Rabu, 28 Desember 2011

THE "POZNAN" BOYS (2)

Gambar yang berada tepat di atas tulisan ini adalah rambu yang harus dilakukan untuk melakukan gerakan The Poznan. Turn Around berarti berbalik, Link Up berarti berangkulan, dan Bounce berarti melompat-lompat. Bukan melambung, karena ini dilakukan pada manusia, bukan pada bola. Masih ingat lagu Torres Bounce di mana para fans Liverpool melompat-lompat sambil menyanyikan lagunya ? Nah, itu berarti Bounce di sini berarti melompat, bukan melambung. Sebuah kata dalam Bahasa Inggris memang kadang2 bisa menyimpan arti ganda, tergantung kondisi yang sedang terjadi dalam tulisan yang memuat kata tersebut. Jadi, untuk menerjemahkan tulisan itu, butuh kejelian dan ketepatan membaca. Karena kondisi yang digambarkan dalam tulisan itu mungkin akan berbeda dengan kondisi yang sebenarnya, sehingga untuk menerjemahkannya, Anda harus menyesuaikannya terlebih dahulu. Oke, sekarang kita masuk ke bagian kedua cerita ini, seperti apa ceritanya ? Ini dia...


Jakarta, masih di akhir November.


Rudi dan Ari bertemu lagi di mini gathering komunitas itu, beberapa hari setelah pertemuan di rumah Rudi itu. Mereka masih menyimpan sebuah pertanyaan soal rencana yang sudah mereka buat beberapa waktu yang lalu. Jika kemarin urusan tiket dan rencana awal untuk melakukan gerakan The Poznan saat konser Girls Generation di Singapura nanti sudah terjawab, sekarang yang menjadi pertanyaan adalah... akan seperti apakah desain kaus yang nantinya akan mereka berdua pakai saat konser itu ? Keduanya kemarin sudah sepakat untuk membuat sebuah kaus khusus untuk mereka pakai saat mereka akan melakukan gerakan itu, untuk mencegah agar tindakan mereka ini tidak dianggap aneh oleh para Sone yang hadir dalam konser itu. Sekarang, yang belum terjawab adalah urusan desainnya. Akan seperti apa dan bagaimana ? Inilah yang akan mereka bahas di mini gathering itu.

Rudi dan Ari duduk berdua dan saling berhadapan di sebuah meja bundar yang bertaplak merah-putih kotak2. Di atas meja itu terdapat sebuah vas bunga dan tempat tissue. Tepat di belakang tempat Ari duduk, di kejauhan, terdapat sebuah poster Girls Generation dari era album kedua mereka, Oh! Sementara tidak jauh dari situ, di samping kanan tempat Rudi duduk, di kejauhan juga terdapat poster Girls Generation dari era Mr. Taxi. Kebetulan pemilik kafe ini adalah penggemar K-Pop, sehingga di beberapa sudut kafe tempat mini gathering ini berlangsung terdapat poster2 artis2 K-Pop. Kafe ini juga sering menjadi tempat untuk gathering komunitas penggemar K-Pop, sehingga tempat ini sudah tidak asing bagi Rudi dan Ari.

"Jadi... lu udah dapat desainnya seperti apa ?" tanya Rudi.
"Masih mikir sih... tapi gw udah ada rencana untuk ambil salah satu gambar Girls Generation sebagai desain kausnya. Gw sekarang masih milih2 gambarnya mau yang mana..." jawab Ari, sedikit santai.
"Ambil gambarnya yang sesuai dengan kondisi sekarang aja. Era The Boys. Gimana ?" usul Rudi.
"Gw juga memang maunya begitu. Tapi masih belum ada gambar yang bagus nih, untuk dipasang di kaus... kira2 bagusnya yang mana ? Gambar pose ending-nya atau bagaimana ?"
"Terserah kamu. Mana yang menurut kamu bagus, ambil saja. Kita berdua kan maunya yang terbaik..."
"Iya sih, yang terbaik... tapi sepertinya dari semua gambar2 The Boys yang gw dapet, kayaknya belum ada yang cocok sama selera gw nih... lu juga harusnya bantu dong... masa gw aja yang cari ide desainnya ? Kan ini rencana kita berdua..."
"Habis situ nggak ngajak sih, dari pertamanya..."
"Ya inisiatif dikit dong! Harusnya lu juga sadar kalau ini rencana kita, berarti kita berdua juga yang harus berpikir mencari ide desainnya... masa harus diingetin sih ?"
"Ya maaf, Ri. Gw terlalu sibuk soalnya... lagi banyak kegiatan... di kantor banyak kerjaan... gw lagi berusaha buat bisa dapet duit supaya gw bisa bayar tiketnya... lu tahu sendiri kalau harga tiketnya mahal banget... dan dulu waktu lu daftarin gw, gw kan sempet bilang kalau gw nggak yakin bisa bayar tiketnya... ya kan ?"
"Bener juga sih. Tapi sekarang ini... kerjaan lu baik2 aja kan ?"
"So far so good lah. Semuanya masih bisa selesai tepat waktu... gw hanya tinggal berharap gaji gw bisa cukup buat bayar tiketnya..."
"Bagus deh, kalau begitu..."

Tidak lama, datanglah seorang cewek yang juga merupakan anggota di komunitas itu. Dia memakai hoodie "Beyond 9" warna kuning dan celana jeans. Rambutnya diikat dan sedikit berponi. Di tangan kirinya, ia memegang sebuah tin case yang merupakan album The Boys. Dia baru mendapatkan album tersebut lewat sebuah pre-order dari temannya di komunitas Sone lain. Namanya Raisa, atau yang dikenal di komunitas itu sebagai Raissica Jung. Dia penggemar Girls Generation, dan bias-nya adalah Jessica.

"Halo, semuanya... boleh numpang pinjam mejanya nggak ?" kata Raisa.
"Halo juga, Raissica Jung! Mau ngapain pinjam meja kita ?" tanya Ari.
"Lihat dong ini..." kata Raisa sambil menunjukkan CD The Boys yang baru saja ia dapatkan. "Gw baru aja dapetin CD The Boys! Gw mau pinjam meja kalian untuk membuka CD ini... gw udah nggak sabar... aduh, mudah2an dapat foto kembaranku Jessica... hahahaha..."
"Nggak ada perubahannya ya, Ri... tetap aja sampai sekarang ngaku kembaran sama Jessica..." kata Rudi.
"Eh, Rud! Lu diem aja... lu juga kan ? Nggak bisa berhenti melihat wajah Yoona..." kata Raisa membalas.
"Hahahahaha... tapi kan wajar... you know The Boys..." kata Rudi sambil sedikit menyanyikan sebuah bagian dari lagu The Boys. (harusnya bagian itu "You know the girls..." tapi oleh Rudi diubah menjadi "You know The Boys...", itu adalah bagian akhir dari reff lagu The Boys)
"Ya tapi aku juga wajar kali... kembarannya... secara gitu, kecantikan gw dan wajah gw... sebelas-duabelas dengan namanya Jung Soo Yeon aka Jessica Jung... oke ? Jadi gw layak dibilang kembarannya."
"Hah... kembaran dari mana... yang ada pinang dibelah kampak..." kata Ari sedikit bercanda. Raisa pun jadi sedikit "panas" mendengarnya.
"Hahahahahahaha... dalem lu bro!" kata Rudi memberi komentar.
"Haha... iya, emang dalem banget. Awas aja gw kasih tahu ke semua temen2 kalau lu punya hubungan spesial sama anak komunitas Sone seberang. Awas..." kata Raisa sedikit bongkar rahasia.
"Eh, jangan dong! Gw kan cuma bercanda aja..." kata Ari menenangkan.
"Ya habis dalem banget ngomongnya... pikir2 dong kalau ngomong... beruntung gw lagi senang baru dapet CD The Boys... kalau nggak... hmmmph!"
"Hahahahaha... ya, maaf..."
"Kayaknya takut banget ya si Ari kalau diomongin soal hubungan spesialnya..." kata Rudi.
"Ya, soalnya itu rahasia gw... hanya kita bertiga yang tahu... nanti kalau sudah dibocorin semuanya... yang ada lu tahu sendiri... susah gw ngejelasinnya..." jawab Ari menjelaskan.
"Susah ngejelasin... atau nggak bisa ngomong, karena itu memang benar2 terjadi ? Buktinya ada lho..." kata Raisa sambil menunjuk ke arah Ari.
"Bilang aja susah ngejelasin. Nanti malah jadi berabe kalau lu kasih tahu buktinya... otomatis gw hanya tinggal bisa mengaku saja..." jawab Ari.
"Hahahahaha... udah gw duga... hubungan itu ternyata nyata... hahahaha..."
"Husssh... diam! Enak aja... jangan dibongkar lah! Bikin malu aja..."
"Nah, makanya kalau begitu jangan main2 sama yang namanya Raissica Jung, kembarannya si Ice Princess Jessica Jung! Gampang aja kan ? Lu nggak ganggu, gw nggak ganggu juga. Simple."
"Kayak lagunya Super Junior aja, Mr. Simple..."
"Lebih tepatnya, ini namanya Miss Simple." kata Rudi.
"Hahahahahaha... bener lu, Rud! Hahahahaha..." kata Ari berkomentar.
"Ya ya ya... kalian benar." kata Raisa.

Raisa lalu menaruh CD The Boys-nya di atas meja dan lalu membuka segel plastiknya dengan memakai gunting yang sudah ia siapkan di kantong celananya. Ia membuka segelnya dari bagian samping, bukan dari atas, sehingga posisi tin case CD-nya berdiri. Rudi melihat Raisa membuka segel itu, dan perhatiannya kemudian tertuju pada cover belakang CD itu. Ari juga melihatnya, dan perhatiannya tertuju pada cover depan CD itu. Ketika Raisa akhirnya berhasil membuka segel plastik CD itu, Rudi dan Ari saling berpandangan, dan mereka pun mempunyai ide.

"GW PUNYA IDE!!!!!" teriak Rudi dan Ari bersamaan. Tapi nggak terlalu keras teriakannya.
"Eh, pada ngapain sih berdua ?" kata Raisa sedikit kaget. "Gw jadi kaget nih..."
"Sorry, Raisa. Tapi sepertinya kita punya sebuah ide yang sangat cemerlang." kata Rudi.
"Ya, Raissica. Ini ide yang sangat bagus. Sangat istimewa..." kata Ari.
"Kayak Cherrybelle aja, istimewa. Apa idenya ?" tanya Raisa.
"Soal desain bajunya... bagaimana kalau kita bikin dari cover depan dan cover belakang CD The Boys. Jadi bagian depan gambarnya cover depan CD, dan bagian belakangnya, pakai gambar cover belakang CD-nya. Setuju nggak lu ?" tanya Ari.
"Setuju banget! Itu juga yang gw pikirin! Jadi, desain kausnya terinspirasi dari CD The Boys! Gambar depan-belakang pakai gambar covernya! Bagus itu!" kata Rudi menyetujui.
"Kaus ? Kalian mau bikin kaus ? Buat apa ?" tanya Raisa sedikit bingung.
"Ah, anak kecil nggak usah ikutan! Ini urusan orang dewasa!" kata Rudi.
"Hmmm... tapi aku penasaran nih... emangnya mau bikin apaan sih sampai bikin2 kaus segala ? Mau jualan ya ?" tanya Raisa lagi, dengan tingkat penasaran yang sudah sangat tinggi.
"Ceritanya panjang, Raissica. Nanti suatu saat akan kita ceritakan." kata Ari.
"Nggak mau... maunya sekarang... atau mau saya ceritain soal hubungan spesialnya ?"
"Ah, ngancemnya gitu lagi gitu lagi! Bosen lah..."
"Nggak kok kali ini. Gw cuma bercanda doang. Tapi sebenarnya ada apaan sih ?"
"Apa mau kita ceritain aja, Ri ?" tanya Rudi, yang sudah menangkap rasa penasaran Jessica.
"Yah, dengan sangat terpaksa. Mau nggak mau. Habis dia sudah ada di sini sih..." kata Ari.
"Ya sudah. Oke, kita ceritakan. Tapi jangan bilang siapa2 dulu ya..." kata Rudi.
"Beres. Bisa diatur. Pokoknya kalau sudah berurusan dengan Raissica Jung, semuanya bisa diatur. Asalkan... ada imbalannya..." kata Raisa, sambil sedikit bermain mata dengan Rudi.
"Itu sih gampang, tenang aja... gw jamin!"
"Bener ya ? Awas kalau bohong..."
"Tenang. Kecil itu mah... cetek buat kita mah... udah, sekarang kita cerita aja... terus, yang mau cerita duluan siapa ?" tanya Rudi sambil melihat ke arah Ari.
"Ya, kamu duluan... yang punya ide duluan kan, kamu..." kata Ari.
"Oh, iya ya... hehehehehe... oke deh. Gw yang cerita duluan. Jadi gini ceritanya, Raissica Jung... Beberapa hari yang lalu, gw ketemu sama Ari di rumah. Dia nganterin tiket konser Girls Generation ke rumah gw. Pas itu, di TV lagi ada pertandingan Manchester City. Kebetulan, ada yang cetak gol, dan para fans-nya ngerayain sambil balik belakang, rangkulan, dan loncat2an. Gw jadi punya ide sama si Ari untuk bikin gerakan yang seperti itu saat konser Girls Generation nanti. Nah, biar nggak dianggap aneh sama Sone2 yang lain, si Ari nyumbang ide buat bikin kaus khusus untuk itu. Kebetulan kan dia punya temen punya usaha konveksi, jadi dia bisa bikin kausnya. Cuma, saat kita ngobrol2 itu, kita belum kepikiran soal desain kausnya... sampai lu tadi buka CD The Boys itu. Si Ari lihat bagian depan CD-nya, gw lihat bagian belakangnya. Akhirnya, kita jadi punya ide untuk bikin desain kaus terinspirasi dari CD The Boys yang lu pegang itu. Gitu ceritanya."
"Oh, gitu ceritanya, Rud... ide lu keren juga... tapi, apa nggak repot bikin gambar bajunya ? Lu lihat aja sendiri gambar covernya The Boys serumit ini..." kata Raisa.
"Untuk soal itu sih gampang. Kebetulan untuk detail gambarnya, temen gw yang punya usaha konveksi itu bisa atur. Dia bisa bikin versi yang jelasnya. Paling hanya diperbesar beberapa kali, terus diperjelas, habis itu tinggal dipasang ke bajunya. Dia udah sering ngurusin yang seperti itu, jadi tenang aja." kata Ari.
"Tapi gw sempat mikir seperti itu lho... kelemahannya kalau desain kaus ini ya gambarnya rumit. Tapi lu yakin temen lu bisa urus ? Soalnya ini desainnya lumayan bagus lho... sayang kalau gagal..." kata Rudi.
"Yah, mudah2an... tapi sejauh ini, gw lihat dia bisa kok. Yah, kita berharap saja yang terbaik. Soalnya saya juga belum bisa bayangin seperti apa nanti kausnya kalau sudah jadi."
"Baguslah kalau begitu. Sekarang kan desainnya sudah ketemu, terus kapan ketemu temen kamu itu ?"
"Secepatnya. Nanti aku bicarain desainnya sama dia. Mungkin besok atau lusa."
"Kita harus cepat ngerjain kausnya. Bulan Desember semakin dekat."
"Tenang aja. Gw udah atur waktunya kok. Mudah2an semuanya sesuai rencana."
"Good. Gw tunggu kabar berikutnya. Oh ya, Raisa... kamu nggak buka tuh CD-nya ?"
"Buat apa, Rud ?" tanya Raisa.
"Katanya tadi lu mau cek apakah kamu dapat fotonya Jessica... udah, buka aja..." kata Rudi.
"Ya, buka CD-nya. Siapa tahu beneran kamu dapat fotonya..." kata Ari.
"Oh, iya. Aku lupa. Kalian tahu aja apa maunya gw. Gw aja hampir lupa. Duh, mudah2an ini fotonya Jessica... please..." kata Raisa berharap-harap.

Raisa lalu dengan perlahan membuka tin case CD The Boys itu. Di dalamnya terdapat sebuah amplop yang berisi lembaran informasi dan lirik lagunya. Biasanya, photocard personil ada di balik amplop ini, diletakkan setelah piringan CD-nya. Raisa lalu mengambil amplop itu dan lalu menaruhnya di penutup tin case-nya yang terletak di samping CD-nya. Ternyata benar, di balik amplop itu terdapat sebuah photocard. Namun, photocard yang muncul itu adalah photocard Girls Generation. Raisa tahu, kalau photocard personilnya ada di balik photocard kelompoknya, sehingga ia menggeser dengan perlahan photocard itu hingga muncul sebuah photocard lain di baliknya. Dan inilah photocard personil yang ia dapat.
Melihat apa yang ia dapatkan, Raisa pun langsung heboh.

"AAAAAAHHHHHHH!!!!!!!! KEMBARAN GW!!!!!!!!!! SICA!!!!!!!!! GW DAPET PHOTOCARD-NYA SICA!!!!!!!!! AAAAAHHHHHHHHH!!!!!!! YEEESSSSSS!!!!!!!!" kata Raisa berteriak sambil mengangkat kedua tangannya, seperti seorang striker yang baru saja mencetak gol. Teriakannya sangat keras, membuat orang2 yang ada di kafe itu langsung tersentak. Rudi dan Ari pun langsung tepuk tangan. Tak lama, Raisa pun langsung seperti kesambet sesuatu, ia langsung berjoget-joget nggak karuan, dan sepertinya lama-kelamaan ia sudah hampir menyaingi Hyoyeon. (buat yang belum tahu, Hyoyeon itu main dancer-nya Girls Generation sekaligus dancing queen-nya Girls Generation.)
"Raissica... sepertinya kamu memang sudah jodoh sama kembaran kamu. Selamat..." kata Ari.
"Oh ya dong pastinya... gw dan Jessica sudah nggak bisa dipisahkan..." kata Raisa yang masih dalam suasana euforia yang meluap-luap.
"Yah, selamat deh kalau begitu..." kata Rudi.
"Baru pertama dapat CD-nya, langsung dapet foto bias-nya. Hole-in-one... kalau begini, nggak usah beli CD-nya lagi atau ngajak tuker orang lain lagi ya..." kata Ari.
"Nggak bakal! Akan kujaga selamanya!" kata Raisa.
"Bagus deh..." kata Rudi. "Mungkin kalau misalnya dia nggak dapat photocard-nya Jessica, bisa2 dia bakalan beli CD-nya lagi atau kalau nggak ngajak tukeran. Tahu sendiri kan dulu..."
"Ya... bahkan dulu sampai maksa lagi..." kata Ari.
"Gw tahu ceritanya karena kamu yang jadi korbannya."
"Yah, bisa dikatakan demikian. Gw ada di tempat yang salah sih waktu itu..."
"Out of luck. Kalau mau dibilang seperti itu istilahnya."
"Yah, seperti itulah."

Mereka lalu berhenti ngobrol sebentar. Keduanya hanya melihat Raisa yang masih keasyikan berjoget-joget dengan photocard Jessica di tangan kanannya. Beberapa anggota komunitas yang lain juga memandanginya dan bisa memaklumi kenapa Raisa melakukan itu. Lama-kelamaan, Raisa makin menjauh dari meja tempat Rudi dan Ari duduk, dan makin mendekat ke arah teman2nya yang lain. CD The Boys-nya masih tertinggal di meja mereka, teronggok begitu saja, tanpa ditutup kembali. Rudi dan Ari pun kemudian ngobrol lagi soal rencana mereka, setelah merasa bahwa mereka berdua bisa ngobrol lagi dengan aman seperti sebelum Raisa datang.

"Eh, gw jadi punya ide lagi deh." kata Rudi.
"Ide apa lagi nih ?" tanya Ari penasaran. "Perasaan beberapa hari ini kita jadi punya ide terus..."
"Memang sih, tapi hebat kan ?"
"Yah, beruntungnya ide2 kita kali ini lumayan keren sih... emangnya idenya kali ini apa ?"
"Gini, karena si Raisa sudah tahu soal rencana kita, gimana kalau nanti kita kasih kausnya buat dia, kalau sudah jadi. Setuju nggak lu ?"
"Cerdas... betul banget. Si Raisa kita kasih kaus itu... lumayan, sekalian buat jadi modelnya..."
"Bener banget. Secara kan dia juga minta imbalan tuh, karena kita minta dia untuk jaga rahasia soal rencana kita... nah, itu aja imbalannya buat dia... kaus itu... sekaligus kita minta dia jadi modelnya. Siapa tahu, dengan dia jadi modelnya, banyak orang yang tertarik dengan kaus ini..."
"Eh, tunggu dulu... kita jadinya mau bikin berapa kaus nih ? Aku nggak bisa bikin banyak2 lho..."
"Ya, itu buat nanti, setelah kita pulang dari konser itu. Kalau ada yang tertarik, tinggal suruh si Raisa aja yang pamerin bajunya... lumayan kan, kita bisa bisnis..."
"Bener juga ide lu... kita bisa jadiin kaus ini sebagai sarana bisnis untuk ke depannya... lumayan tuh buat tambahan kalau misalnya kaus ini laris..."
"Ya, ujungnya kan kita juga yang untung. Hehehehehehe..."
"Yoi... bener banget..."

Anggap saja masalah kausnya sekarang sudah selesai. Rudi dan Ari sudah mendapatkan desainnya, dan juga manfaat dari kaus ini setelah konser itu selesai. Sekarang hal yang harus dilakukan oleh Rudi dan Ari berikutnya adalah membawa desainnya ke pembuat pakaian. Dengan memanfaatkan teman Ari yang memiliki usaha konveksi, tentu saja ini bukanlah hal yang sulit bagi mereka. Tinggal bagaimana caranya untuk membuat desain kaus ini menjadi kenyataan, mengingat sebenarnya desain kausnya agak rumit, karena memakai cover depan dan cover belakang album The Boys sebagai gambarnya. Dalam waktu dekat, Rudi dan Ari akan mendatangi tempat konveksi yang dimiliki oleh temannya Ari itu. Di tempat itulah, nantinya desain kausnya akan dibuat, sekaligus juga prototype dari kaus tersebut. Jika prototype kaus itu berhasil, maka dipastikan Rudi dan Ari akan melakukan gerakan The Poznan dengan memakai kaus itu, karena nanti hasil prototype-nya hanya tinggal diperbanyak sesuai keperluan untuk membuat bentuk jadinya. Sekarang semuanya hanya tinggal bergantung pada pembuat pakaiannya saja.

Nah, itulah bagian kedua dari cerita ini. Satu per satu masalah sudah berhasil terpecahkan. Dengan waktu konser yang semakin mendekat, saatnya untuk Rudi dan Ari bergerak cepat untuk memastikan agar ide dan rencana mereka bisa terlaksana dengan baik. Cerita ini akan segera berlanjut ke bagian berikutnya, tunggu saja kelanjutannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar