Selasa, 27 Desember 2011

THE "POZNAN" BOYS (1)

Lagi2 aku bercerita tentang hubungan yang tidak jelas antara Girls Generation dan fans Manchester City. Lebih detailnya, antara lagu The Boys dan gerakan The Poznan. Entah apa yang sedang ada dalam diri saya, saya selalu memikirkan hal seperti ini ? Tapi ini adalah sesuatu yang menarik untuk diceritakan. Namanya juga isi pikiran pribadi... kadang2 selalu tak terduga. Sekarang, saya akan bercerita tentang sisi lain dari hubungan yang aneh ini. Nggak panjang2 banget kok. Let's try... dan inilah cerita saya.


Cerita ini saya ambil terinspirasi dari empat hal. Satu, konser Girls Generation di Singapura kemarin, kedua, gerakan The Poznan yang dipopulerkan oleh para fans Manchester City, ketiga, adalah para Travelling Sone yang berangkat ke Singapura untuk menyaksikan konser tersebut, dan yang keempat, kisah soal kaus Istanbul 5, Cardiff 7, dan Athens 6 dari seorang anggota Big Reds (kelompok fans Liverpool di Indonesia) yang saya baca di Twitter. Karakter utama dalam cerita ini, diceritakan akan bertemu langsung dengan Girls Generation. Si karakter utama inilah yang memimpin para Sone Indonesia untuk membuat gerakan The Poznan itu saat Girls Generation menyanyikan lagu The Boys.



Jakarta, Oktober 2011.


Di sebuah gathering Sone di sebuah tempat di Jakarta...

"Rud, lu mau beli tiket konser Girls Generation nggak ? Si Anto sama gw bakal mesan tiketnya. Lu mau ikut nggak ? Yang lain udah pada ikutan nih..." tanya Ari pada Rudi siang itu.
"Serius nih pada mau beli tiketnya ? Di mana mesen tiketnya ?" tanya Rudi balik.
"Ada tempatnya kok. Kita sudah ketemu tempat penjualannya. Kalau lu mau, kita daftarin nih. Mending kamu ikutan. Bukannya lu bilang lu pengen banget ketemu Yoona ?" tanyanya lagi.
"Mau sih mau... tapi dompet lagi tipis nih. Gimana dong ?"
"Bayar sih urusan gampang. Kita percaya sama kamu pasti bisa bayar. Untuk sementara kita pakai anggaran dalam kelompok dulu. Nanti kalau lu udah ada duitnya, kamu ganti. Gimana ?"

Rudi pun berpikir sejenak. Setelah 15 menit, ia pun mengambil keputusan.

"Oke, gw ikut. Tapi lu berani jamin kalau tiketnya asli ? Sampai gw tahu tiketnya kenapa-napa dan gw nggak bisa nonton Soshi, gw ceburin ke laut lu..." kata Rudi.
"Beres. Bisa diatur. Lu tenang aja. Sumbernya untuk tiket ini bisa dipercaya. Dia juga Sone, tapi dari luar. Dia kebetulan punya stok tiketnya, tapi terbatas. Kita harus cepat mesen tiketnya, kalau nggak kita keduluan."
"Bagus deh kalau begitu. Gw tunggu tiketnya. Kapan mau mesennya ?"
"Besok, setelah gathering ini. Gw sama teman2 yang lain bakalan contact dia. Nanti kalau ada kabar, gw kasih tahu ke lu. Oke ?"
"Good. Gw tunggu kabarnya."

Ari lalu mencatat namanya dalam daftar. Sementara Rudi sendiri hanya duduk saja sambil menikmati lagu Girls Generation yang sedang ia dengarkan lewat iPod-nya. Rudi sudah menjadi anggota komunitas Sone itu sejak dua tahun yang lalu, dan selalu hadir di setiap gathering yang digelar. Itu membuatnya jadi dikenal oleh para Sone lain yang juga bergabung dalam komunitas itu. Pada awalnya, Rudi masuk ke komunitas itu atas ajakan temannya yang tadi ngobrol dengannya itu, Ari. Saat itu, Rudi belum mengenal K-Pop ataupun Girls Generation. Setelah ia bergabung dengan komunitas itu, hanya dalam waktu 6 bulan dia sudah mengenal banyak hal tentang kelompok itu, dan bahkan pengetahuannya soal Girls Generation sudah melebihi Ari. Ia sempat ditawari untuk menjadi pengurus komunitas itu tahun lalu, namun ia menolak. Sejak satu tahun yang lalu, Rudi sudah punya keinginan untuk menonton konser Girls Generation secara langsung, setelah ia menonton DVD konsernya yang dipinjamkan oleh temannya. Ia sangat ingin sekali bertemu dengan para personilnya secara langsung, terutama Yoona, yang menurutnya adalah "cewek tercantik di jagat K-Pop dan di muka bumi". Dan hari itu, ia mendapatkan kesempatan untuk bisa melihat langsung grup K-Pop favoritnya itu. Walaupun ia ragu apakah ia bisa bayar tiketnya atau tidak, ia memutuskan untuk ikut datang ke konser itu, bersama dengan teman2nya yang lain.

Singapura bukan tempat yang asing buat Rudi. Sejak 2008, ia sudah sering datang ke sana untuk menonton langsung balapan F1. Selain dikenal sebagai seorang Sone, Rudi juga dikenal sebagai penggemar F1. Ia sudah mulai mengikuti F1 sejak masih SMP. Waktu itu tahun 1999. Ia sangat ngefans dengan Michael Schumacher dan kemudian setelah ia pensiun, Sebastian Vettel. Ketika Schumacher kembali lagi ke balap F1, ia mendukung keduanya sekaligus. Meskipun hasil balapan yang diraih Schumacher dan Vettel jauh berbeda, Rudi tetap setia mendukung keduanya. Baru sebulan yang lalu ia pulang dari Singapura setelah nonton F1 langsung untuk yang keempat kalinya secara berturut-turut. Kini, sepertinya ia akan pergi lagi ke Singapura. Kalau ia berhasil mendapatkan tiket konser Girls Generation itu, Rudi resmi untuk pertama kalinya berangkat ke Singapura dua kali dalam satu tahun.

Akhir November 2011.

Suatu hari, ada seseorang yang datang ke rumahnya Rudi. Kebetulan, Rudi sendiri sedang nonton TV di rumahnya dari baru saja pulang kerja. Ia sedang menonton pertandingan Manchester City di ESPN. Rudi pun lalu berdiri dari kursinya dan membukakan pintu untuk orang yang datang ke rumahnya itu. Ternyata itu adalah Ari. Ia datang sambil membawa sebuah tas warna hitam.

"Halo, Ari. Apa kabar ?" kata Rudi sambil menyambut Ari.
"Baik, Rud. Gimana hari kamu ?" tanya Ari.
"Yah, biasa saja. Tumben kamu datang malam hari ini. Ada apa ?"
"Gw punya kabar bagus buat kamu."
"Apa itu ?"
"Soal tiketnya. Mau denger nggak ?"
"Oh, soal itu. Kita bicarakan saja di ruang TV."

Ari dan Rudi pun kemudian duduk di sofa ruang TV. Rudi duduk menghadap TV dan Ari berada di samping kanannya, duduk di sofa yang lain. Tasnya ia letakkan di atas meja.

"Jadi gini, Rud. Tiketnya udah di tangan kita. Baru nyampe tadi pagi. Buat 250 orang."
"250 orang ? Banyak banget... perasaan komunitas kita cuma 100-an orang deh anggotanya..."
"Ada anak2 komunitas lain yang ikutan nitip ke kita. Kan lu tahu sendiri komunitas Sone di sini banyak banget..."
"Oh. Kalau dari komunitas kita, berapa yang mesen jadinya ?"
"Cuma 70 orang, Rud. Nggak semuanya bisa mesen, karena ada yang nggak punya duit, ada yang lagi banyak acara... pokoknya alasannya banyak deh..."
"Baiklah. Dapatnya tiket yang bagian mana ?"
"Tribun dua. Tempatnya hanya yang itu. Tapi pemandangannya lumayan kok."
"Tribun yang di atas itu ya ?"
"Ya. Kok kamu tahu ?"
"Sempat lihat di internet sih soalnya. Tempatnya sih lumayan juga."
"Singapore Indoor Stadium mah tempat bagus untuk konser! Banyak artis terkenal yang manggung di sana..."
"Baguslah kalau begitu. Pasti meriah banget nanti konsernya..."
"Jangan ditanya soal itu... Girls Generation sudah pengalaman untuk hal ini... lu kan tahu sendiri..."
"Hehehehehe... tapi soal tiketnya, bener kan ? Asli kan ?"
"Eiitttss... tenang. Asli dan 100% valid. Sudah kita periksa kok. Nih..."

