi.
Wenda: Nanti aku ajak deh... Cherrybelle kebetulan suka main di taman juga kok. Hanya sekedar mangkal untuk refreshing sebelum masuk ke latihan berikutnya... kapan2 aku ajak main deh... biar juga bisa sekalian buat kenalan lebih jauh lagi.
Adrian: Oke deh... di Taman Bung Karno juga ?
Wenda: Iya. Itu taman kesukaan kita. Masih asri, masih enak buat santai2... ya, seperti itulah. Bahkan kita juga suka bermain-main di air mancur tadi itu lho... airnya dingin, enak buat rendamin kaki, biar lebih rileks...
Adrian: Air Mancur Washington maksudnya ?
Wenda: Iya. Enak airnya... dingin. Padahal cuacanya panas banget...
Adrian: Apa mungkin ada pendingin airnya di bawah air mancur itu ?
Wenda: Bisa jadi. Hahahahahaha...
Tidak lama kemudian, datanglah seorang pelayan, dengan pakaian yang sama dengan tadi dikenakan oleh pelayan sebelumnya, yang datang sambil membawa pesanan mereka. Pesanan mereka disajikan di atas nampan khusus berbentuk lingkaran. Setelah semua pesanan mereka disajikan, datanglah seorang pelayan lain yang mempersiapkan perlengkapan makan untuk mereka. Tempat perlengkapan makan tadi pun dibuka, dan diletakkan di samping kanan piring makanan mereka. Setelah semua sudah disiapkan, kedua pelayan tadi pergi. Adrian dan Wenda pun memulai acara makan malam mereka. Keduanya mengambil peralatan makan mereka dan mulai memakainya untuk makan. Adrian yang makan duluan. Makanannya terasa sangat enak dan sangat berciri Italia. Wenda lalu menanyakan bagaimana rasanya, dan Adrian bilang, "Enak. Enak sekali." sambil mengangkat jempolnya. Adrian kemudian balas menanyakan bagaimana rasa Fettucini-nya. Wenda pun kemudian memakan Fettucini-nya, dan sama dengan Adrian, ia juga bilang kalau makanannya sangat enak. Sambil memakan makanan mereka masing2, Adrian dan Wenda ngobrol2 lagi. Kali ini obrolannya tidak hanya membahas soal Cherrybelle, tapi juga hal2 lain yang berhubungan dengan pribadi masing2. Mulai dari keluarga, sekolah, pekerjaan, harapan mereka, dan banyak lagi yang lainnya. Semuanya mereka bicarakan dengan santai dan tidak ada yang ditutupi. Kalaupun ada yang lupa, itu wajar. Yah, mereka bercerita berdasarkan apa yang mereka alami dan apa yang mereka rasakan. Seperti itulah. Jadi kalau misalnya ada yang tertinggal ataupun kelupaan, itu hal yang wajar. Sesendok demi sesendok makanan mereka masukkan ke dalam mulut mereka, dan sambil mereka makan itu, salah satu dari mereka bercerita (tentunya tidak dalam kondisi mengunyah, itu tidak sopan), dan yang lainnya mendengarkan. Terkadang mereka tertawa karena cerita itu membuat penceritanya teringat dengan kenangan yang lucu. Kadang juga wajah salah satu pendengarnya jadi serius karena cerita yang dibawakannya sangat serius, dan sebagainya. Semuanya mereka ceritakan dengan santai dan apa adanya. Baik Adrian atau Wenda sama2 punya ceritanya masing2, dan mereka saling bergantian dalam menggantikannya, tanpa ada yang memotongnya, kecuali jika ada yang perlu ditanyakan. Itu lumayan sambil membiarkan makanannya masuk ke dalam perut dan dicerna oleh usus. Beberapa saat kemudian, setelah mereka saling bertukar cerita, makanan Adrian dan Wenda sudah habis dan mereka sudah cukup kenyang. Makanan Italia memang dapat membuatmu kenyang dengan cepat. Itu fakta. Sambil mereka menunggu makanan penutupnya, mereka ngobrol2 lagi. Kali ini soal, "mau ke mana setelah ini ?" dan Wenda bilang kalau dia ingin berbelanja lagi. Dia ingin membeli sepatu baru untuk dipakai latihan. Selain itu juga, dia juga ingin membeli tas tangan, dompet baru, dan beberapa pakaian lain. Adrian lalu bertanya, "Apa kamu nggak akan kehabisan uang untuk membeli semuanya ?" dan Wenda menjawab, "Tenang aja kok, aku bawa uang yang banyak dan sudah saya rencanakan..." Wenda bahkan mengeluarkan sebuah catatan yang berisi barang2 yang sudah ia beli dan yang belum ia beli, lengkap dengan nama toko dan harga2nya. Adrian langsung kaget mengetahui daftar itu, yang semuanya ditulis tangan oleh Wenda. Adrian kemudian bertanya lagi, "Gila banyak banget... dan ada harganya... kamu sudah sering survei ke mal ini ya ?" Wenda menjawab, "Iya... soalnya di sini barang2nya bagus... aku suka belanja di tempat ini..." sambil sedikit tersenyum. Adrian pun kemudian memberikan daftar itu lagi pada Wenda sambil sedikit mengangguk2an kepalanya, tanda setengah mengerti, dan setengah takjub. Naluri belanja Wenda keluar banget di sini... sampai disurvei, sampai dicatat harganya, dan sekarang dia hanya tinggal mengeluarkan uang untuk membelinya. Whatta smart way to shopping. Adrian sempat melihat jumlah total di daftar belanjaan itu, dan jumlahnya sudah hampir mencapai lima jutaan. Adrian lalu berpikir, sepertinya Wenda membawa uang yang sangat banyak sekali... dan mungkin itu tersimpan dengan rapi di dalam tasnya. Adrian hanya berharap jangan sampai dia kecopetan saja saat pulang nanti.... Tak lama kemudian, datanglah seorang pelayan yang membawakan makanan penutup untuk Adrian dan Wenda. Dua piring gelato dengan waffle, masing2 piring memiliki rasanya masing2... Adrian memesan gelato rasa coklat, dan Wenda memesan gelato rasa stroberi. Gelato itu es krim, es krim Italia kalau mau dibilang. Di situ, ada waffle yang berukuran besar, dan di atasnya terdapat es krim, yang sudah diberi saus rasa dan taburan kacang. Ada sendok khusus untuk memakan gelato spesial ini... dan karena permukaan waffle-nya yang lembut, sendok ini juga bisa dipakai untuk memotong waffle tersebut. Mereka lagi2 ngobrol sambil menikmati gelato itu, yang rasanya enak dan penuh dengan sensasi dingin di lidah... mereka punya trik yang sama untuk menikmati gelato itu, mereka mengambil satu bagian waffle, dan lalu mereka mengambil es krim-nya untuk ditaruh di atas waffle itu. Kemudian, mereka memakannya. Begitu seterusnya. Ketika berdua sedang menikmati gelato itu, Wenda melihat ada sepasang kekasih yang juga memakan gelato itu, namun dengan cara yang unik, yaitu dengan cara saling bersuapan. Si cewek menyuapkan si cowok, dan si cowok menyuapkan si cewek, dan dilakukan secara bersamaan. Wenda pun tertarik untuk melakukannya, dan ia pun mengajak Adrian untuk melakukannya juga. Namun, Adrian menolak, karena ia merasa malu, dan juga karena kelakuan itu sangat kekanak2an. Tapi Wenda bilang kalau itu adalah sesuatu yang sangat romantis... dan juga melambangkan rasa cinta dan perhatian terhadap pasangan masing2. Selain juga, untuk saling mencoba rasa es krim masing2. Adrian lalu bilang, "Kita ini kan bukan pasangan yang sedang pacaran..." dan Wenda membalas dengan bilang, "Tapi kamu itu sudah seperti pacar untukku..." Mendengar itu, Adrian merasa sedikit kaget dalam hatinya. Wenda sudah menganggap Adrian seperti pacarnya ? Wow... Adrian pun langsung sedikit bersemangat dalam hatinya, dan berpikir kalau ia sudah menemukan kesempatan yang tepat untuk mengungkapkan rasa sukanya pada Wenda... tapi Adrian tetap berusaha untuk sedikit jaim dan menahan perasaan itu, karena Adrian sendiri masih belum bisa memikirkan apa yang ingin ia lakukan untuk mengungkapkan rasa sukanya pada Wenda... ia berusaha menutupi perasaannya, yang padahal mungkin saja sudah seperti lava yang akan mendekati bibir kawah gunung berapi... hanya tinggal menunggu waktu untuk keluar... dan bilang, "Pacar ? Tapi kan kita belum jadian..." Wenda pun hanya bilang, "Oh, ya, benar... tapi kan jadiannya bisa kapan saja. Udah, sekarang lakukan saja... kita suap2an..." Adrian pun sadar kalau diam2 Wenda sudah mulai membujuknya... dalam hatinya, ia merasa senang, dan berkata, "Benar juga kata Wenda... kenapa nggak ? Lakukan saja... mumpung ada kesempatannya..." dan akhirnya Adrian memutuskan untuk melakukan hal tersebut. Wenda pun sangat senang. Ia lalu memberitahukan apa yang harus dilakukan. Wenda akan memulai suapan yang pertama pada Adrian, sebagai permulaan. Lalu, sesudah itu, Adrian yang melakukan suapan kedua pada Wenda. Kemudian, Adrian dan Wenda akan melakukan suap2an secara bersamaan. Adrian mengerti, dan acara suap2an pun dimulai. Wenda yang memulai duluan, as it planned. Ia mengambil sebuah bagian besar waffle, lalu ia beri es krim, dan lalu ia suapkan sesendok gelato itu pada Adrian, dan Adrian pun hanya membuka mulutnya, untuk membuka jalan masuk pada gelato itu... dan ia pun memakannya. Setelah selesai dikunyah dan meluncur bebas ke perut, sekarang giliran Adrian. Ia pun juga melakukan hal yang sama. Ia mengambil satu bagian waffle yang besar, lalu diberi es krim, dan kemudian disuapkan pada Wenda. Adrian melakukan ini dengan sangat hati2 dan di bawah ancaman rasa malu yang besar. Tangannya pun sampai bergetar, meskipun tidak bergetar hebat. Wenda pun membukakan mulutnya juga, dan ia juga memakannya. Barulah saat itu Adrian merasa sangat rileks. Wenda lalu bertanya, "Kenapa ? Deg2an ya ?" Adrian menjawab, "Ya, semacam itulah... malu dilihat orang..." Wenda lalu berkata lagi, "Orang yang di sana aja melakukannya dengan enak tanpa rasa malu. Masa kamu merasa malu ?" Adrian lalu membalas, "Kalau dia beda, enak dan sebebas2nya, mungkin saja mereka sudah terbiasa, tapi kalau saya kan nggak biasa begini... jadi wajar kalau malu..." Wenda lalu menjawab, " Ya, berarti inilah saatnya kamu untuk membiasakan diri..." Adrian lalu hanya bilang, "Ya, baiklah kalau begitu..." Sekarang giliran Adrian dan Wenda untuk melakukan hal ini secara bersamaan. Mereka pun melakukan hal seperti tadi lagi, dan begitu juga cara mereka melakukannya... tangan Adrian tetap bergetar karena dibayangi rasa malu, dan Wenda melakukannya tanpa ada keraguan dan bayangan rasa malu sedikitpun. Tapi kemudian setelah suap2an itu selesai, Adrian merasa senang. Dia lalu bilang, "Tapi asyik juga ya, melakukan hal seperti ini..." Wenda pun bilang, "Kan aku sudah bilang... nggak perlu dibayangi rasa malu dan keraguan apapun kan ? Udah, santai saja lah..." Lalu Wenda mengajak Adrian untuk melakukan hal seperti ini lagi. Tanpa ragu, Adrian pun mau melakukannya... meskipun... tetap saja tangan Adrian bergetar. Mereka melakukan hal seperti ini lagi sebanyak lima kali. Tangan Adrian tetap bergetar, dan itu membuat Wenda sedikit bingung apakah ini akan dilanjutkan lagi atau tidak untuk kali keenam. Wenda bertanya, "Kok dari tadi tangan kamu bergetar terus sih ? Santai saja..." Tapi kali ini jawaban Adrian berbeda. Bukan karena dibayangi rasa malu, tapi karena, "Tangan saya bergetar karena saya harus memastikan kalau es krim ini bisa sampai di mulutmu dengan selamat..." Adrian pun mulai mengeluarkan kata2 flirting-nya yang pertama pada Wenda. Meskipun flirting-nya agak sedikit aneh... tapi Wenda sangat menyukainya, dan ia pun tertawa. Adrian pun juga ikut tertawa, meskipun dia agak merasa sedikit bingung apakah ia harus bercerita atau tidak. Ia lalu bertanya, "Kenapa kamu tertawa ?" Wenda tidak bisa menjawab dengan cepat, karena ia masih tertawa, tapi kemudian bilang, "Kamu flirting ya tadi ? Lucu banget... harusnya kalau mau memastikan agar es krimnya bisa sampai di mulut saya, suapkan saja dengan cepat... tapi flirting kamu bagus... aku suka..." Adrian jadi sedikit bingung, tapi kemudian ia tidak mau memikirkannya. Setelah Wenda puas tertawa, Adrian lalu bertanya, "Mau suap2an lagi ?" dan Wenda menjawab, "Ya mau dong... tapi jangan bergetar lagi ya tangannya..." Adrian pun menjawab, "Akan kucoba untuk itu." Mereka pun kemudian bersuap2an lagi... hingga lima kali berikutnya. Kali ini sudah lebih lancar, ia sudah bisa mengarahkan sendoknya langsung ke mulut Wenda tanpa membuat tangannya bergetar. Hanya saja, kemudian Adrian merasa sedikit bosan, dan ia pun memutuskan untuk berhenti. Ketika Wenda bertanya, "Mau lanjut lagi suap2annya ?" Adrian pun menjawab, "Sudah cukup suap2annya. Cukup. Lebih baik kita makan gelato kita sendiri2 saja..." Wenda pun hanya menjawab, "Oke, baiklah..." dan akhirnya acara suap2an itu berakhir dan keduanya lalu menghabiskan gelato mereka sendiri2. Selang sepuluh menit kemudian, mereka selesai makan. Mereka berdua beristirahat sebentar sambil menunggu pelayan datang. Adrian sudah memberi kode pada pelayan bahwa mereka sudah selesai, dan pelayan akan secepatnya datang. Tak lama, datanglah pelayan sambil membawa bon pembayaran. Harga semuanya 350 ribu rupiah. Adrian memutuskan untuk membayarnya, dan bilang pada Wenda, "Simpan uangmu untuk belanja berikutnya saja ya..." dan Wenda mengerti. Ia membayar dengan tiga lembar uang seratus ribu dan satu lembar uang limapuluh ribu, plus uang lima ribu sebagai tip. Adrian menaruhnya tepat diatas nampan tempat bon itu diletakkan. Pelayan lalu mengambil bonnya dan memberikannya pada Adrian. Karena uangnya pas, jadi pelayan langsung pergi sambil membawa uangnya, dan tak kembali untuk membawa kembaliannya. Adrian lalu melipat bonnya, yang berukuran lebar seperti kertas bon faktur, dan lalu memasukkannya ke dalam kantong atas kanan kemejanya. Ia dan Wenda lalu berdiri dari kursinya dan lalu pergi meninggalkan restoran itu untuk melanjutkan jalan2nya.
Adrian dan Wenda lalu berjalan-jalan lagi mal sambil mendatangi toko yang menjual barang2 yang Wenda perlukan. Seperti tadi, Wenda yang berbelanja, sesuai dengan daftar kebutuhannya, dan Adrian hanya menunggu sambil melihat-lihat. Wenda mendatangi setiap toko yang ia catat dalam daftarnya, dan lalu menanyakan soal barang yang ia cari. Setelah melihat barangnya, Wenda lalu memilih-milih mana yang pantas untuknya. Setelah ia menemukan barang yang pas untuknya, ia lalu membelinya. Bertambah lagi satu kantong belanjaan di tangan Wenda, dan seterusnya seperti itu. Adrian dan Wenda mendatangi hampir semua toko fashion yang ada di mal itu, dan membeli salah satu barang di situ, atau mungkin hanya sekedar survei2 saja. Begitu saja terus yang mereka lakukan. Ketika mereka masuk ke sebuah toko olahraga, barulah disini Adrian yang membantu, untuk mencari sepatu yang pas untuk Wenda. Setelah menemukan sepatu yang diinginkan, barulah Wenda mencari ukuran sepatu yang tepat untuknya. Hanya disinilah Adrian membantu Wenda, itu karena memang Wenda yang meminta, dan memang Adrian yang tahu soal ini. Setelah dari toko olahraga, Adrian dan Wenda mendatangi lagi toko yang lain, dan hal seperti itulah yang dilakukan. Wenda berhasil mendapatkan semua barang2 yang ia inginkan dalam daftarnya, sekaligus membuat Adrian kerepotan karena ia sekarang juga harus membawakan barang2 belanjaan Wenda. Wenda juga mendapatkan beberapa catatan baru soal barang2 incaran barunya yang ia akan beli nanti. Adrian dan Wenda berada di mal selama 3,5 jam, dan sekarang saatnya untuk pulang. Tapi mereka nggak buru2 pulang dulu. Adrian dan Wenda kembali lagi ke Air Mancur Washington, untuk bersantai sebentar sambil membagi barang2 mana yang akan dibawa oleh Adrian dan Wenda. Karena ternyata Adrian membawa barang yang lebih banyak daripada Wenda... jadi perlu untuk diatur dulu. Air Mancur Washington dijadikan tempat untuk melakukan itu, sambil beristirahat setelah berjam-jam berjalan-jalan di mal.
Wenda: Terima kasih ya, sudah menemaniku jalan2...
Adrian: Oh, sama2...
Wenda: Dan juga terima kasih atas pilihan sepatunya. Sepatunya bagus banget.
Adrian: Sama2 juga. Itu kan memang sudah jadi tugas saya... untuk mencarikan yang terbaik buat kamu...
Wenda: Bagus deh kalau begitu... terima kasih banget ya...
Adrian: Oh, ya. Sama2...
Mereka lalu duduk2 santai sambil melihat ke atas langit. Di sana, langit penuh dengan bintang yang bersinar terang. Titik2 bintangnya bisa terlihat dengan sangat jelas.
Wenda: (sambil melihat ke langit) Malam ini langitnya bagus banget ya...
Adrian: (sambil melihat ke langit) Ya, sangat bagus... banyak bintangnya... sangat indah.
Wenda: Oh, ya. Jujur saja, kamu itu sebenarnya punya banyak kesamaan lho, dengan cowok yang dulu aku taksir itu...
Adrian: Oh, ya ? Masa ?
Wenda: Beneran. Serius. Aku bisa lihat sendiri...
Adrian: Coba kamu beritahu aku apa kesamaannya... sepertinya aku berbeda deh... dengan cowok yang kamu taksir itu... sepertinya ia sangat terlihat sempurna untukmu.
Wenda: Dia nggak terlalu sempurna juga kali... kan tidak ada manusia yang sempurna...
Adrian: Oke, kalau begitu, beritahu aku apa kesamaannya.
Wenda: Satu, waktu kita tadi main suap2an gelato itu... dia juga awalnya tangannya bergetar... sama seperti kamu... dulu, kita juga makan malam di restoran Italia... dan kita juga memesan gelato sebagai makanan penutupnya... kita lalu saling bersuapan, dan saya waktu itu masih ingat, pada awalnya ia menolak, dan harus dibujuk dulu... kemudian ketika ia melakukannya, awalnya tangannya juga sempat bergetar...
Adrian: Oh, berarti cowokmu itu pemalu juga ya ?
Wenda: Sedikit pemalu. Dia memang nggak terlalu biasa jalan2 untuk makan malam sih...
Adrian: Oh, baiklah... lalu, apa lagi kesamaannya ?
Wenda: Dia juga suka memakai kaus bola, dan saya masih ingat, ketika ia datang, ia selalu memakai jaket dan topi yang bergambar klub sepakbola...
Adrian: Hmmm... apa dia juga suka bermain bola ?
Wenda: Aku nggak terlalu melihatnya... tapi kalau tidak salah ya.
Adrian: Well... selain itu apalagi ?
Wenda: Kalau tidak salah, orangnya sangat suka membantu, dan mau membawakan kantong belanjaan yang banyak untukku... dulu aku juga pernah belanja dengan orang ini juga...
Adrian: Kalau itu sih, semua orang juga bisa, Wenda... kan kamu belanja sampai kamu kerepotan memegang kantong belanjaanmu sendiri... kalau itu sih, ya memang sudah harusnya demikian...
Wenda: Iya juga sih... tapi kalau menurutku, ya itu hal yang nggak biasa aja untuk dilakukan... maklum, selama ini saya selalu membawa kantong belanjaanku sendirian...
Adrian: Oh, begitu... berarti kamu memang benar2 lebih terbiasa belanja sendiri ya ?
Wenda: Iya... memang itu yang biasanya saya lakukan... hahahahaha... aku kan nggak punya banyak teman untuk diajak jalan2 dan berbelanja bersama... kau tahu, karena trauma itu...
Adrian: Baiklah. Berikutnya, apakah ada lagi ?
Wenda: Sepertinya hanya segitu saja. Mungkin nanti akan aku lihat lagi. Tapi bisa disimpulkan sejauh ini kamu memiliki banyak kesamaan dengan cowok itu... apa jangan2 cowok itu adalah kamu ?
Adrian: Hah ? Saya ? No, it's impossible. Mungkin itu bukan aku. Banyak kali cowok yang seperti itu...
Wenda: Iya sih, memang... tapi bukan berarti nggak mungkin kan ? Cuma menduga-duga aja kok...
Adrian: Kalau hanya menduga sih nggak apa2... tapi itu bukan berarti aku, ya kan ?
Wenda: Yah, begitulah... tapi aku juga tahu kok, kalau dugaan itu nggak selalu benar...
Adrian: Oke... sebenarnya, apa kamu masih mengingat wajah cowok itu ?
Wenda: Ummm... masih sih, bahkan aku masih menyimpan fotonya...
Adrian: Kamu simpan fotonya ? Apa kamu membawanya sekarang ?
Wenda: Tidak. Aku tidak membawanya. Aku simpan di sebuah tempat khusus di kamarku. Mungkin setelah ini akan saya lihat lagi fotonya...
Adrian: Mungkin seharusnya kamu melihat foto itu, biar kamu tak salah menduga.
Wenda: Benar juga... nanti deh, aku lihat...
Adrian: Kapan kamu mendapatkan fotonya ?
Wenda: Aku... aku mengambilnya. Aku mengambilnya secara diam2...
Adrian: Berarti kamu mencurinya dong ?
Wenda: Semacam itulah... yah, mau bagaimana lagi... aku sudah nggak bisa menahan rasa sukaku padanya... jadi, dengan sangat terpaksa aku harus melakukannya... padahal aku sudah berusaha untuk membatalkannya lho...
Adrian: Tapi tetap saja kamu mengambil fotonya, ya kan ?
Wenda: Iya... kebetulan kondisinya mendukung sih, jadi aku ambil saja...
Adrian: Fotonya dari mana ? HP atau dalam bentuk cetak ?
Wenda: HP. Setelah aku mengambilnya, aku langsung mencetaknya, dan lalu aku simpan. Habis fotonya berkesan sih... hahahahahaha...
Adrian: Memang kau benar2 suka dengannya...
Wenda: Yah, begitulah... kau tahu, rasa suka pada seseorang bisa membuat kita bisa melakukan apa saja. Ya kan ?
Adrian: Kau benar.
Obrolan pun berhenti untuk sementara.
Wenda: (melihat jamnya) Eh, sudah malam banget nih... kita harus pulang...
Adrian: Pulang ? Emangnya sekarang jam berapa sih ?
Wenda: Sudah hampir jam 11... ayo, kita harus pulang... nanti orangtuaku marah... udah tahu kan yang mana yang harus kamu bawa ?
Adrian: Udah kok. (sambil mengambil kantong belanjaannya)
Wenda: Ya udah, kalau begitu, ayo kita pergi...
Adrian dan Wenda lalu meninggalkan Air Mancur Washington dan pergi menyeberang untuk mendapatkan taksi. Mereka lalu menyetop taksi dan Adrian memintanya untuk mengantarnya ke rumahnya Wenda. Adrian memilih untuk mendahulukan Wenda daripada dirinya, karena dia yang paling repot. Adrian khawatir kalau Wenda akan kerepotan sendiri untuk membawa semua kantong2 belanjaannya jika ia yang harus pulang duluan. Wenda merasa berterimakasih, dan kemudian mereka berdua masuk ke dalam mobil. Perjalanan menuju rumahnya Wenda cukup jauh. Wenda tinggal di sebuah perumahan elit yang punya rumah menghadap ke sebuah danau. Untuk mencapai perumahan itu, taksi ini sampai harus melewati jalan2 protokol di ibukota, dan juga menembus jalan2 arteri yang sempit. Tapi beruntung tidak ada kemacetan di jalanan pada saat itu. Waktu perjalanannya sekitar 40 menit. Taksi itu lalu berhenti di sebuah rumah yang sangat besar, berlantai dua, dan berpagar tinggi sekali. Rumah itu ada di sisi kiri jalan, dan danau itu ada di sisi kanan jalan. Adrian tak sempat melihat lama danau tersebut, karena setelah taksi itu berhenti, dia langsung keluar dari mobil dan membantu membawakan kantong belanjaannya Wenda. Adrian mengantarkan kantong2 belanjaan itu hingga ke teras rumahnya Wenda. Adrian tak sempat melihat banyak soal rumahnya, jadi ia tak bisa menggambarkannya. Semuanya berlangsung dengan sangat cepat, dan Adrian tak punya waktu banyak. Sebelum Adrian pergi, Wenda mengucapkan terima kasih untuk semua yang sudah terjadi malam ini. Ia merasa sangat senang dan merasa terbantu dengan kehadirannya. Adrian pun mengangguk dan tersenyum pada Wenda, dan kemudian ia pergi kembali ke taksi itu. Ia lalu masuk ke dalam taksi, dan lalu taksi itu berjalan lagi, kali ini menuju rumahnya Adrian. Wenda sendiri langsung masuk ke dalam rumah setelah ada yang membukakan pintu untuknya.
Dari rumah Wenda, perjalanan ke rumahnya Adrian tidak terlalu jauh, hanya sekitar 25 menit perjalanan. Dan taksinya mengantarkan Adrian hingga tepat di depan rumahnya, sehingga Adrian nggak perlu repot untuk berjalan kaki dari depan jalan hingga ke rumahnya lagi. Adrian lalu keluar dari taksi dan membayar semua argonya. Setelah taksinya pergi, barulah ia masuk ke dalam rumahnya. Sesampainya di rumah, rumahnya masih kosong. Adrian langsung berpikir, pasti ayahnya pulang lembur lagi. Ia pun kemudian naik ke lantai atas, masuk ke dalam kamarnya, dan lalu beristirahat. Saat ia beristirahat, ia merasa sangat senang, karena ia sekarang sudah mulai mendapatkan perhatian Wenda. Ia bahkan menganggapnya sebagai pacarnya... dan itu jelas bikin Adrian senang sekali... belum lagi dengan segala kejadian yang terjadi di mal tadi... itu semua membuat Adrian menjadi semakin kesengsem sama Wenda. Ia jadi heboh dan asyik sendiri. Ia senang sekali, dan rasanya ia ingin berselebrasi, dan sesegera mungkin menembak Wenda menjadi pacarnya. Adrian merasa bahwa inilah saatnya untuk mengungkapkan perasaannya secara apa adanya pada Wenda. Bagi Adrian, Wenda adalah tipe cewek idamannya, dan dia benar2 suka padanya. Ia pun kemudian mempersiapkan rencana untuk menembak Wenda, dan ia menuliskannya dalam sebuah buku kosong yang selama ini ia pakai sebagai buku coretannya di rumah. Dia menuliskan semua rencana dan keinginannya, dan lalu ia membacanya. Kalau ada yang nggak pas, langsung dicoret dan diganti dengan rencana baru. Semuanya ia persiapkan dengan sangat matang, meskipun nggak matang2 amat... ia masih membuat konsepnya. Belum ke detail dan cara pelaksanaannya. Kalau untuk itu sih, Adrian bisa mengaturnya sendiri... setelah ia selesai membuat tulisan2 itu, Adrian lalu naik ke tempat tidur dan beristirahat.
Sekarang kita lihat Wenda. Kamarnya Wenda cukup besar, terdapat tempat tidur, meja belajar, meja TV, lengkap dengan home theater dan dekoder TV kabel, lemari pakaian, rak baju, rak buku, tempat sepatu, meja rias, lengkap dengan kacanya yang berukuran besar dan dihiasi lampu di sekeliling kacanya, dan sebuah rak khusus untuk menyimpan koleksi Hello Kitty-nya. Dinding kamarnya bahkan dihiasi dengan gambar Hello Kitty dan warna merah, yang merupakan warna kesukaannya. Di tempat tidurnya bahkan ada barisan boneka Hello Kitty yang siap untuk menemaninya tidur. Warna sepreinya putih, bantalnya putih, dan ada bed cover berwarna merah, dengan gambar Hello Kitty juga. Ada juga tempat sampah di dekat meja belajarnya, dan itu juga bergambar Hello Kitty. Di dinding ruangannya juga terdapat beberapa foto2nya. Di meja belajarnya juga terdapat beberapa pigura foto, dan peralatan tulis-menulis. Ada lampu belajar, ada beberapa majalah di rak bukunya yang terletak di samping tempat tidurnya, ada lampu juga di atas rak bukunya itu... lampunya lampu meja. Juga ada beberapa kursi yang warnanya semuanya merah. Ada juga tempat untuk menaruh topi dan syal. Juga ada kaca besar di salah satu sudut ruangannya, dekat lemari pakaian, di mana biasanya Wenda akan melihat apakah pakaiannya sudah rapi atau belum di depan kaca besar ini. Kacanya memanjang dari atas ke bawah, dan itu tingginya pas dengan tingginya Wenda. Di atas kamar tergantung lampu yang cukup terang, dan di depan meja belajarnya ada jendela, lengkap dengan tirainya yang juga berwarna merah dan ada gambar Hello Kitty-nya. Kebetulan Wenda sangat suka warna merah dan Hello Kitty, jadi wajar kalau saya buat seperti ini kamarnya... satu tambahan lagi di kamarnya, yaitu tempat untuk menaruh tas. Letaknya di samping rak sepatu, di dekat lemari pakaian. Wenda saat itu sedang beristirahat setelah lama berbelanja. Ia memutuskan untuk mencoba semua baju2nya besok setelah sekolah. Sekarang ia sudah sangat capek, dan ia sudah siap2 untuk tidur. Tapi sebelum ia tidur, ia mendatangi meja belajarnya dan mengambil sebuah pigura dari situ. Ia lalu membuka bagian belakang pigura itu, dan ternyata ia menyimpan sesuatu di balik pigura itu, yaitu foto cowok taksirannya itu! Ia lalu melihat wajah orang itu, dan wajahnya langsung mengingatkan Wenda akan seseorang. Orang yang tadi menemaninya jalan2 dan berbelanja. Adrian. Dugaan Wenda benar, meskipun dia juga merasa tidak yakin. Tapi di sisi lain, Wenda sepertinya sudah menemukan kembali orang yang dulu pernah ia taksir, sekaligus yang dulu membuat persahabatannya rusak karena orang ini diserobot oleh sahabatnya untuk ia jadikan sebagai pacar. Wenda pun kini berniat untuk menyelidiki apakah benar orang yang ada di dalam foto ini adalah Adrian, atau bukan. Wenda kini hanya mengetahui wajahnya, dan sudah lupa terhadap namanya. Sekarang adalah saatnya untuk Wenda menyelidiki kebenarannya.
DAY 21
Di sekolah, Adrian duduk menyendiri di taman. Ia berusaha untuk memikirkan soal kejadian kemarin, terutama soal Wenda, dan soal fakta2 yang ia ketahui dari pembicaraannya bersama Wenda saat ada di restoran itu. Sama halnya dengan Wenda, ia juga mencari kebenaran soal apa yang dulu terjadi di masa lalunya, khususnya mengenai persahabatan antara seorang cewek bernama Wenda dan cewek yang dulu pernah menjadi pacarnya, yaitu Laurensia Valentina Haryadi alias Lauren. Perlu diketahui kalau Lauren ini adalah mantan pacarnya Adrian saat ia masih SMP di sebuah SMP Kristen di Bandung. Mereka sempat berpacaran selama satu tahun empat bulan sebelum kemudian mereka putus karena "mutual consent". Kenyataannya, Adrian dan Lauren putus karena Lauren diam2 dekat dengan seorang cowok yang merupakan anak baru di sekolah itu. Lauren langsung terpesona pada cowok itu, dan itu membuat Adrian sakit hati. Meskipun begitu, Adrian bersedia mengalah dan membiarkan Lauren dan cowok itu berpacaran. Mereka putus secara baik2 dan mereka menjadi sahabat. Selang beberapa bulan setelah putus dari Lauren, Adrian pindah ke Jakarta. Setelah itu, cerita berakhir. Adrian menjalani hidup barunya di Jakarta, dan Lauren tetap adem-ayem bersama pacar barunya. Adrian tidak tahu seperti apa kondisi mereka sekarang. Yang sekarang ingin dicari tahu oleh Adrian adalah soal persahabatan Lauren dengan seseorang yang kemudian hancur gara2 Lauren berpacaran dengannya. Adrian berusaha mengungkap masa lalunya di Bandung untuk mengetahui siapa orang yang menjadi sahabatnya Lauren itu, hingga kemudian dia mendapati sesuatu. Adrian masih mengingat kejadian di mana dulu makan malamnya dengan Lauren, yang saat itu digelar semalam sebelum ulang tahun Lauren, dikacaukan oleh seseorang yang langsung menarik Lauren masuk ke dalam WC dan kemudian keluar meninggalkan Lauren sambil menangis. Adrian berpikir kalau ia sepertinya sangat membenci Lauren sehingga ia nekat melakukan itu, tepat semalam sebelum hari spesialnya Lauren. Adrian pun kemudian mengetahui ada seorang cewek yang datang dengan gaun berwarna merah dan rambut yang terurai. Dia membawa tas tangan warna merah, yang kemudian ia temukan di WC tempat Lauren "dihakimi", dan wajahnya oriental, tak jauh beda dengan Lauren. Hanya saja, Lauren punya keturunan Inggris, jadi unsur orientalnya tercampur dengan darah Inggris yang mengalir dari ibunya, membuatnya seperti "bule Inggris yang tinggal di daerah Pecinan", kalau kata teman2nya. Adrian berusaha mencari lagi... hingga akhirnya dia menemukan sebuah fakta. Cewek yang mengacaukan makan malamnya dengan Lauren itu adalah Wenda! Yes, it's Wenda! Adrian mengetahui kalau itu adalah Wenda dari warna cat kuku, kalung "W" yang ia kenakan saat itu, dan wajah orientalnya yang sangat khas. Wajahnya sangat persis dengan Wenda. Adrian sempat melihat wajahnya, dan Adrian menangkap wajahnya seperti sedikit tidak tega untuk melakukan ini di hadapannya. Tapi kemudian ia terus maju dan membawa Lauren ke WC. Adrian tidak berani masuk ke dalam WC tempat mereka "berantam" karena itu adalah WC untuk wanita, dan selain itu ia khawatir kalau cewek itu tidak hanya mengincar Lauren, tapi juga mengincarnya. Ia baru masuk setelah cewek itu keluar dari WC sambil menangis, dan Lauren berteriak minta tolong dan memanggil namanya. Pada saat itulah dia menemukan Lauren sedang menangis, duduk di kloset yang tertutup, dan ada sebuah tas tangan warna merah yang tergeletak di lantai dekat kloset itu. Kini Adrian tahu siapa sebenarnya orang yang mengacaukan acara makan malamnya saat itu, dan itu semua sesuai dengan ceritanya Wenda di depan Air Mancur Washington kemarin malam. Sekarang Adrian tahu cerita sebenarnya, dan ia yakin, Wenda saat ini juga sedang mencari tahu soal dirinya, karena Adrian menangkap ciri2 cowok yang Wenda inginkan itu hampir mendekati dengan ciri2nya. Adrian siap untuk membuka semua fakta yang ia punya pada Wenda, dan ia berharap agar Wenda juga melakukan hal yang sama juga.
Sekarang kita kembali ke training-nya anak2 7 Icons. Sekarang adalah latihan dance. Di latihan sebelumnya, Adrian sudah melatih anak2 7 Icons untuk dance lagu Tahan Cinta. Untuk hari itu, Adrian hanya ingin melihat sejauh apa sih kekompakan mereka. Apakah sudah bagus, atau belum ? Kalau belum, Adrian akan memperbaiki gerakan dan kekompakannya, kalau sudah, Adrian akan langsung melakukan sebuah eksperimen yang tak pernah anak2 7 Icons duga sebelumnya. Eksperimennya apa ? Nanti akan saya kasih tahu. Sekarang, Adrian mau lihat dulu anak2 7 Icons ngedance lagu Tahan Cinta... semua peralatannya sudah siap, ada pemutar CD, camcorder, dan laptop yang nanti akan Adrian pakai untuk melihat gerakan mereka. Setelah semuanya sudah siap, Adrian memutar CD-nya dan mereka semua mulai ngedance. Sambil ngedance, mereka juga bernyanyi, tapi untuk kali ini Adrian tidak mementingkan vokalnya. Hanya saja, semuanya terdengar dengan sangat baik di rekaman itu. Adrian melihat semuanya sudah cukup kompak, power-nya ada, dan seperti biasa, semangat mereka sangat tinggi. Itu yang Adrian suka dari mereka, dan ketika lagunya berakhir, Adrian langsung bertepuk tangan dan memberitahukan pada anak2 7 Icons kalau semuanya sudah berjalan dengan sangat baik. Adrian kemudian mengajak anak2 7 Icons untuk melihat rekaman, sambil mereka beristirahat. Setelah menonton rekamannya dan beristirahat, sekarang saatnya untuk melakukan eksperimen. Mau tahu eksperimennya ? Adrian akan mengajarkan dance Cinta Satu Malam! Ini didasarkan pada irama lagu Cinta Satu Malam versi 7 Icons yang bisa diisi dengan gerakan dance yang enerjik. Adrian pun memperkenalkan gerakannya pada anak2 7 Icons, dan gerakannya diisi dengan percampuran antara dangdut dan dance biasa. Ada goyang pinggulnya, ada dance-nya, dan juga ada waktu untuk para personil menampilkan dance-nya masing2. Di bagian interlude sebelum reff terakhir, ada waktu yang sangat panjang, dan cukup untuk para personil menampilkan sedikit dari kehebatan dance mereka. Ada juga bagian di mana para personil 7 Icons dance bersama, dan nyanyi bersama. Ada juga bagian2 penyanyinya di sini... tapi itu nanti akan dibahas saat latihan vokal. Soal gerakannya, Adrian sudah melatihnya dan sudah tahu gerakannya, jadi hanya tinggal diajarkan saja. Setelah rencana dan gerakannya sudah dijelaskan, latihan pun dimulai. Latihannya berlangsung santai dan gerakannya diajarkan dengan sangat pelan, agar semua personil bisa mengerti gerakannya. Selama dua jam mereka berlatih dance itu, dan penuh dengan suasana yang hangat dan santai. Mengingat ini gerakan baru dan belum pernah diajarkan sebelumnya, nggak heran kalau anak2 7 Icons masih kebingungan soal gerakannya. Tapi bukan berarti mereka berhenti begitu saja. Karena ini lagunya asyik, mereka mau2 saja untuk belajar dance lagu ini. Ketika jam latihan selesai, gerakan yang sudah dipelajari sudah sampai bagian reff pertama. Meskipun masih agak kebingungan, tapi anak2 7 Icons tetap semangat untuk latihan, dan Adrian menyukainya. Gerakan ini baru akan dipelajari secara keseluruhan pada jadwal latihan dance berikutnya. Ketika ia sedang dalam perjalanan pulang ke rumahnya, di dalam mobil anak2 7 Icons, tiba2 Blackberry-nya Adrian berbunyi dan ada pesan BBM masuk. Wenda yang mengirimnya, dan isinya adalah Wenda ingin Adrian datang ke Taman Bung Karno lagi, dan kali ini Wenda akan menunggu di dekat Taman Berkuda Louis XIV. Ada sesuatu yang harus dibicarakan. Adrian sudah tahu apa yang ingin dibicarakan. Sesampainya di rumah, ia langsung berganti pakaian dan pergi ke taman itu lagi.
Adrian lalu kembali lagi ke Taman Bung Karno. Sampai di sana, dia langsung mencari Taman Berkuda Louis XIV. Yang dimaksud Taman Berkuda Louis XIV adalah sebuah taman kecil yang di tengahnya terdapat patung berkuda Raja Perancis paling terkenal, Louis XIV. Patung itu disumbangkan oleh pemerintah Perancis untuk diletakkan di taman ini. Patung ini adalah replika dari patung yang sama dengan yang ada di depan Istana Versailles. Replikanya berukuran satu banding satu, jadi replika patung ini seukuran dengan patung aslinya. Patung ini disumbangkan dalam rangka merayakan ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke-50, seperti yang tertulis di prasasti yang ada di bawah patung itu. Patung ini dibuat di Perancis dan langsung dibawa ke Indonesia segera setelah patung itu selesai. Bersama dengan patung ini, juga disumbangkan tamannya, yang semua tanamannya dibawa dari Jardin du Luxembourg yang ada di kota Paris. Selain tanaman2 itu, juga disumbangkan beberapa patung2 lain yang dibuat untuk menjadi penghias beberapa sudut taman ini, yang posisinya mengelilingi patung Louis XIV. Taman berkuda ini lalu dibangun dan selesai dalam waktu empat bulan. Taman ini diresmikan pada bulan Agustus 1995, sebelum perayaan HUT Kemerdekaan RI yang ke-50. Ada prasasti khusus yang dibuat untuk merayakan peresmian taman ini, yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Perancis. Taman ini terletak di sisi timur Taman Bung Karno. Adrian sendiri masih memakai seragam sekolahnya, jaket merah Liverpool, topi Liverpool, dan memakai sepatu Converse klasik. Dia sudah tidak memakai kostum Liverpool merahnya, yang tadi ia pakai saat latihan. Dia sudah menutupnya dengan kemejanya, dan dasinya ia pakai lagi. Ketika ia datang ke situ, ia sudah kembali rapi seperti biasanya, hanya saja kemejanya ia keluarkan, dan tak sempat ia masukkan. Kancing atasnya ia buka, dan itu membuat dasinya menggantung. Itu sudah ciri berpakaian Adrian, jadi tak ada masalah soal itu. Ia tidak membawa tas, tapi ia membawa dompet yang ia simpan di saku celananya.
Setibanya di Taman Bung Karno, Adrian langsung mencari di mana letak Taman Berkuda Louis XIV. Ia sempat melihat peta taman dan mendapati kalau taman itu ada di sisi timur taman. Itu berarti, Adrian hanya tinggal berjalan lurus melewati Air Mancur Washington dan lalu belok kiri. Setelah mendapat keterangannya, Adrian langsung berlari menuju taman itu. Lima menit kemudian, ia sampai di Taman Berkuda Louis XIV. Di sana, Wenda sudah menunggunya. Dia duduk di bangku taman sambil melipat tangannya. Dia memakai topi rajut berwarna pink, jaket warna hitam, kaus warna merah, celana jeans, dan sepatu high heels. Dia juga membawa tas merah kesayangannya. Dia sudah lama menunggu Adrian, dan dalam hatinya, Adrian sudah tahu apa yang akan Wenda lakukan berikutnya.
Adrian: Halo, Wenda...
Wenda: Halo, Adrian... silakan duduk.
Adrian lalu duduk di sebelah Wenda. Pembicaraan pun dimulai.
Wenda: Aku sudah melihat foto cowok yang dulu aku taksir itu.
Adrian: Oh, ya ? Lalu apa hasilnya ? Siapa orang itu ?
Wenda: Inilah orangnya. (sambil mengeluarkan foto itu dari dalam tasnya)
Wenda mengeluarkan foto yang kemarin ia lihat itu, dan menunjukkannya pada Adrian. Adrian lalu melihatnya dan dia langsung tahu siapa orang ada di dalam foto itu. Ia pun mengangguk2an kepalanya, tanda bahwa ia mengetahui siapa orang yang ada di dalam foto itu. Wenda lalu menanyai Adrian.
Wenda: Itu kamu, ya kan ?
Adrian: 100% yes. Ini memang saya. Jadi kamu orangnya.
Wenda: Ya, aku yang mengambil foto itu darimu. Berkat teknologi bluetooth, aku bisa mengambil foto itu dari HP-mu dan lalu aku langsung membawanya ke studio foto untuk dicetak. Lalu aku menyimpannya di balik pigura foto yang ada di meja belajarku dan setiap saat aku melihatnya, kalau aku sedang galau...
Adrian: Hah ? Kamu bisa galau juga ? Hahahahaha...
Wenda: Ya, begitulah... buatku itu satu2nya cara untuk mengekspresikan perasaan seorang cewek yang cintanya ditolak oleh seorang cowok...
Adrian: Aku nggak menolakmu, Wenda... Lauren yang memulai semuanya. Dia sukses membuatku tertarik. Padahal tadinya, jujur saja... aku ingin sekali bisa pacaran sama kamu...
Wenda: Benarkah ? Jadi sebenarnya kamu juga naksir padaku ?
Adrian: Ya. Sebelum Lauren datang dan merusak semua rencanaku. Dia memang selalu berusaha untuk membuatku tertarik. Dan dia berhasil. Pada saat aku menembak Lauren, aku langsung sadar kalau aku telah melakukan satu kesalahan besar.
Wenda: Apa itu ?
Adrian: Melupakan dan membuang cintamu.
Wenda: Serius ? Jadi kamu merasa bersalah saat itu ?
Adrian: Ya. Aku sempat dilema antara memilih kamu, atau Lauren. Kalian berdua bersahabat, tapi kalian sama2 mengincar saya sebagai pacar. Sebenarnya aku tertarik padamu, dan sepertinya Lauren menyadari hal itu. Ia lalu melakukan berbagai cara agar aku bisa melupakanmu dan memilihnya sebagai pacar. Aku salut dengan usahanya dan aku pun menanyakan keseriusannya, dan dia serius ingin menjadi pacarku. Akhirnya kita berdua saling dekat, dan kita pun berpacaran.
Wenda: Berapa lama akhirnya kamu pacaran dengannya ?
Adrian: Satu tahun, tiga bulan, tiga minggu, dan lima hari. Aku dan Lauren putus baik2. Itu karena dia tiba2 tertarik dengan seorang anak baru di sekolahnya...
Wenda: Jadi, Lauren pun kemudian membuang cintamu juga ?
Adrian: Yes, tapi dengan cara yang baik2. Dia juga sadar kalau tindakannya telah melukai hati saya. Saat kita putus, kita semua sadar diri. Saya dan Lauren putus tanpa ada saling benci... Lauren telah memutuskan, dan saya mau bagaimana lagi. Sudah cukup untuk semuanya.
Wenda: Sekarang kamu masih suka berkomunikasi dengannya ?
Adrian: Belum pernah. Sejak aku pindah ke Jakarta aku belum pernah menghubungi teman2ku yang ada di Bandung. Mungkin nanti saat liburan.
Wenda: Berarti... sekarang kita senasib dong ?
Adrian: Senasib apa, Wenda ?
Wenda: Sama2 sendirian... hahahahahaha...
Adrian: Ya, memang. Kita sekarang sendirian. Kita nggak punya pacar, dan dulu kita juga punya masa lalu yang sama. Kita dulu ternyata satu SMP ya... kalau nggak salah, kamu dulu juga ingin bergabung di tim vocal group. Ya kan ?
Wenda: Tadinya... tapi aku kemudian membatalkannya. Aku nggak siap menghadapi audisinya... sama seperti aku mau audisi Cherrybelle... tapi bedanya, untuk audisi Cherrybelle itu, aku putuskan untuk ikut. Dan syukurnya, aku lolos.
Adrian: Oh, begitu...
Wenda: Jadi, sekarang aku sudah bertemu denganmu, my prince charming. Sekarang aku mau tanya sama kamu. Boleh kan ?
Adrian: Boleh saja. Kenapa tidak, my dream princess ?
Wenda: Hahahaha... oke, pertanyaannya, kira2 sekarang kamu mau terima aku nggak ?
Adrian: Menerimamu ? Menerimamu untuk jadi apa ?
Wenda: Ya untuk jadi pacarmu lah! Dulu aku ingin sekali menanyakan ini padamu.
Adrian: Kalau kamu mau, kenapa tidak ? Sejak awal, aku sudah suka sama kamu.
Wenda: Benarkah ? Apa yang kau suka dariku ?
Adrian: Wajahmu, senyumanmu, sifatmu, dan yang terpenting... kamu punya hati yang sangat baik. Itu yang membuatmu menjadi sangat cantik dan menarik. Itu yang membuatku tertarik padamu.
Wenda: Wah... benarkah ? Hatiku baik ? Nggak juga kok... masih ingat kejadian di restoran itu kan ? Mungkin di situlah aku punya hati yang sangat buruk...
Adrian: Itu kan masa lalu. Buat apa dipikirkan ? Think about today. Hari ini kamu baik, kan ?
Wenda: Iya, aku baik. Terus ?
Adrian: Nah, itu sudah cukup untukku. Itu yang membuatku menyukaimu. Kondisi hatimu sekarang.
Wenda: Jadi, data yang lama nggak jadi patokan ya ?
Adrian: Kita kan harus selalu up-to-date. Kalau data lama terus yang dipakai, mau bagaimana kita menyesuaikan diri dengan apa yang terjadi sekarang ? Data saat inilah yang harus jadi patokan, dan kalau bisa data yang ini jangan berubah. Terutama menyangkut hati dan perasaan seseorang. Itu yang terpenting.
Wenda: Oh, begitu... yah, baguslah kalau begitu...
Adrian: Lagipula, aku masih ingat kalau raut wajahmu saat di restoran itu terlihat sedikit menunjukkan ketidaktegaan. Kamu nggak tega melakukan ini, karena dia sahabatmu dan kau melakukan ini di hadapanku, ya kan ? Aku tahu kamu sebenarnya tidak tega melakukannya, meskipun aku akhirnya melakukannya.
Wenda: Ya. Memang. Aku nggak tega melakukannya. Sebelum kejadian itu aku nggak pernah menyakiti sahabatku sendiri. Di sisi lain, aku juga merasa kalau Lauren sudah merusak semuanya. Dia sudah menghancurkan apa yang sudah kuinginkan dan apa yang sudah rencanakan selama ini. Aku nggak bisa diam saja melihatnya duduk denganmu dan makan malam bersama dengan status sebagai pacarmu. Aku sudah bilang, saya dan Lauren sudah berjanji kalau kita nggak akan menyukai satu cowok yang sama. Tapi ternyata ia melanggarnya... dan itu berarti saya harus ambil tindakan. Apalagi, aku yang pertama kali suka denganmu...
Adrian: Ya, aku tahu itu. Tapi nggak bisa kamu menegurnya dengan baik, dengan sopan, seperti itu ?
Wenda: Tadinya mau demikian, tapi emosiku terpancing gara2 melihat kamu suap2an dengannya. Aku merasa kalau Lauren nggak cukup hanya diberi teguran. Ia harus diberi pelajaran. Akhirnya semua rencana yang aku susun sebelumnya, aku ganti dengan rencana yang sedikit ekstrim. Aku habisi dia. Meskipun sebenarnya aku nggak tega melakukan ini padanya.
Adrian: Apa kamu pernah mencoba menghubunginya untuk meminta maaf ?
Wenda: Tidak pernah. Kadang2 aku merasa dongkol saja kalau melihat kamu dengannya. Emosiku selalu keluar kalau kamu jalan dengannya. Bukan padamu, tapi padanya. Aku bahkan berjanji kalau aku nggak akan memaafkan Lauren hingga ia putus denganmu. Janji itu aku pegang terus sampai sekarang.
Adrian: Sekarang aku sudah putus dengan Lauren. Apakah kau mau memaafkannya sekarang ?
Wenda: Yah, mungkin itu akan berubah. Suatu saat kalau aku bertemu dengannya, aku akan tepati janjiku. Aku akan memaafkannya, jika ia mau minta maaf dan mau baikan lagi denganku.
Adrian: Ia pasti akan baikan denganmu. Aku yakin itu.
Wenda: Yah, semoga saja...
Obrolan pun terhenti sebentar. Kini, Adrian sudah mulai berani mengungkapkan perasaannya pada Wenda, meskipun masih sedikit, dan Wenda sudah menemukan fakta yang sebenarnya. Begitupun juga dengan Adrian. Masa lalu mereka semua sudah terbuka lebar, dan semuanya benar adanya. Tidak lama, Wenda menanyakan sesuatu pada Adrian.
Wenda: Sekarang, karena kamu sudah mau menerimaku kembali... mau nggak kamu jawab pertanyaanku ini ? Aku sudah lama sekali ingin menanyakan ini padamu.
Adrian: Boleh saja. Apa pertanyaannya ?
Wenda: Pertanyaannya agak sedikit flirting nih... maaf kalau misalnya agak jadul. Kalau aku suratnya, kamu jadi apa ?
Adrian: Aku akan jadi amplopnya.
Wenda: Bagus. Kalau aku bunganya, kamu jadi apa ?
Adrian: Aku akan jadi lebahnya.
Wenda: Good... sekarang kalau aku jadi Bella ? Bella Swan ?
Adrian: Aku akan jadi Edward Cullen untukmu.
Wenda: Correct... sekarang kalau aku jadi mobilnya, kamu jadi apa ?
Adrian: Pengemudi sekaligus pemilik mobil yang baik untukmu.
Wenda: Bagus... sekarang yang terakhir. Kalau aku Hello Kitty-nya, kamu jadi apa ?
Adrian sedikit terdiam. Ia sedang memikirkan jawabannya. Untuk pertanyaan ini, Adrian agak sedikit bingung. Sementara Wenda sudah menunggu Adrian untuk menjawab pertanyaannya. Tapi tak lama, Adrian menemukan jawabannya. Ia pun kemudian menjawab seperti ini...
Adrian: Kalau kamu Hello Kitty-nya... (menghadap ke arah Wenda) maka izinkanlah aku untuk menjadi Dear Daniel buat kamu.
Mendengar jawaban itu, Wenda pun langsung senang dan ia pun bertepuk tangan. Itulah jawaban yang selama ini ia tunggu2 dari cowok incarannya ini... wajahnya langsung cerah, penuh dengan senyum, dan sepertinya ia merasa sangat bahagia. Ia pun kemudian memeluk Adrian. Adrian sendiri hanya diam saja.
Wenda: Terima kasih, Adrian... itu jawaban yang selama ini aku tunggu... kamu memang benar2 cowok yang dulu aku taksir itu... yang dulu sempat menghilang dari hatiku... aku sangat senang sekali bisa bertemu lagi denganmu. Aku suka banget sama kamu... akhirnya aku bisa katakan itu juga padamu...
Adrian: Well, sebenarnya saya juga suka denganmu... saya sayang padamu...
Wenda: Benarkah ?
Wenda yang tadinya sudah melepaskan pelukannya dari Adrian kemudian memeluk Adrian sekali lagi. Kali ini pelukannya lebih erat, dan membuat Adrian sedikit merasa tidak nyaman. Ia pun lalu berkata pada Wenda...
Adrian: Bisakah kau jangan memelukku terlalu erat ? Lama2 saya nggak enak nih...
Wenda: Maaf, Adrian... aku lagi senang sih...
Tak lama kemudian, Wenda melepaskan pelukannya dari Adrian. Adrian pun kemudian berdiri.
Adrian: Aku mau pergi sebentar. Jangan kemana-mana.
Wenda: Kamu mau ke mana ?
Adrian: Aku cuma mau lihat apa saja yang ada di taman ini. Jangan kemana-mana, oke ?
Wenda: Oke... jangan lama2 ya...
Adrian: Tenang saja. Aku nggak akan lama.
Adrian lalu berjalan masuk ke dalam taman dan melihat-lihat apakah ada bunga yang bagus atau tidak yang bisa diberikan pada Wenda. Inilah saatnya bagi Adrian untuk menembak Wenda menjadi pacarnya. Di taman itu Adrian menemukan banyak jenis bunga yang sangat indah. Adrian lalu memetik bunga2 itu, dan lalu merangkainya menjadi sebuah rangkaian bunga yang indah, di balik prasasti patung Louis XIV. Dia menyimpan sebuah peralatan khusus untuk merangkai bunga tersebut, yaitu sebuah pisau lipat merek Victorinox yang biasa Adrian simpan di balik ikat pinggangnya. Dengan pisau lipat itulah, Adrian memotong dan mengukur setiap tangkai bunga yang ada dan lalu membentuknya menjadi sebuah rangkaian bunga. Untuk menyambung rangkaian bunga itu, dia memakai tali yang ia temukan di dekat patung Louis XIV itu. Setelah semuanya selesai, Adrian lalu keluar dari taman itu dan menemui Wenda lagi. Rangkaian bunganya sudah ia siapkan dan ia sembunyikan di balik punggungnya.
Wenda: Katanya kamu nggak akan lama... kok tadi lama banget ?
Adrian: Maaf, aku tadi sempat lihat2 patungnya dulu... bagus sih patungnya...
Wenda: Itu di tanganmu apa ? Kamu pasti tadi ke taman untuk menyiapkan sesuatu ya ?
Adrian: Bisa saja. Nih, buat kamu... (sambil memperlihatkan rangkaian bunganya pada Wenda)
Wenda: Wow... bagus sekali rangkaian bunganya... aku suka sekali... kamu dapat dari mana bunga2 ini ?
Adrian: Dari dalam taman. Di sana banyak bunganya lho... Apa perlu saya perlihatkan ?
Wenda: Oh, nggak usah. Aku sudah tahu kok... tapi ini bagus banget rangkaiannya... buatanmu ?
Adrian: Ya. Hasil kreasi kilat selama 15 menit di balik prasasti patung berkuda Yang Mulia Raja Louis XIV. Tuh, patungnya di sana... (sambil menunjuk ke arah patungnya)
Wenda: Oh... pantesan lama... jadi kamu di dalam taman itu... merangkai ini semuanya buat aku ?
Adrian: Ya. Karena saya ingin melakukan sesuatu buat kamu.
Wenda: Apa itu ?
Adrian: Dengan bunga ini, aku ingin memberi satu pertanyaan buat kamu, yang harus dulu aku tanyakan ini padamu. Maukah kamu jadi pacarku, Wenda ?
Wenda: Jadi pacarmu ? (terdiam sebentar, berpikir, lalu kemudian tersenyum) Yah, ini juga yang dulu ingin aku katakan pada kamu seandainya kamu menanyakan pertanyaan ini padaku dulu... aku mau. Aku mau jadi pacarmu, aku suka sama kamu, dan aku sayang sama kamu. Aku cinta sama kamu.
Adrian pun lalu tersenyum dan lalu memberikan rangkaian bunga itu pada Wenda. Keduanya pun saling berpelukan, tepat di depan patung Louis XIV itu... kini, cinta masa lalu telah kembali dan telah bersatu, Adrian dan Wenda resmi berpacaran, dan jadian di tempat yang sangat romantis, di tengah malam yang penuh dengan taburan bintang yang sangat indah. Baik keinginan Adrian dan Wenda sama2 terpenuhi dan terwujud. Cinta Wenda yang dulu tak kesampaian sekarang kesampaian, dan keinginan Adrian untuk bisa pacaran dengan Wenda, yang juga dulu sempat menjadi teman lamanya tercapai. Semuanya sekarang sudah berakhir dengan manis, dan keduanya siap untuk menjalani hidup mereka yang baru sebagai... pasangan kekasih. Adrian dan Wenda lalu meninggalkan Taman Berkuda Louis XIV itu dan pergi ke sebuah tempat yang dirahasiakan untuk makan malam bersama, sekaligus makan malam pertamanya sebagai pasangan kekasih. Kita biarkan mereka menikmati kebahagiaan mereka, dan dengan ini, Fanfiction 7 Icons part 15 berakhir. Mulai besok, Fanfiction 7 Icons akan masuk ke part 16, yang akan menceritakan bagian akhir dari masa training 7 Icons, dan juga beberapa cerita2 sisipan yang mewarnai ceritanya, termasuk juga kisah cintanya Adrian. Kira2, seperti apa perjalanan cinta Adrian dan Wenda setelah mereka resmi berpacaran ? Bagaimana kelanjutan masa training anak2 7 Icons, di satu minggu terakhir masa training mereka ? Bagaimana juga dengan cerita2 lain ? Akankah ada kejutan lain ? Bagaimanakah kelanjutan ceritanya ? Tetap stay tune terus di blog saya, karena cerita ini akan segera berlanjut ke bagian berikutnya. Remember, it's just a Fanfiction.
BERSAMBUNG...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar