CRT memiliki kepanjangan dari Claimed Rule Team, adalah sebuah kategori baru untuk peserta MotoGP, yang merupakan tim privateer (tim pribadi) dan tim non-pabrikan (tidak terkait dengan pabrikan manapun). Tim2 CRT memakai motor berbasis mesin produksi massal, seperti Honda CBR1000RR, Aprilia RSV4, Kawasaki ZX-10R, atau BMW S1000RR, dengan sasis prototype atau modifikasi. Jadi berbeda dengan motor MotoGP biasa, dimana mesin dan sasisnya berasal dari satu tempat atau satu pabrikan. Di MotoGP musim ini, ada tujuh tim yang turun dengan status sebagai tim CRT, dengan sembilan pembalap. Karena di MotoGP skuad pabrikan hanya terdiri atas 3 pabrikan, dan masing2 punya empat pembalap (dua pembalap di tim pabrikan dan dua di tim satelit), maka kehadiran tim2 CRT ini jelas membantu menaikkan jumlah peserta, dari yang hanya 12 pembalap menjadi 21 pembalap. Melihat definisi soal tim CRT yang ada di atas, bila diartikan secara singkat, CRT seperti "me-MotoGP-kan" sebuah Superbike, mengingat motor yang dipakai sebagai basis untuk CRT ini adalah motor yang dipakai dalam balapan World Superbike Championship. Tentu kalian tahu bahwa motor yang dipakai di World Superbike Championship adalah motor produksi massal spek balap. Meskipun begitu, bisa saja bukan mesin motor World Superbike yang dipakai, melainkan benar2 mesin motor produksi massal. Tentu saja, mesin itu sudah dimodifikasi sehingga bisa sesuai dengan kondisi di MotoGP dan memiliki kecepatan yang sama atau mendekati dengan motor MotoGP. Walaupun dalam penerapan di lintasan, motor2 ini masih tertinggal jauh dari MotoGP.
Kenapa kategori CRT ini harus ada di MotoGP ? Kategori CRT dimunculkan di MotoGP sebagai trik untuk mengatasi jumlah peserta di MotoGP yang makin lama makin seret, setelah satu per satu tim pabrikan mundur karena kendala dana. Suzuki menjadi pabrikan terakhir yang memutuskan mundur dari MotoGP karena problem finansial. Dengan mundurnya Suzuki, maka otomatis jumlah peserta MotoGP dari kalangan pabrikan hanya terdiri dari tiga tim saja, yaitu Honda, Yamaha, dan Ducati. Jumlah pembalap yang berlomba juga sangat sedikit, yaitu hanya 12 orang. Mengingat jumlah perolehan poin di MotoGP berlaku untuk 15 pembalap, tentu saja jika susunan ini dipertahankan, jelas akan membuat balapan MotoGP jadi tidak kompetitif, karena 12 orang ini sudah dipastikan akan mendapat poin. Mereka hanya tinggal balapan untuk mencari posisi terbaik saja karena mereka sudah pasti dapat poin. Sisi kompetisi di MotoGP akan mati jika kondisinya seperti ini, dan ini juga akan membuat MotoGP terkesan eksklusif, terutama untuk tim, karena hanya pabrikan saja yang bisa balapan di sini. Tidak seperti Formula 1, MotoGP tidak punya banyak tim privateer atau non-pabrikan. Karena itulah, dipikirkan bagaimana caranya agar balapan MotoGP bisa tetap berjalan kompetitif, dengan harga yang murah, karena kendala terbesar menyangkut balapan di MotoGP adalah soal dana yang besar, melebihi pengeluaran untuk bergabung di Moto2 dan Moto3. Akhirnya, tradisi pun didobrak, tim2 non-pabrikan atau tim privateer bisa ikut bergabung di MotoGP, dengan menggunakan motor yang berbasis mesin produksi massal, dengan sasis modifikasi atau buatan dari pihak lain. Motor2 inilah yang kemudian dikenal sebagai motor2 Claimed Rule Team atau CRT, yang pada musim ini mulai diberlakukan di MotoGP.
Melihat bagaimana kategori CRT dibentuk, dan penerapannya dalam lintasan, saya jadi teringat dengan kasus yang hampir sama di Formula 1. Masih ingat soal bagaimana ceritanya Formula 1 ketambahan tiga tim di musim 2010 ? Kasusnya hampir sama dengan MotoGP dan CRT pada musim ini. Meskipun Formula 1 masih lebih baik, mereka sudah punya banyak peserta sebelumnya, sehingga penambahan pesertanya lebih sekedar untuk memberi kesempatan pada tim2 yang berminat untuk ikut, karena ketika itu Formula 1 sudah tidak lagi butuh ongkos yang mahal seperti sebelumnya untuk bergabung. Ketika itu, di Formula 1 kasusnya sudah hampir mirip dengan MotoGP saat ini, beberapa tim, terutama dari tim papan tengah dan tim papan bawah rontok gara2 kesulitan finansial. Sementara pada saat itu, Formula 1 sudah menghabiskan pengeluaran yang sangat banyak dan besar, terutama untuk riset dan teknologi yang akan diaplikasikan dalam mobil yang akan para tim2 ini pakai untuk balapan. Puncaknya pada pertengahan dekade 2000-an. Mobil Formula 1 jadi seperti penuh "hiasan" dengan banyaknya perangkat aerodinamika pada mobilnya. Akhirnya, muncullah regulasi 2009, dimana mobil menjadi lebih "minimalis" dan lebih simpel dalam tampilannya. Sayap depan menjadi lebih lebar dan sayap belakang jadi lebih kecil untuk mengantisipasi perubahan aerodinamika yang terjadi karena ban yang dipakai berubah, dari ban beralur menjadi ban botak untuk ban kering. Hasil balapan Formula 1 menghasilkan kisah "sekali jadi" dari Brawn GP, yang terbentuk dari sisa2 tim Honda yang mundur karena problem finansial, namun berhasil menjadi Juara Dunia sebelum kemudian tim ini menghilang. Pada musim 2009 juga muncul banyak pesaing baru, seperti Red Bull, yang membuat Formula 1 menjadi lebih kompetitif. Karena Formula 1 jadi lebih "hemat" setelah regulasi 2009 tersebut, akhirnya FIA membuka pendaftaran untuk tim2 baru yang juga berminat untuk berkompetisi di Formula 1 musim berikutnya. Hasilnya, muncul Lotus Racing, Virgin Racing (sebelumnya Manor Motorsport), Hispania Racing Team (sebelumnya Campos Meta), dan USF1. Tetapi, USF1 mengalami kesulitan keuangan karena ditinggal sponsor utamanya tepat saat mereka mempersiapkan diri untuk musim 2010, sehingga mereka akhirnya mundur. Tim Stefan GP yang tertarik untuk ikut sebagai pengganti USF1 akhirnya ditolak oleh FIA meskipun sudah mengirimkan perlengkapan balapan mereka ke Bahrain. FIA kemudian menetapkan Lotus Racing, Virgin Racing, dan Hispania Racing Team sebagai tim baru Formula 1 untuk musim 2010. Meskipun secara tampilan mobil sangat bagus, namun pada kenyataannya, mereka sulit untuk bisa bersaing dengan tim2 lain di musim pertamanya, mereka tertinggal dengan jarak yang sangat jauh dan justru malah menciptakan persaingannya sendiri. Walaupun kemudian di musim2 berikutnya, jarak antara tim2 papan bawah ini dengan tim2 papan tengah semakin mendekat, tapi tanda2 kompetitifnya masih membutuhkan waktu yang cukup lama dan usaha yang lebih keras lagi. Sejak musim 2010 itu, Formula 1 bisa dikatakan selamat dari krisis peserta, karena hingga saat ini, ke-12 tim yang sudah berkompetisi itu masih tetap ada di balapan itu hingga sekarang. Malah, peluang persaingan antartim jadi makin besar, terutama di musim ini. Nah, kasus di MotoGP saat ini, hampir sama, namun bisa dikatakan, lebih parah. MotoGP balapan yang seru dan bisa dibilang lebih kompetitif dari Formula 1, tapi terancam hancur gara2 krisis peserta. Bisa terlihat dalam beberapa musim terakhir, jumlah pembalap dan tim yang berlomba berkurang secara perlahan, hingga akhirnya hanya terdiri dari tiga tim pabrikan saja. Kesuksesan Formula 1 dalam menambah pesertanya, perubahan regulasi MotoGP yang memakai mesin berkapasitas 1000cc, dan juga kesuksesan regulasi di Moto2, yang memakai sasis independen, serta pengaplikasian regulasi Moto3, mungkin menjadi landasan awal kenapa kategori CRT ini bisa muncul, sekaligus memberi banyak kesempatan untuk tim2 non-pabrikan untuk tampil di MotoGP. Caranya dengan memanfaatkan mesin motor produksi massal seperti Superbike, dengan kapasitas mesin 1000cc, dengan sasis independen khas Moto2. Meskipun mendapat pro dan kontra (nanti akan dijelaskan di bawah), tapi munculnya kategori CRT ini sangat diminati, dengan munculnya tujuh tim dan sembilan pembalap yang turun di dalamnya. Jumlah peserta pun naik dari 12 peserta menjadi 21 peserta, membuat setidaknya untuk saat ini, MotoGP terhindar dari krisis peserta, meskipun belum bisa dikatakan mereka bebas dari krisis peserta seperti Formula 1.
Itu tadi sedikit penjelasan saya mengenai penerapan CRT. Nanti masih akan ada penjelasan lain mengenai motor2 CRT ini, sekarang akan saya perkenalkan dulu tim2 mana saja yang turun di MotoGP musim 2012 ini dengan status sebagai tim CRT. Berikut adalah gambarnya.
NGM Mobile Forward Racing
Rider: #5 Colin Edwards (Amerika Serikat)
Chassis: Suter Racing, Engine: BMW
Power Electronics Aspar Team
Riders: #14 Randy De Puniet (Perancis), #41 Aleix Espargaro (Spanyol)
Chassis: ART, Engine: Aprilia
CAME Ioda Racing Project
Rider: #9 Danilo Petrucci (Italia)
Chassis: Ioda Racing, Engine: Aprilia
San Carlo Honda Gresini
Rider: #51 Michele Pirro (Italia)
Chassis: FTR, Engine: Honda
Avintia Blusens BQR Team
Riders: #22 Ivan Silva (Spanyol), #68 Yonny Hernandez (Kolombia)
Chassis: BQR-FTR, Engine: Aprilia
Paul Bird Motorsport UK
Rider: #77 James Ellison (Inggris)
Chassis: ART, Engine: Aprilia
Itu tadi adalah tim2 CRT di MotoGP. Sekarang apa bedanya motor MotoGP dan motor CRT ? Bedanya sangat banyak. Selain motor CRT memakai mesin berbasis motor produksi massal dan sasis independen atau buatan pihak lain, sementara motor MotoGP memakai mesin khusus dan sasis khusus dari pabrikan, motor CRT dikelola secara independen oleh tim itu sendiri. Beda dengan motor MotoGP yang dikelola oleh pabrikan secara langsung. Kasus yang sama berlaku pada motor tim satelit. Untuk perawatan dan pengaturan settingan motor, semua harus di bawah pengawasan mekanik pabrikan, untuk memastikan agar motor masih dalam spek pabrikan dan motor dalam kondisi baik. Malah sebenarnya ada aturan yang melarang campur tangan pabrikan dalam motor CRT. Untuk aturan ini, biasanya pabrikan akan mengakali aturan itu dengan mengirim tim teknis dari ajang balapan lain untuk mengurus motor CRT tersebut, seperti contoh tim San Carlo Honda Gresini, yang perawatan dan pengelolaan teknisnya diurus oleh tim Honda Ten Kate, salah satu tim World Superbike Championship yang sering jadi langganan mesin Honda. Motor CRT juga lebih murah daripada motor pabrikan, atau motor satelit, karena merupakan motor buatan sendiri. Berbeda dengan motor pabrikan, terutama motor satelit yang disewakan (bukan dibeli oleh tim satelit!) dengan harga tertentu yang cukup mahal. Bisa sampai 2 juta Euro harganya. Itu salah satu faktor yang membuat banyak tim satelit yang menjerit saat berada di MotoGP. Harga sewa motor dari pabrikan yang cukup mahal. Tidak heran kalau kemudian ada tim satelit yang berpindah status menjadi tim CRT, seperti contohnya tim Aspar yang musim lalu menjadi motor satelit Ducati. Untuk regulasi teknis, motor CRT mendapat kelonggaran yang cukup besar. Jika motor MotoGP hanya diberi jatah 6 mesin dalam satu musim (1 mesin untuk 3 balapan, seperti aturan minum obat 3 kali sehari), maka motor CRT mendapat jatah 12 mesin dalam satu musim. Motor atau tim CRT juga mendapat kebebasan untuk membeli mesin dari tim lain sesuai dengan keinginan mereka, dengan harga keseluruhan tidak boleh lebih dari 20 ribu Euro. Itu berdasarkan apa kata Matteo Guerinoni saat siaran MotoGP Qatar kemarin, soal perkenalan motor CRT. Ya, hanya soal harga mesinnya. Kalau yang lain sih, itu berdasarkan yang saya tahu... hehehehehehe...
Pro-kontranya motor CRT. Apa pro dan kontra yang mengiringi perjalanan motor CRT ini, khususnya saat awal musim ? Banyak. Seperti halnya seorang pendatang baru yang masuk ke sebuah kota antah-berantah dengan tradisi yang sudah berjalan turun-temurun, dan pendatang baru itu datang dengan membawa sebuah tradisi baru yang menurut penduduk kota itu dianggap baru dan berbeda, kehadiran kategori CRT membawa pro dan kontra-nya sendiri. Buat yang setuju dengan CRT, ini adalah cara baru untuk mencegah MotoGP dari krisis peserta, dan ke depannya bisa menjadi bentuk alternatif penyelenggaraan MotoGP. Dengan biaya yang lebih murah dan pengelolaan tim yang mandiri dan independen, tanpa adanya campur tangan dari pabrikan, CRT bisa berkembang dan jika berhasil, bisa menarik banyak peserta tambahan ke MotoGP di masa yang akan datang. Pada akhirnya, MotoGP akan jadi ramai peserta lagi seperti dulu, dan bisa menyelamatkan MotoGP dari krisis peserta. Sementara, para penentang CRT mengatakan kalau motor CRT tidak akan mampu bersaing dengan motor MotoGP, karena secara spesifikasi motor sudah berbeda jauh. CRT juga dianggap membahayakan karena perbedaan jarak antara motor MotoGP dan motor CRT sangat jauh. Jika terlalu lambat, bisa mengacaukan balapan itu sendiri, dan akan membuat MotoGP menjadi berbahaya. Motor MotoGP terlalu kencang, dan motor CRT terlalu lambat. Pada akhirnya, itu bisa membuat kesenjangan yang cukup besar dari segi teknis. Walaupun begitu, motor CRT dinyatakan layak untuk balap, karena jarak waktu maksimalnya hanya lebih lambat 105% dari catatan waktu tercepat. Jika sebuah motor lebih lambat 107% dari catatan waktu tercepat atau bahkan lebih lambat dari itu, tentu mereka tidak akan dinyatakan layak balap. Bahkan, perkembangan catatan waktu motor CRT semakin membaik sepanjang tes pramusim, apalagi saat dibandingkan dengan motor MotoGP. Meskipun masih sulit untuk mendekati catatan waktu tercepat motor MotoGP, tapi motor CRT sendiri masih ada dalam jarak yang cukup dekat untuk dapat qualified atau layak ikut balap. Tentu saja, para tim2 CRT tertantang untuk bisa mendekati motor MotoGP, dan mereka akan berusaha untuk mengembangkan motornya sebaik mungkin agar mereka bisa mendekati motor MotoGP, minimal bersaing dengan tim2 satelit.
Mengenai prediksi soal tim2 CRT, yang pasti seperti tadi yang saya bilang sebelumnya, mereka masih akan tertinggal jauh dari motor MotoGP, karena memang secara teknis tidak seperti motor MotoGP. Akan tetapi, bukan tidak mungkin suatu saat motor2 CRT bisa ikut bersaing dengan motor2 MotoGP yang lain, minimal motor satelit. Menurut Buku Panduan MotoGP 2012 keluaran Otomotif, pada tengah musim nanti rider2 CRT seperti Randy de Puniet dan Colin Edwards akan mengganggu rider2 tim satelit kedua seperti Karel Abraham, Hector Barbera, dan Stefan Bradl. Di akhir musim, mereka mungkin saja akan menguntit Cal Crutchlow dan Alvaro Bautista. Di awal musim berikutnya, apakah Valentino Rossi dan Nicky Hayden yang akan jadi incaran ? Bisa saja. Mengingat selisih waktu motor MotoGP (satelit) dan motor CRT tidak terlalu jauh, bukan tidak mungkin hal itu terjadi. Mungkin untuk sekarang masih belum. Tapi untuk waktu2 yang berikutnya, bukan tidak mungkin itu akan terjadi. Yang pasti, tim CRT punya cara pengembangannya sendiri, dan mereka semua pasti akan berusaha untuk mendekatkan waktu dengan motor MotoGP. Perlu juga untuk menanti mana yang lebih unggul antara motor MotoGP dan motor CRT saat hujan. Menurut Matteo Guerinoni, motor CRT punya peluang untuk bersaing di trek basah, karena kalau sudah masuk trek basah, power bukanlah hal utama. Motor CRT dianggap memiliki kestabilan yang lebih baik dan mungkin juga akan punya handling yang bagus. Di trek hujan, handling adalah yang terpenting. Bagaimana cara mempertahankan motor di trek yang basah dan licin. Tentu butuh skill meng-handle motor yang baik untuk dapat menaklukkannya. Jadi, biarpun di seri Qatar kemarin motor CRT masih jauh tertinggal, bukan tidak mungkin suatu saat mereka akan punya kesempatan untuk bersaing. Kita tunggu saja sampai akhir musim nanti, dan kita lihat apakah motor CRT layak atau tidak untuk tahun2 berikutnya.
Baiklah, saya pikir segitu saja tulisan saya soal motor CRT kali ini. Semoga kalian semua bisa mengerti tentang segala penjelasan yang saya berikan dalam posting ini. Semoga juga bisa memberi manfaat dan informasi yang baru buat kalian semua, yang belum tahu soal motor CRT dan bedanya dengan motor MotoGP. Oke, sekarang saatnya saya untuk menutup posting ini, race MotoGP berikutnya akan berlangsung di sirkuit Jerez, Spanyol, tanggal 22 April nanti. Sekian posting saya, dan Happy Enjoy!
okey.... moga2 kedepan tin crt akn bisa besaing dgn tim satlit and pabrikan.........
BalasHapus