Ari lalu memberikan sebuah amplop kecil warna putih pada Rudi. Amplop itu sudah ditandai dengan tulisan "Rudi Soshi" di depannya, sesuai dengan nama Twitter-nya. Rudi lalu membuka amplop itu, dan di dalamnya terdapat sebuah kertas yang terlipat, dengan sebuah kertas lain terselip di dalamnya. Kertas itu memiliki pinggiran yang berlubang, seperti pada kertas bon yang dicetak. Rudi lalu membuka lipatan kertas itu, dan mendapati sebuah kertas luks berwarna dengan gambar sembilan personil Girls Generation di bagian depannya, dan ada detail informasi di baliknya. Itu adalah tiket konsernya, sementara kertas bon tadi, adalah bukti pembayarannya. Pada saat bersamaan ketika Rudi melihat tiket tersebut, Sergio "Kun" Aguero mencetak gol untuk Manchester City. Suara teriakan penonton pun langsung terdengar dari TV itu, dan Rudi pun secara tiba2 mengikuti teriakan mereka, dengan mata tertuju pada tiket tersebut.

"AAAAAHHHHHH!!!!!!!!!!" teriak Rudi dengan sangat keras. Ari pun hanya bisa tertawa.
"Hahahahaha... selamat datang di Singapura lagi, Rud. Hanya tinggal selangkah lagi kamu akan melihat kecantikan seorang Im Yoon A tepat beberapa meter di depan matamu." kata Ari sambil menaruh tangannya di bahu Rudi.
"Ini luar biasa... GW AKHIRNYA BISA LIHAT YOONA!!!!!!!! GW AKHIRNYA BISA LIHAT YOONA!!!!!!!! THANK YOU BANGET, BROTHER!!!!!!!!" teriak Rudi yang udah mulai menggila, nggak kalah sama gilanya suporter Manchester City yang sedang tersorot kamera TV.
"Selamat deh. Gw dari tadi nganterin tiket ini ke teman2 yang lain, reaksinya kurang lebih hampir kayak kamu semua... histeris dan tiba2 menggila..." kata Ari lagi.
"Hah, masa ? Berarti lu tadi dari rumah si Anto, si Felix, dan yang lain... mereka begitu juga ?" tanya Rudi yang tiba2 jadi kalem lagi.
"Ya, beberapa sih begitu... tapi kurang lebih histerisnya seperti lu lah."
"Hmmm... well, kalau begitu, gw hanya tinggal siap2in barang nih... mau berangkat tanggal berapa ?"
"Berdasarkan kesepakatan semua komunitas, kita berangkat tanggal 8. Kita nggak ambil konser hari pertama, kita ambil konser yang hari kedua. Jadi kita nonton tanggal 10. Soalnya hanya itu tiket yang ada. Tiket yang buat tanggal 9 sudah sold-out semua..."
"Oh, begitu... tapi nanti gw bilang yang hari terakhir pasti lebih rame deh..."
"Katanya sih begitu. Bakalan lebih rame yang hari kedua. Soalnya itu hari terakhir. Setelah itu, Soshi mungkin sudah siap2 pulang ke Korea lagi. Jadi anggaplah buat bikin perpisahan yang bagus lah... lagipula banyak yang mesen buat tanggal 10... kapasitasnya bakalan ditambah soalnya..."
"Kapasitas untuk hari kedua ditambah ? Kenapa ?"
"Soalnya permintaan tiketnya lebih banyak. Apalagi itu kan hari Minggu, jadi lumayan lah buat hiburan di hari Minggu..."
"Jadi begitu... berarti nggak salah dong beli tiketnya ?"
"Syukurnya sih seperti itu. Hehehehehe... tadinya kita juga pengennya booking tiket buat tanggal 9, tapi ternyata udah keburu sold-out. Akhirnya kita putuskan buat ambil yang tanggal 10, karena yang booking masih sedikit dan tempatnya masih banyak. Kita juga berusaha untuk mencari tempat terbaik untuk bisa melihat Soshi sedekat mungkin. Hehehehehe..."
"Pinter lu, Ri! Hahahaha... nggak salah deh gw waktu itu ikutan mesen saat gathering... tahu2 dapetnya yang begini... class banget deh pokoknya! Thanks banget ya..."
"Sama2... sudah jadi tugas gw untuk memberikan yang terbaik buat semua Sone2 yang ada di komunitas ini. Salah satunya ya ini. Kita sudah netapin, baik itu komunitas kita ataupun komunitas Sone yang lain, untuk menjadikan konser ini sebagai kalender penting buat para Sone. Singapura kan deket banget sama kita, jadi kita semua bisa nonton. Nah, mumpung ada kesempatannya, kapan lagi ? Meskipun tetap, niatan dan tekad kita satu... Girls Generation harus ke Indonesia. Itu harapan kita semua... kebetulan kita juga ingin pakai konser ini sebagai sarana penyampaian aspirasi kita pada Girls Generation untuk bisa tampil di sini. Siapa tahu, dengan kehadiran kita semua di konser Girls Generation nanti, Girls Generation jadi tergerak untuk membuat rencana datang ke Indonesia suatu saat nanti. Itu yang akan kita coba untuk diperjuangkan nanti saat konser..."
"Kayak mau demo aja, Ri... tapi tujuannya pas banget. Mereka harus tahu bahwa kita juga sayang sama mereka, dan kita juga suka sama mereka. Kita harus tunjukkan bahwa Sone Indonesia itu nggak kalah sama Sone2 yang lain... dan inilah kesempatan kita. Gw siap untuk membantu kamu dan teman2 lain untuk mewujudkan hal ini, teman..."
"Bagus... gw tunggu apa usaha kamu untuk membantu kita semua nanti saat konser..."
"Tunggu saja... pokoknya segala halnya akan segera saya rencanakan, dalam tempo yang sesingkat2nya. Begitu rencananya sudah pas, gw akan kasih tahu pada kamu dan teman2 yang lain."
"Siiip... gw tunggu rencana lu, Rud..."

Obrolan pun terhenti sejenak. Ari dan Rudi kemudian menonton TV. Saat itu Manchester City sudah unggul 2-0 atas lawannya. Pertandingannya saat itu berlangsung cukup seru, meskipun Manchester City yang lebih banyak menguasai permainan. Untuk beberapa menit, mata keduanya tertuju pada pertandingan yang sedang berlangsung di layar TV.

"Hei, siapa yang bertanding ?" tanya Ari.
"Manchester City. Mereka sedang ada di puncak klasemen saat ini." kata Rudi.
"Oh, pantesan saya melihat ada yang seperti Kun Aguero tadi..."
"Dia memang Kun Aguero. Kan dia bermain untuk City sekarang."
"Oh, iya. Saya lupa... terlalu banyak mikirin Soshi membuat gw jadi melupakan beberapa hal."
"Hahahahahaha... bisa saja kamu..."

Tak beberapa lama, David Silva mencetak gol untuk memperbesar keunggulan Manchester City. Ari dan Rudi langsung mengangkat tangannya merayakan gol itu. Tak beberapa lama, kamera TV menyorot aksi para fans Manchester City merayakan gol itu. Mereka saling berangkulan, membelakangi penonton, dan melompat sambil bernyanyi-nyanyi. Itulah yang disebut The Poznan. (saya sudah pernah menceritakan tentang apa itu The Poznan, dalam salah satu curhatan saya, jadi saya nggak akan cerita panjang-lebar lagi soal gerakan ini) Melihat gerakan itu, secara tiba2 Rudi memiliki sebuah ide, dan ia pun lalu memberitahukannya pada Ari, saat pertandingan dimulai kembali.

"Eh, Ri, gw jadi punya ide nih... mungkin ini bagus buat nanti kita nonton." kata Rudi.
"Ide apaan tuh ? Belum apa2 udah keluar ide aja kamu. Apa idenya ?" tanya Ari.
"Lu tadi kan gerakan fans Manchester City itu ? Gw jadi punya ide. Gimana kalau kita pakai gerakan itu saat konser nanti. Mau nggak ? Cuma usul aja sih..."
"Gerakan tadi ? Yah, bisa aja... cuma, lu lihat sendiri kan kalau mereka itu membelakangi lapangan. Kalau seandainya kita membelakangi Girls Generation, yang ada kan malah aneh jadinya..."
"Iya juga sih... tapi masalahnya, setiap kali gw nonton pertandingan Manchester City, gw selalu ngelihat gerakan itu dan gw anggap itu cukup unik. Jadi kepikiran gimana kalau gerakan itu kita bawa ke konser... reaksi orang2 gimana ya ?"
"Ya, gw justru kepikiran kalau itu akan bikin kita dibilang aneh sama orang2..."
"Jangan dibilang aneh dulu dong... pasti ada caranya supaya gaya kita ini nggak dibilang aneh sama orang2... pasti ada caranya."
"Harusnya sih ada... coba gw pikirin dulu..."

Ari dan Rudi pun berpikir, bagaimana caranya agar saat mereka melakukan gerakan The Poznan itu, mereka tidak dianggap aneh oleh para Sone yang lain, mengingat di konser itu, tidak hanya Sone Indonesia saja yang akan hadir. Beberapa Sone dari berbagai negara, termasuk dari Singapura sebagai tuan rumah, akan ikut hadir dalam acara besar itu. Tentu saja, rencana harus dibuat agar aksi para Sone Indonesia ini nggak bikin malu dan nggak dianggap aneh oleh Sone2 lain, terutama dari luar negeri dan tuan rumah. Makanya, mereka pun harus memikirkan yang terbaik. Tidak lama, Ari mendapat sebuah ide.

"Rud, gw ada ide! Gimana kalau kita pakai kaus khusus untuk melakukan gerakan ini. Setuju nggak lu ?" kata Ari sambil menunjuk ke arah Rudi.
"Bener juga! Pinter ide lu!" kata Rudi berkomentar. "Tapi... gimana cara kita bikin kausnya ?"
"Tenang aja... gw ada temen, dia punya usaha konveksi dan gw udah sering minta dia bikinin kaus untuk beberapa keperluan. Mau nggak tuh ?"
"Boleh juga. Di mana tempatnya ?"
"Di dekat Tanah Abang sih. Agak ngumpet2 gitu..."
"Bagus nggak kualitasnya ?"
"Soal itu mah nggak usah ditanya! Kualitas terbaik! Gw sudah ngerasain berapa kali."
"Bagus. Kalau begitu oke deh... lu yang buat kausnya ya..."
"Beres... bisa diatur... hehehehehe... tapi mau bikin kausnya kayak gimana ?"
"Maksudnya ?"
"Ya, mau bikin kaus dengan gambar apa gitu ? Desainnya ? Kan kalau mau bikin kaus harus ada desainnya dulu dong..."
"Oh, iya. Nah itu dia masalahnya. Mau bikin kayak gimana ya ?"
"Gw sendiri juga bingung mau desainnya seperti apa... habis masalah lama kelar, muncul masalah baru. Nggak ada habisnya ya..."
"Tapi wajar dong... namanya juga ide dadakan... kadang kita nggak siap untuk beberapa hal. Nah, inilah saatnya untuk mempersiapkannya."
"Betul banget..."

Mereka lalu memikirkan kembali soal desain bajunya. Kali ini mereka berpikir lebih lama, hingga hampir lupa waktu. Nggak terasa, waktu menunjukkan pukul 11 malam. Ari pun harus pulang, karena sudah hampir larut malam. Ari dan Rudi sepakat untuk membahas soal desain kaus itu di pertemuan berikutnya. Kebetulan dalam waktu dekat, akan ada mini gathering dalam komunitas itu. Kesempatan itu akan digunakan untuk membahas desain kausnya lebih dalam lagi.

Sepertinya cerita ini akan sangat panjang... sehingga saya harus kembali ke aturan lama, yaitu membuat cerita bersambung. Mudah2an semuanya berjalan baik, cerita ini akan saya buat dengan jumlah bagian yang sesingkat2nya. Aku harus bisa menyelesaikan cerita ini, sebagai persembahan akhir tahun buat kalian semua, yang sudah mengikuti blog ini sejak awal. Aku harus bisa! Tunggu saja kelanjutan dari cerita ini. Aku nggak akan bikin kalian menunggu terlalu lama. Mudah2an semuanya bisa selesai dalam waktu yang cepat. Cerita ini akan bersambung ke bagian berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar