Rabu, 27 Juli 2011

FANFICTION 7 ICONS (part 13b)

Remember, it's just a Fanfiction.
Sebelum masuk ke cerita ini, perlu diketahui kalau untuk part 13 dari cerita ini, ceritanya dibagi dua, yaitu part 13a dan part 13b. Part 13a sudah di-posting, dan kini adalah part 13b yang akan ditulis. Saya sebut part 13b ini sebagai "The Final" karena ceritanya adalah tentang perjuangan Adrian dan teman2nya di pertandingan final Liga Sepakbola Antar-Sekolah, sekaligus juga nanti saya juga akan bercerita tentang flashback-nya 7 Icons dan pertemuan antara 7 Icons dan Adrian untuk pertama kalinya, sejak beberapa bulan lalu (sebenarnya mereka sering ketemu, tapi mereka nggak ngobrol. Sekarang mereka akan ngobrol lagi, sekalian mereka baikan). Kenapa saya membagi dua cerita Fanfiction part 13 ini ? Ini karena ceritanya yang kelewat panjang. Untuk partai final, saya akan coba ceritakan sedetail mungkin, karena ini nanti juga ada beberapa kejadian penting yang akan terjadi di final ini nanti. Akan jadi panjang banget kalau ditulis dalam satu bagian. Akhirnya, tadi malam saya putuskan untuk membagi dua cerita ini, menjadi part 13a dan part 13b. Dalam bagian cerita ini, semua urusan Adrian akan beres, dan mulai bagian berikutnya (part 14), Adrian akan mulai berhadapan dengan masalah2 yang berhubungan dengan 7 Icons, dan proses untuk mengembalikan perform mereka kembali seperti dulu. Singkat cerita, mulai bagian berikutnya, semua masalahnya baru. Jadi ini adalah akhir dari semua masalah2 atau urusan Adrian yang ada saat ini. Maklum, ini kan partai penentuannya. Setelah pertandingan ini, semuanya akan berakhir. Tinggal bagaimana menceritakan akhirnya. Itulah yang akan panjang. Sekarang, kita akan langsung masuk ke cerita, secara detail, cerita ini akan terbagi menjadi tiga bagian, yaitu ketika persiapan menjelang final, kemudian cerita 7 Icons, dan bagian utama, yang akan menghiasi seluruh cerita ini, yaitu pertandingan final. Dari awal hingga akhir. Baiklah, kalau begitu kita langsung saja mulai ceritanya, sekaligus melanjutkan cerita yang ada sebelumnya.
Kita langsung fast forward ke hari Minggu. Hari pertandingannya. Sejak pagi, di SMA Cambridge persiapan untuk berangkat ke stadion sudah dimulai. Para siswa yang akan menonton memang sudah diberitahu, untuk datang jam 8 pagi ke sekolah untuk berkumpul dulu, untuk didata, dan untuk konsolidasi sebelum berangkat ke stadion tempat partai final digelar. Di sekolah semuanya sudah disiapkan, mulai dari spanduk, bendera, terompet, vuvuzela, klakson, syal, topi, hingga kaus yang akan dipakai oleh para penonton untuk menyaksikan pertandingan ini. Berdasarkan info yang sudah ada sebelumnya, para penonton akan mendapatkan kaus, kaus ini adalah kaus yang sama dengan kaus yang akan dipakai oleh para pemain para pertandingan nanti. Jadi akhirnya, harapan para siswa-siswi SMA Cambridge kesampaian juga. Tapi ada bedanya. Di bagian belakang kausnya tidak ada nama apa2. Hanya tulisan "CAMBRIDGE" yang terpampang di bagian bawah kaus, mengikuti kaus pemainnya. Tidak ada nama, tidak ada nomor punggung. Kaus-kaus itu sudah disiapkan, baru datang dari Inggris malam sebelum pertandingan final ini. Jumlahnya ada ratusan, dan bahkan masih banyak lagi yang akan datang, mengingat yang nanti akan mendukung SMA Cambridge di partai final nanti cukup banyak. Nah, nanti, ketika semua sudah didata, para penonton akan mendapatkan kaus, syal, dan bendera yang nantinya akan dikibarkan saat pertandingan berlangsung. Soal terompet, klakson, vuvuzela, dan alat2 lainnya, itu semua jumlahnya terbatas dan hanya diambil kalau memangnya penontonnya mau. Saat itu, jam sudah menunjukkan pukul 08:30 pagi, dan semakin banyak siswa-siswi SMA Cambridge yang datang ke sekolah untuk mendaftar sebagai penonton untuk pertandingan final ini. Batas akhir pendaftaran penonton ini adalah tepat jam 12 siang. Setelah jam 12 siang, semua penonton akan diberangkatkan ke stadion, di mana nanti tiket masuknya akan dibagikan. Pertandingan final ini akan dimulai jam dua siang, dengan didahului oleh upacara penutupan Liga Sepakbola Antar-Sekolah. Setelah upacara penutupan, langsung dilanjutkan dengan pertandingannya.
Di tempat lain, Adrian sudah siap untuk pergi ke sekolah. Kebetulan, juga ada pengumuman untuk para pemain untuk berkumpul dulu di sekolah sebelum berangkat dengan bus khusus menuju ke stadion. Adrian memakai polo shirt dan celana jeans. Ia juga membawa tas besarnya, dan sebuah tas pinggang untuk menyimpan handphone, dompet, dan perlengkapan lainnya. Ia memakai sepatu sport Adidas yang dulu ia beli ketika ia sedang jalan2 di mall. Warna sepatunya putih dengan garis hitam. Ia juga memakai topi Liverpool kesayangannya. Ia lalu menuruni tangga dan kemudian berjalan menuju pintu rumahnya. Di luar, ia mendapati kalau mobil ayahnya, sebuah Mercedes Benz kuno peninggalan jaman Bung Karno, sudah tidak ada di carport. Itu berarti, ayahnya sudah pergi ke kantor. (nanti saya akan ceritakan kenapa ayahnya Adrian memilih memakai mobil kuno sebagai mobil dinasnya) Adrian pun tidak memikirkannya. Ia langsung pergi meninggalkan rumahnya dan berjalan seperti biasa menuju jalan utama, dimana ia akan naik taksi ke sekolah.
Sampai di sekolah, ternyata kondisinya sudah ramai. Semua murid2 SMA Cambridge telah berkumpul dan telah memakai kostum dan aksesoris untuk menonton final nanti. Mereka semua langsung menyambut Adrian dengan meriah ketika ia datang. Adrian hanya bisa melambaikan tangan sambil melangkah menuju ke dalam gedung sekolah, dimana teman2nya yang lain sudah berkumpul.
Semua teman2 Adrian berkumpul di sebuah ruangan di belakang sekolah. Mereka sudah janjian pada mau bertemu di sana. Ketemuan ini sih, yah, buat merilekskan suasana sebelum partai final. Sekalian juga untuk menunggu teman2 yang lain dan juga pelatih mereka yang sedang dalam perjalanan. Semuanya pada nongkrong, dan ngobrol2... mereka membicarakan banyak hal, tapi membicarakan soal final. Yah, seperti biasa, pelajaran, cewek, makan siang, dan banyak lagi yang lainnya. Semuanya santai, dibuat rileks lah... biar nggak tegang saat pertandingan final nanti. Ketika mereka sedang ngobrol2, Adrian datang dan langsung disambut oleh teman2nya. Adrian pun kemudian larut dalam pembicaraan dengan teman2nya. Setelah Adrian datang, pemain yang lain berdatangan. Mereka juga sama, ngobrol2 juga... mereka semua ngobrol hingga kemudian ada seorang cowok memakai kostum SMA Cambridge mendatangi para pemain yang lagi nongkrong itu, dan memberitahukan kalau para pelatih sudah datang dan bus tim sudah tiba di sekolah. Mendengar itu, para pemain, termasuk Adrian, langsung keluar dari ruangan itu dan pergi ke lobby sekolah, dimana para pelatih sudah menunggu mereka. Coach Johan memakai jas hitam, kemeja putih, celana hitam, kaus kaki hitam, dan sepatu hitam. Ia membawa banyak map dan sebuah tas jinjing. Para pelatih yang lain banyak yang memakai polo shirt tim, atau jaket tim. Ada juga beberapa pemain lain yang sudah menunggu di lobby bersama dengan para pelatih. Setelah semua pemain berkumpul, Coach Johan memberitahukan soal susunan acara untuk pertandingan ini. Para pemain akan berangkat ke stadion jam 11:30. Kemudian tiba di stadion jam 12:00, lalu melakukan latihan dan percobaan lapangan selama 90 menit hingga pukul 13:30 siang. Setelah itu, lapangan akan dipersiapkan untuk upacara penutupan. Lalu dari jam 14:00 hingga 15:00 adalah upacara penutupan. 30 menit terakhir upacara penutupan, semua pemain sudah harus siap dengan kostum tanding dan jaket, karena setelah upacara penutupan berakhir, akan langsung dilanjutkan dengan pertandingan final. Tepat setelah upacara penutupan selesai, pemain masuk ke lapangan. Setelah itu, jam 15:15, setelah seremonial sejenak, pertandingan dimulai. Kurang lebih pertandingan berlangsung hingga jam 17:45, jika dalam waktu normal, tapi bisa saja berakhir hingga pukul 18:15 atau bahkan 18:30, jika harus berakhir lewat perpanjangan waktu atau adu penalti. Saat itu, jam menunjukkan pukul 11:00, artinya masih ada 30 menit untuk bersiap-siap, sambil menunggu beberapa pemain lain yang belum datang.
Sementara itu, di tempat lain... (kita akan masuk ke sub-plot dari cerita ini)
Anak2 7 Icons berkunjung ke rumahnya Linzy. Mereka semua sudah janjian untuk belajar bersama. Kebetulan, besok ada banyak PR yang menumpuk, jadi mereka pada niat untuk mengerjakannya bersama-sama. Ini sudah jadi kebiasaan anak2 7 Icons. Kalau misalnya mereka ada PR, mereka mengerjakannya bareng2, biar bisa sekalian main... biasanya mereka akan datang ke rumah salah satu dari mereka, sudah diatur berdasarkan giliran yang mereka ambil sebelum semester pelajaran dimulai, dan mereka akan belajar bersama. Kalau nggak ada PR, berarti mereka hanya akan datang untuk bermain. Hari itu, adalah giliran Linzy yang menjadi tuan rumah. Linzy sendiri yang langsung menyambut mereka ketika mereka datang. Saat itu, orangtua Linzy sedang pergi keluar. Anak2 7 Icons pun langsung masuk ke kamar Linzy dan memulai belajar bersama. Sama sekali mereka belum ada niat untuk menonton pertandingan final. Padahal, anak2 yang lain pada pergi menonton final... dan mereka sudah berkumpul di sekolah sekarang...
Kembali lagi ke sekolah. Jam sudah menunjukkan pukul 11:25, berarti saatnya untuk para pemain untuk berangkat duluan ke stadion. Mereka pun keluar dari gedung sekolah dan bersiap memasuki bus tim yang sudah menunggu mereka. Busnya tidak terlalu besar, tapi cukup untuk menampung semua anggota tim, mulai dari pemain, pelatih, ofisial, dan kru pelengkap lainnya. Para siswa-siswi SMA Cambridge langsung melepas mereka dengan penuh kemeriahan, ketika para pemain masuk ke dalam bus yang akan membawa mereka ke stadion. Tak lama, setelah semua pemain masuk, bus pun langsung berjalan meninggalkan SMA Cambridge diiringi oleh nyanyian dan teriakan yang meriah dari para fans. Kini, tinggal menunggu bus yang akan membawa para fans untuk pergi ke stadion. Di SMA 6, keadaannya juga sama. Malah, SMA 6 sudah berangkat lebih dulu ke stadion, untuk menghindari kemacetan. Para fans juga kini sedang menunggu bus yang akan membawa mereka ke stadion. Kalau di SMA 6, rencananya, bus akan datang 15 menit lebih cepat daripada SMA Cambridge, dengan alasan yang sama, untuk menghindari kemacetan.
Di bus, para pemain SMA Cambridge tetap terlihat santai... mereka mendengarkan musik, ngobrol2, main PSP, tidur, atau bahkan SMSan dengan teman2nya yang lain. Ada juga yang menelepon temannya, ada juga yang main kartu di kursi belakang, ada yang baca2 buku... banyak deh yang dilakukan... semuanya dilakukan oleh para pemain untuk menghilangkan rasa tegang menjelang partai final nanti. Pesan Coach Johan, biar nggak terlalu tegang, mendingan lakukan hal2 yang jauh dari pertandingan bola, dan kalau bisa, banyaklah ngobrol dengan teman2 agar masalah final nggak terlalu jadi beban pikiran. Sejauh ini, semuanya berhasil dilakukan dengan baik oleh para pemain. Coach Johan sendiri, malah sibuk bermain2 dengan iPad barunya. Dia main Angry Birds (bener nggak ada Angry Birds untuk iPad ?) dan ia sangat serius memainkannya.
Di SMA Cambridge, sekitar jam 11:45, datanglah rombongan bus yang akan membawa para fans ke stadion. Ada empat bus besar yang akan membawa mereka, dan katanya masih akan ada empat bus lagi yang akan datang ke tempat ini untuk mengantar para fans ke stadion. Setelah semua bus berhenti, semua fans langsung naik ke bus, diawali dari bus pertama, kemudian bus kedua, bus ketiga, dan seterusnya. Semuanya diisi satu per satu hingga penuh. Setelah semuanya penuh, bus-bus ini langsung berangkat ke stadion, dan tak lama kemudian, datanglah empat bus lain yang juga mengemban tugas yang sama. Prosesnya juga sama. Setelah busnya berhenti, para fans mulai mengisi bus itu, mulai dari bus pertama hingga seterusnya, setelah semuanya terangkut, langsung berangkat. Ada juga beberapa fans yang membawa mobil, dan mereka juga ikut berangkat mengikuti bus2 ini pergi ke stadion. Ada puluhan mobil yang ikut di balik bus2 ini, dan yang ada di dalam mobil itu antara empat hingga delapan orang, tergantung jenis mobilnya. Malah ada yang membawa mobil pick-up, dan ada 20 orang didalamnya, berdesak2an, tapi mereka tetap senang. Ada juga yang bawa motor, ada yang naik taksi, ada yang carter angkot, semua upaya dilakukan para fans SMA Cambridge untuk datang ke stadion demi mendukung tim kesayangannya pada final pertama mereka.
Tepat jam 12:00, bus SMA Cambridge tiba di stadion. Semua pemain lalu keluar dari bus, dan langsung disambut oleh ketua panitia Liga Sepakbola Antar-Sekolah. Kemudian mereka diantar menuju ke ruang ganti mereka, yang berukuran sangat besar, dengan dua daun pintu di depannya, full AC, dan setiap pemain mendapat loker yang sama lebarnya. Para pemain lalu masuk dan langsung bersiap-siap untuk memulai latihan terakhir menjelang pertandingan. Selang 15 menit kemudian, SMA 6 tiba di stadion. Perlakuannya juga sama, mereka disambut oleh ketua panitia, dan lalu diantar ke ruang ganti yang ternyata berada di sebelah ruang ganti SMA Cambridge. Para pemain SMA Cambridge bahkan bisa mendengar suara2 para pemain lawan mereka dengan jelas... begitupun juga dengan para pemain SMA 6. Mereka juga bisa mendengar suara2 dari para pemain SMA Cambridge, meskipun tidak terlalu jelas. Tapi itu tidak mereka pikirkan. Mereka langsung berganti pakaian dan bersiap untuk latihan.
Situasi di stadion masih sangat sepi ketika para pemain SMA Cambridge memulai latihan. Akan tetapi semuanya sudah siap. Ada karpet merah di lorong masuk lapangan, bench sudah ditandai, meja panitia sudah diberi taplak dan disterilkan, tribun sudah dibersihkan, rumput sudah dipotong dan ditandai, catnya masih baru, gawang juga baru saja dicat, dan jaringnya diikat dengan sangat ketat, juga disterilkan, dan di tribun VVIP dan VIP, semuanya sudah dibersihkan, meja2nya diberi taplak, dan juga disterilkan. Tempat untuk menaruh trofi di tengah karpet merah juga sudah disiapkan, diberi taplak dan pita, disterilkan. Royal Box juga sudah disterilkan, itu akan menjadi tempat Gubernur memberikan trofi untuk juara kompetisi ini. Tangga menuju Royal Box juga sudah diberi karpet merah. Ruang media juga sudah siap, ruangan itu juga sudah disterilkan. Seluruh stadion sudah disterilkan, untuk mencegah hal2 yang tak diinginkan. Hanya pihak berkepentingan saja yang boleh masuk lebih jauh hingga ke lapangan, termasuk para pemain. Para pemain SMA Cambridge memakai baju latihan berwarna putih, dengan strip merah, dan celana hitam. Mereka semua berlatih santai... pemanasan selama 20 menit, kemudian memulai latihan fisik, lalu latihan dengan bola, dan sebagainya. Coach Johan mengawasi dari pinggir lapangan, dan pelatih2 lain yang memantau lebih dekat. Selang beberapa menit setelah SMA Cambridge memulai latihannya, SMA 6 masuk ke lapangan dan memulai latihan mereka. Mereka semua memakai kostum latihan berwarna putih dengan celana putih. Di pinggir lapangan, tepatnya di lapangan atletik, tim cheerleaders SMA 6 juga sudah mulai berlatih untuk persiapan mereka memberi dukungan untuk pertandingan nanti. Sama halnya SMA Cambridge, para pemain SMA 6 juga berlatih dengan santai, namun serius. Mereka langsung menggenjot diri dengan latihan fisik, dan adaptasi lapangan. Lapangannya baru dipotong, jadi adaptasi harus langsung dilakukan, meskipun stadionnya sama seperti yang dulu dipakai untuk partai semifinal. Ini untuk memastikan semuanya berjalan baik2 saja.
Di luar stadion, para fans sudah mulai berdatangan, baik dari SMA Cambridge ataupun SMA 6. Seperti yang tadi saya sampaikan di awal, mereka baru akan mendapatkan tiket ketika mereka sudah tiba di stadion. Kini, pembagian tiket sedang dilakukan di dalam bus. Setelah mendapatkan tiket, barulah fans boleh keluar dari bus dan langsung menuju pintu masuk tribun stadion untuk menyerahkan tiketnya. Ada aturannya disini. Sesudah menerima tiket, para fans yang berada di bus pertama boleh keluar duluan. Setelah semua fans masuk ke dalam tribun, barulah fans yang ada di bus kedua keluar. Begitu seterusnya. Jadi, meskipun sudah pegang tiket tapi orang2 yang ada di bus ketiga tidak bisa langsung keluar. Mereka harus menunggu fans yang ada di bus kedua keluar dan masuk ke tribun dulu baru boleh keluar. Bagaimana untuk fans yang naik mobil pribadi, motor, angkot, dan lain sebagainya ? Aturannya sama. Terima tiket dulu, tapi harus menunggu hingga semua fans yang naik bus keluar dan masuk tribun dulu... panitia memprioritaskan para fans yang berangkat ke stadion dengan menggunakan bus terlebih dahulu. Sisanya, aturannya sama.
Memasuki jam 13:00 siang, para penonton sudah mulai memenuhi stadion tempat berlangsungnya partai final. Para fans dari SMA Cambridge dan SMA 6 sudah berada di tribun masing2, tapi ada juga yang belum berada di tribun. Mereka masih sibuk memasang spanduk untuk memberi dukungan kepada tim jagoan mereka. Aturan soal spanduk, spanduk boleh dipasang, di semua area, kecuali di Royal Box, tribun VVIP/VIP, dan tempat tribun umum (tribun yang disediakan untuk masyarakat umum, kalau ini, harus beli tiket dulu baru masuk tribun), dan spanduk yang boleh dipasang tidak boleh menyinggung tim lain, membawa pesan yang bernada keras, atau menyinggung golongan tertentu. Spanduk yang berisi kampanye terselubung juga terlarang untuk dipasang, kecuali apabila kampanye tersebut berhubungan dengan tema2 tertentu, seperti lingkungan dan olahraga. Selain dari itu, spanduk diperbolehkan untuk dipasang, dan panitia tidak memiliki hak apapun untuk mencabut atau memindahkannya. Namun, ada tanggung jawab yang harus dipegang oleh pemasang spanduk. Spanduk harus dilepas sesudah pertandingan selesai. Seperti itulah aturannya. Sekarang, para fans dari masing2 tim sedang memasang spanduk. Untuk memasang spanduk, diperlukan tenaga minimal tiga hingga empat orang. Itupun harus diawasi oleh seorang koordinator dari perwakilan fans. Itu juga salah satu aturannya. Di lapangan, para pemain masih berlatih, baik dari SMA Cambridge, ataupun SMA 6. Para penonton tidak henti2nya memberikan semangat kepada mereka.
Jam di menara stadion menunjukkan pukul 13:30 siang, artinya sesi latihan telah selesai. Kini saatnya untuk mempersiapkan lapangan untuk upacara penutupan, dan para pemain kembali ke ruang ganti mereka masing2, untuk mempersiapkan diri menjelang pertandingan yang sesungguhnya. Mereka akan beristirahat selama setengah jam, sebelum kemudian mulai berganti kostum dan siap untuk bertanding. Di stadion, penonton sudah semakin ramai. Stadion kini mulai penuh oleh para penonton. Semua kalangan menyaksikan, mulai dari anak kecil, remaja, hingga kakek dan nenek. Semuanya antusias menyaksikan pertandingan ini. Di beberapa bagian tribun bahkan ada beberapa kelompok suporter bergabung. Ada JakMania, Bonek, Viking, para Bobotoh, Pasoepati, Aremania, MaczMan, Spartacks, PersipuraMania, Ngalamania, Pusamania, Mitramania, Smex, LA Mania, Boromania, NJ Mania, Boraholic, Royal Guards... belum lagi ada juga... Liverpudlian, Mancunian, Gooners, True Blue, Citizens, Yids, Brummies, Mackems, Evertonian, Villans, Milanisti, Internisti, Juventini, Napoletano, Parmagiani, Laziale, Barcelonistas, Madridistas, Amsterdamers, Toon Army, dan banyak lagi yang lainnya... (kalau nggak disebut jangan marah) semuanya berbaur dalam satu tribun menyaksikan pertandingan ini... mereka membawa massa yang banyak, dengan segala aksesorisnya, dan mereka semua bersatu untuk menonton pertandingan ini... tanpa ada permusuhan, tanpa membawa rivalitas, dan semuanya saling menghargai satu sama lain. Semuanya membawa raut wajah yang senang dan bahagia... karena mereka bisa nonton bola lagi dan bertemu dengan sahabat2 mereka.
Jam 14:00, lapangan sudah ditutupi oleh sebuah kain besar berwarna putih, dan para penonton sudah memenuhi stadion... stadion sudah terisi penuh sekarang. Kini, semua sudah siap untuk pelaksanaan upacara penutupan Liga Sepakbola Antar-Sekolah. Sementara itu, di ruang ganti, semua pemain dari kedua tim, sudah bersiap untuk mengenakan kostum yang akan mereka pakai untuk partai final nanti. SMA Cambridge akan memakai kaus merah, celana merah, dan kaus kaki merah. Sedangkan SMA 6 akan memakai kaus berwarna putih, celana putih, dan kaus kaki putih. Sama halnya SMA Cambridge, SMA 6 juga mengenakan kostum khusus untuk partai final ini, dengan logo khusus dan final patch di bagian depan kostum. Bagaimana dengan kondisi di lapangan ? Sekarang upacara penutupan sudah dimulai, dengan tari2an dari berbagai daerah di Indonesia dan parade budaya yang menghadirkan lagu2 daerah dari seluruh Indonesia. Setelah parade budaya itu, muncullah acara berikutnya, yaitu atraksi barongsai, liong, dan seni bela diri khas Tiongkok yang diadu dengan seni bela diri khas Indonesia. Setelah itu, ada beberapa tarian kontemporer, yang bertemakan tentang sepakbola, persahabatan, persaudaraan, dan persatuan. Dalam tari2an ini, dimunculkan bendera2 para peserta Liga Sepakbola Antar-Sekolah, sekaligus menggambarkan perjalanan kedua tim yang kini akan bertanding menuju final. Ini adalah bagian akhir dari upacara penutupan. Di lorong masuk ke lapangan, para pemain dari kedua tim sudah bersiap, dengan kostum mereka masing2. SMA Cambridge memakai kaus merah, celana merah, dan kaus kaki merah, dan mengenakan jaket tim, sementara SMA 6 memakai kaus berwarna putih, celana putih, dan kaus kaki putih. Juga memakai jaket yang berwarna putih. Para ofisial pertandingan memakai kostum serba hitam. Adrian sudah siap, bersama juga dengan Rizky, Andi, dan Rico. Mereka berbaris berurutan setelah kiper, kecuali Rico, yang menjadi kapten tim, dan harus berdiri paling depan. Ada yang spesial dengan Adrian, dimana kali ini ia tidak memakai sepatu Nike Mercurial Vapor Superfly III-nya, tapi kini ia memakai sepatu baru. Nike Tiempo Legend IV. Ini hasil tukeran dengan temannya, yang ingin memakai sepatu Mercurial Vapor itu untuk tanding bola di tempat lain. Sama sih, sepatunya sepatu pinjaman, hanya saja, sepatu ini lebih bagus. Adrian malah menyukainya karena lebih enak dipakai. Bahkan sepanjang latihan tadi, Adrian tidak henti2nya memuji sepatu ini, karena selain enak dipakai, enak juga untuk dipakai melakukan tendangan jarak jauh... sepertinya Adrian mendapatkan sepatu pengganti yang bagus.
Di lapangan, upacara penutupan telah selesai. Para pemain beserta ofisial pertandingan langsung keluar dari lorong menuju ke lapangan. Di depan mereka, mereka langsung disambut dengan trofi Liga Sepakbola Antar-Sekolah, yang tiba2 muncul dari bagian bawah meja trofi. Mereka lalu melewatinya, dan wasit menerima sebuah bola dari seorang anak kecil yang sudah standby di dekat lapangan. Mereka berjalan di atas karpet merah, dan mengikuti arahnya. Perlu diketahui, menjelang lapangan, karpet merah ini dibuat bentuk pertigaan yang menyebar ke depan. Ini sengaja dilakukan untuk menjadi akses jalan Gubernur dan Wakil Gubernur yang nantinya juga akan melewati karpet merah ini. Arah jalannya dari sebelah kanan, masuk ke lapangan, lalu berjalan lurus melewati para pemain dan ofisial pertandingan, kemudian kembali melalui sebelah kiri sisi karpet merah, dan kembali ke Royal Box. Tempat trofi itu yang memisahkan karpet merah tersebut. Para pemain berjalan melalui sisi kiri dan sisi kanan karpet merah. SMA Cambridge berada di sisi kiri, dan SMA 6 berada di sisi kanan. Mereka lalu berjalan mengikuti arah karpet merah di sisi mereka masing2. Nah, seperti itu pengaturannya. Ketika para pemain keluar, sambutan dari para penonton sangat luar biasa. Para fans SMA Cambridge mengibarkan bendera, sedangkan fans SMA 6 membentangkan syal yang sudah mereka siapkan sebelumnya. Tidak hanya itu, iringan bunyi terompet, klakson, dan vuvuzela makin menambah seru suasana. Semua pemain lalu berbaris di belakang karpet merah, dan kemudian datanglah seorang peniup terompet dan sebuah kelompok paduan suara, peniup terompetnya sudah tua, ia memakai topi Ascot, jas coklat terang, kemeja kotak2, celana jeans, dan sepatu pantofel coklat terang. Semua penonton langsung diam ketika diumumkan bahwa lagu kebangsaan Indonesia Raya akan segera dikumandangkan. Lalu datanglah seorang pria lain, yang membawa mikropon untuk peniup terompet itu. Tugasnya, ia harus memegangi mikropon tersebut sehingga suara terompetnya bisa terdengar. Setelah semuanya sudah siap, ia mulai memainkan terompetnya, dan paduan suara itu mulai bernyanyi. Tapi tidak hanya mereka yang bernyanyi. Seluruh stadion pun berdiri dan bernyanyi. Para fans SMA Cambridge membuka topinya dan mereka ikut bernyanyi. Cara untuk menyanyikan banyak. Ada yang sambil membentangkan syal, ada yang sambil membentangkan bendera, ada yang sambil menghayatinya, ada yang memegangi dadanya, hingga bernyanyi seperti fans yang sedang bernyanyi. Suara penonton sangat jelas dan keras, hingga suara paduan suaranya tak terdengar. Hanya terompetnya yang terdengar. Setelah lagu itu selesai dikumandangkan, semua penonton langsung berteriak sambil bertepuk tangan. Terompet, klakson, vuvuzela semuanya dibunyikan... bendera dikibarkan, syal diputar2kan... confetti dan pita dilepaskan... semuanya sangat meriah. Setelah lagu kebangsaan, Gubernur dan Wakil Gubernur, yang sudah tiba sejak upacara penutupan nanti, berdiri dari Royal Box dan berjalan memasuki lapangan. Keduanya lalu menyalami para pemain (dan pelatih, mereka berbaris di samping pemain mereka, di awal dan akhir barisan) yang akan bertanding pada hari ini. Kapten tim bertugas untuk memperkenalkan para pemain pada Gubernur dan Wakil Gubernur. Setelah bersalaman dengan semua pemain dan pelatih, Gubernur dan Wakil Gubernur berfoto bersama dengan para pemain. Sesudah foto bersama, Gubernur dan Wakil Gubernur meninggalkan lapangan dan kembali ke Royal Box. Setelah itu, para pemain dari kedua tim saling bersalaman. Tak lupa mereka juga bersalaman dengan ofisial pertandingan. Sesudah acara salam2an, karpet merah yang ada di lapangan langsung dibereskan dan trofi kejuaraan dibawa ke Royal Box, dan diletakkan dalam sebuah tempat khusus, yang berada di antara tempat Gubernur dan Wakil Gubernur duduk. Para pemain SMA Cambridge melepas jaketnya, dan lalu kedua tim kemudian berfoto bersama, dihadapan para fotografer dari media cetak maupun elektronik. Setelah itu, Rico selaku kapten dari SMA Cambridge dan Yudhi Pradana selaku kapten dari SMA 6, menghadap ofisial pertandingan untuk melakukan coin toss. Wasit yang memimpin jalannya pertandingan adalah Wahyu Sigit Pratomo, asisten wasit 1 Joko Wardhana, asisten wasit 2 Muhammad Idris dan sebagai wasit cadangan, Edi Soebandrio. Sebelum coin toss, kedua kapten tim bersalaman, dan bertukar vandel. Setelah itu, wasit memulai tugasnya. Ia mengeluarkan sebuah koin, koin khusus, dengan gambar kepala Ratu Elizabeth II di sisi depannya serta gambar kepala William dan Kate di bagian belakangnya. Ia lalu menawarkannya pada kapten SMA 6. Sementara itu di belakang, kedua kiper dari kedua kesebelasan sedang melakukan tes terhadap bola yang akan dipakai untuk final ini. Bolanya tetap sama, Nike T90 Tracer Doma berwarna biru.
Wasit: Ini saya punya koin disini. Mau Ratu atau Pangeran ? (sambil menawarkan koinnya)
Yudhi: Ratu. (sambil menunjuk sisi koinnya)
Wasit: Berarti Anda Pangeran ya... (sambil memperlihatkan sisinya pada Rico)
Wasit lalu melempar koin itu ke langit, dan membiarkannya jatuh ke tanah. Ternyata, gambar William dan Kate yang muncul ke atas. SMA Cambridge menang, mereka boleh memilih tempat.
Wasit: Ternyata Pangeran. (sambil mengambil koinnya). Mau main di sisi kanan saya atau tukar tempat ?
Rico lalu melihat kondisi cuaca, dan ia lalu membuat keputusan.
Rico: Tukar tempat.
Wasit: Tukar tempat ? Baiklah. Kalau begitu, tim kamu yang pegang bolanya, dan SMA Cambridge akan kick-off untuk babak kedua. (sambil menunjuk ke arah Yudhi, dan memberi kode bola)
Yudhi pun mengangguk. Wasit lalu memberitahukan peraturan permainannya.
Wasit: Baiklah, sekarang kita masuk ke aturan permainannya. Ini pertandingan final, waktunya seperti biasa, 2x45 menit, kalau imbang lanjut ke perpanjangan waktu 2x15 menit, dan kalau masih tetap imbang, maka siapa yang jadi juara harus ditentukan lewat adu penalti. Junjung tinggi sportivitas, fair play, setiap pelanggaran akan ditindak, bisa dengan peringatan atau dengan kartu, serahkan semuanya pada wasit, dan hanya kapten tim yang boleh bicara pada wasit. Mudah2an kalian bisa menjaga emosi tim kalian, jika terjadi masalah di lapangan. Baiklah, itu saja, selamat bertanding.
Kedua kapten tim lalu bersalaman, dan lalu mereka berdua bersalaman dengan wasit dan para ofisial pertandingan lain. Setelah itu, kedua kapten kembali ke timnya masing2 dan wasit memberi isyarat untuk bertukar tempat. Kedua tim pun kemudian berpindah tempat. SMA Cambridge kini akan menyerang dari sisi kanan ke sisi kiri lapangan, dan SMA 6 akan menyerang dari sisi kiri ke sisi kanan lapangan. Di tengah lapangan, wasit dan asisten wasit saling bersalaman, dan kedua asisten wasit lalu berlari menuju gawang untuk memeriksa kondisi gawang. Wasit sendiri tetap berada di tengah lapangan dan menaruh bolanya di tempat kick-off. Kedua tim melakukan team huddle terlebih dulu sebelum memulai pertandingan, dan SMA 6 yang selesai melakukan team huddle-nya lebih dulu langsung mengambil posisi untuk melakukan kick-off. Selang beberapa saat kemudian, SMA Cambridge selesai melakukan team huddle dan bersiap pada posisi mereka. Wasit lalu berpindah posisi ke wilayah pertahanan SMA 6, dan mengecek kesiapan para pemain. Setelah semuanya siap, wasit pun menyetel jamnya, dan lalu meniup peluit dengan sangat keras. BABAK PERTAMA DIMULAI!!!!!!!
SMA 6 langsung memulai serangan setelah peluit dibunyikan. Hanya beberapa kali operan di daerah pertahanan sendiri, mereka kemudian langsung menyerang lewat sayap kanan. Saking cepatnya, para pemain SMA Cambridge jadi kalang kabut menghadapi mereka. Mereka belum siap. Akibatnya, secara tidak sengaja seorang pemain SMA Cambridge melanggar pemain SMA 6 dan berujung dengan tendangan bebas oleh wasit. Langsung sebuah peluang tercipta di detik2 pertama babak pertama. Penonton dari SMA 6 pun langsung bersemangat dan memberi dukungan yang meriah pada tim kesayangan mereka. Semua pemain SMA Cambridge berada di kotak penalti, dan ada tujuh pemain SMA 6 yang sudah siap di kotak penalti. Peluit pun dibunyikan, dan tendangan bebas pun dilakukan, bolanya melambung tinggi di atas kepala para pemain dan tiba2 ada seorang pemain SMA 6 yang menyundul bola tersebut, membuatnya berubah arah menuju gawang, dan masuk di bagian kiri atas gawang. Kiper SMA Cambridge pun tidak bisa menjangkau bola tersebut. GOAL!!!!!!!! SMA 6 unggul 1-0 atas SMA Cambridge, di detik ke-35 babak pertama. Para pemain SMA 6 pun langsung merayakannya dengan berlari ke pinggir lapangan, dan berpelukan satu sama lain. Para penonton SMA 6 pun bersorak mengetahui tim kesayangannya mencetak gol. Mereka langsung membunyikan terompet, klakson, vuvuzela, dan memutar2kan syal. Sementara itu para fans SMA Cambridge hanya terdiam saja dan kaget mengetahui tim mereka sudah kebobolan, belum lagi satu menit pertandingan berjalan. Para pemain pun juga kaget. Tapi kemudian Rico langsung menyemangati mereka dan meminta mereka untuk tidak putus asa duluan, karena pertandingan baru berlangsung satu menit. Semua pemain kemudian bersiap untuk memulai kembali pertandingan.
Pertandingan dimulai kembali, dan kali ini SMA Cambridge yang mengambil alih kendali permainan. Mereka pun mulai memainkan gaya permainan mereka, pass and move dan tiki-taka, dengan Adrian dan Rico sebagai pengendali tempo permainan dan penyalur aliran bola. Mereka memainkan bola dengan sangat tenang, seperti biasa, namun ketika sudah masuk ke daerah pertahanan SMA 6, aliran bola jadi kacau, karena dengan cepat para pemain SMA 6 langsung memotong bola dan membuang bola keluar. Ini membuat banyak sekali lemparan ke dalam yang dilakukan oleh pemain dari SMA Cambridge. Tapi bukan berarti mereka tak bisa membuat peluang. Di menit ke-23, Adrian membuat sebuah tendangan jarak jauh setelah menerima umpan dari Rico. Namun sayang masih melenceng. Di menit ke-28, Rizky mencoba untuk mencetak gol memanfaatkan kemelut di depan gawang, namun gagal setelah bolanya dibuang oleh bek SMA 6. Lalu di menit ke-31, Andi mencoba memanfaatkan sepak pojok untuk menyamakan kedudukan, namun ia kalah cepat dengan kiper yang dengan sigap menangkap bolanya. Di menit ke-35, Adrian mencoba lagi setelah menerima umpan satu-dua dari Rizky, namun... tembakannya hanya mengenai tiang gawang. Bola muntah langsung disambar oleh Andi, yang langsung menembak, namun sayangnya berhasil ditepis oleh kiper. Sepak pojok yang terjadi sesudahnya tak berhasil apa2. Bola justru dibuang jauh oleh para pemain lawan. Sadar karena mereka terus-menerus diserang oleh SMA Cambridge, SMA 6 hanya memanfaatkan serangan balik. Tapi jangan salah, serangan balik mereka cepat dan mematikan. Di menit ke-24, seorang pemain SMA 6 lolos dari jebakan offside dan hanya tinggal satu lawan satu dengan kiper setelah menerima umpan dari temannya. Tapi sayangnya bolanya terlalu deras sehingga berhasil diamankan kiper. Di menit ke-27, lagi2 ada pemain yang lolos dari jebakan offside, namun tendangannya lemah dan berhasil ditangkap kiper. Di menit ke-29, sebuah crossing dari pemain SMA 6 berhasil disundul dengan baik ke arah gawang, beruntung masih bisa ditepis dan memicu sepak pojok. Tapi sepak pojoknya gagal. Bola lambung hasil sepak pojok berhasil ditangkap dengan baik oleh kiper. Di menit ke-33, sebuah tembakan langsung dari jarak jauh hanya mengenai tiang gawang dan berhasil diamankan oleh pemain SMA Cambridge. Menit ke-37, aksi satu-dua pemain SMA 6 masih bisa diselamatkan oleh kiper tepat sebelum pemain itu menendang ke arah gawang. Bola lalu ditendang jauh ke depan, dan berhasil diterima oleh Rico yang mengopernya pada pemain lain. Namun pemain ini tak mampu menguasai bola dengan baik sehingga bisa dicuri oleh pemain SMA 6. Pemain ini langsung mengopernya jauh ke depan, di mana sudah ada temannya yang sudah standby, ia langsung berlari menggiring bola masuk ke daerah pertahanan SMA Cambridge, lalu mengopernya pada teman lainnya yang sudah berada di posisi bebas, tak terjangkau oleh lawan... ia lalu menggiring bolanya ke dalam kotak penalti, dan lalu ia mengopernya pada temannya yang lain, yang sudah berada di posisi bebas, dan langsung memasukkan bola ke dalam gawang, meskipun coba dihalangi oleh bek SMA Cambridge yang sudah out-paced... GOAL!!!!!!!! SMA 6 unggul 2-0 atas SMA Cambridge... di menit ke-39. Para pemain SMA 6 pun langsung merayakannya... kali ini dengan para penghuni bench yang langsung berlari ke pinggir lapangan. Para penonton pun juga semakin meriah... mereka seperti kesetanan, mereka berteriak, bertepuk tangan, tiup terompet, mengibarkan bendera, dan banyak lagi... mereka sudah gila! Cheerleaders mereka juga melompat-lompat kegirangan menyambut gol tersebut. Sementara, para pemain SMA Cambridge harus kecewa sekali lagi gara2 mereka kebobolan untuk kedua kalinya. Sepertinya, mereka benar2 akan dihabisi di partai final kali ini. Adrian hanya bisa mengangkat kedua tangannya di balik kepalanya, dan Rizky juga hanya bisa berjongkok saja sambil melihat para pemain SMA 6 berselebrasi. Para penonton juga harus kembali merasakan kekecewaan karena timnya kebobolan lagi. Padahal sejak tadi mereka sudah bernyanyi2 untuk mencoba mengangkat kembali semangat tim ini. Tapi sekarang, semuanya jadi sia2, karena gawang tim mereka sudah bobol dua kali. Tak lama kemudian, para pemain SMA Cambridge kembali bermain lagi... dan sekarang mereka akan berusaha untuk mencoba memperkecil ketertinggalan sekali lagi.
SMA Cambridge memulai kembali pertandingan. Mereka masih mencoba... tapi sepertinya, mental mereka sudah nge-drop setelah gol kedua tadi. Di menit ke-43, sebuah usaha sepak pojok dari pemain SMA Cambridge berhasil disundul jauh oleh seorang pemain SMA 6, dan bola diterima oleh temannya, yang kemudian mengoper cukup jauh ke tengah lapangan, ada teman mereka yang sudah siap di sana, dalam posisi bebas, dan para pemain SMA Cambridge langsung bergerak menuju daerah pertahanan mereka... meskipun sebenarnya mereka sedikit terlambat. Pemain yang tadi menerima bola di tengah lapangan itu, langsung mengoper secara diagonal dan menyusur tanah ke temannya yang sedang beradu lari dengan dua orang pemain dari SMA Cambridge. Salah seorang dari mereka berusaha untuk mencuri bola itu lewat sliding tackle, namun gagal, hanya beda beberapa inci saja dari bola, dan bola berhasil dikuasai dengan baik oleh pemain SMA 6 itu, ia hanya tinggal satu lawan satu dengan kiper, dan ia menyelesaikannya dengan men-chip bola ke gawang yang sudah kosong ditinggalkan oleh kiper yang sudah maju terlalu jauh untuk mencoba menutup pergerakannya. GOAL!!!!!!! SMA 6 3, SMA Cambridge 0. Cukup sudah penderitaan SMA Cambridge pada babak pertama ini, dan SMA 6 berada di atas angin. Mungkin kalau seandainya pertandingan ini hanya berlangsung satu babak saja, para pemain SMA 6 sudah bisa langsung berpesta-pora dan mengangkat trofi juara. Mereka berselebrasi dengan sangat gila, seakan2 pertandingan hanya berlangsung satu babak saja. Penonton SMA 6 makin heboh, dan mereka makin menggila. Bagaimana dengan para pemain SMA Cambridge ? Seems like their hopes are gone. Mental mereka mungkin sudah rusak berat bagaikan Pearl Harbor. Mereka sama sekali tidak menyangka kalau akhirnya jadi seperti ini. Mereka yang tadinya bermain dengan cantik dan menarik, penuh semangat, dan mental yang tinggi, kini bagaikan kapal pecah yang sudah perlahan2 mulai tenggelam. Permainan mereka kacau, strategi tak jalan... semuanya... mereka sepertinya sudah dimatikan oleh lawan. Kini mereka tak punya harapan lagi, dan hanya berharap keajaiban dapat mengubah peruntungan mereka saat ini. Mereka lalu kembali bermain lagi, namun mereka benar2 sudah tidak punya semangat lagi. Mereka hanya mengoper2 bola saja pada teman mereka, sambil menghabiskan injury time yang diberikan oleh ofisial pertandingan, yaitu satu menit. Itu pun berakhir dengan cepat. Wasit meniup peluit tanda babak pertama berakhir pada menit ke 45, 58 detik. Babak pertama pun berakhir, dan tiupan peluit wasit disambut dengan teriakan penonton dan tepuk tangan yang meriah dari tribun yang ditempati oleh para fans dari SMA 6. Sementara tribun SMA Cambridge terlihat hening, dan beberapa penonton ada yang meninggalkan tribun ketika peluit dibunyikan. Skor sementara hingga akhir babak pertama, SMA 6 3, SMA Cambridge 0. Para pemain dari kedua tim langsung meninggalkan lapangan dan kembali ke ruang ganti. Para penonton kini punya waktu untuk rileks sejenak.
Di tempat lain, anak2 7 Icons sudah selesai belajar bersama dan sekarang mereka sedang istirahat. Linzy sedang ada di dapur membuatkan minuman buat teman2nya. Sambil mereka istirahat, anak2 7 Icons yang lain sibuk ngobrol2 soal pelajaran tadi. Apakah ada yang nggak jelas, atau ada yang salah, dan lain2. Itu sudah sering jadi kebiasaan mereka kalau sudah belajar bersama. Angel sibuk menjelaskan soal jawaban PR Matematika pada Mezty dan PJ. Sementara Gc sibuk bermain dengan BlackBerry-nya, sedangkan Vanila dan Natly lagi mendengarkan musik dari Mp3 Player-nya Linzy. Tidak lama, Linzy datang dengan membawa sebuah nampan yang diatasnya sudah ada tujuh cangkir teh dan tiga bungkus biskuit coklat.
Linzy: Teman2, ini tehnya... (sambil berjongkok dan menaruh nampannya)
Angel: Wah, makasih banget... nggak usah repot2 sih...
Mezty: Iya... kita kan cuma belajar bareng aja...
Linzy: Ya, nggak apa2 lah... nih, siapa yang mau ? (sambil membukakan biskuit yang ia baru beli)
Vanila: Akyu mau! Akyu mau! (sambil mengangkat tangannya)
Natly: Gw juga mau dong...
Linzy lalu memberikan sebungkus biskuit yang sudah dibuka itu pada Vanila dan Natly. Mereka lalu mengambil masing2 satu biskuit, dan lalu menawarkan biskuit itu pada Gc, yang ada di sebelahnya.
Vanila: Gc, kamu mau nggak ? (sambil menawarkan biskuitnya)
Gc: Eh, mau dong ? Chocolate Chip kan ? Mau mau mau... siniin dong... (sambil melihat ke biskuitnya)
Vanila lalu memberikan biskuit itu pada Gc, dan ia mengambil satu biskuit, kemudian ia menawarkannya lagi kepada Mezty dan PJ. Mezty yang melihat biskuit itu, langsung memberitahu PJ yang lagi serius2nya mendengar penjelasan dari Angel (itu yang dijelaskan PR nomor terakhir lho...)
Mezty: Eh, PJ... ambilin gw biskuit itu dong...
PJ: Mana ? (melihat ke arah Mezty)
Mezty: Itu, di Gc... (sambil menunjuk biskuitnya)
PJ: Oh... (mengambil biskuit dari Gc, lalu memberikannya pada Mezty)
Mezty: Oke, thank you... (sambil mengambil biskuit dan memakannya)
PJ: You're welcome... (melihat ke arah Mezty, lalu kemudian kembali melihat ke arah buku)
Angel: Eh, Mezty... gw juga mau dong...
Mezty: Nih... (menawarkan biskuitnya pada Angel)
Angel: Oke... (sambil mengambil biskuitnya, lalu mengigitnya, dan lalu membuka halaman bukunya)
PJ: Mau juga sih... (melihat ke arah biskuitnya)
Mezty: Nih, mau nggak ? (menawarkan biskuitnya ke PJ)
PJ langsung mengambil biskuitnya, dan lalu memakannya.
Linzy: Eh, Mezty, gw minta dong...
Mezty: Nih... (menawarkan biskuitnya lagi ke Linzy)
Linzy lalu mengambil satu biskuit dan lalu memakannya juga. Akhirnya sekarang semua anak2 7 Icons sudah memakan biskuitnya. Namun, belum meminum tehnya.
Linzy: Eh, ada yang mau tehnya nggak ?
Vanila: Oh, iya... siniin dong satu...
Linzy lalu memberikan salah satu cangkir itu pada Vanila.
Natly: Oh, ya. Gw juga dong...
Linzy: Gw kira kamu nggak mau. Ini tehnya... (sambil memberikannya pada Natly)
Natly: Thank you, Linzy...
Natly dan Vanila lalu meminum teh itu, dan tak lama kemudian, Angel selesai menjelaskan jawaban PR-nya pada PJ dan Mezty. Mezty lalu mengambil cangkir teh untuk Angel dan PJ. Setelah keduanya mendapat cangkir tehnya, Mezty mengambil cangkir teh untuk dirinya sendiri, dan lalu meminum tehnya. Sesaat kemudian, Gc mengambil tehnya dan saat itu, Linzy sedang menjawab SMS dari temannya. Tak lama, Angel bertanya pada Linzy soal buku catatannya yang dulu pernah Linzy pinjam.
Angel: Linzy, catatan gw yang kemarin sudah kamu catat ?
Linzy: Oh, iya! Sudah kok... Mau diambil sekarang ?
Angel: Iya nih, sekalian... soalnya catatan gw udah numpuk banget nih yang harus dipindahin...
Linzy: Oh, maaf ya... sebentar, saya ambilkan dulu bukunya...
Linzy lalu mencari bukunya Angel yang ia simpan di lemari bukunya. Ketika ia menemukannya, ia langsung menarik buku tersebut dari tengah tumpukan, tanpa menyadari ada sesuatu yang juga ikut tertarik bersama dengan buku catatannya Angel tersebut. Barang itu kemudian terjatuh, dan Linzy kemudian mengambilnya. Ia lalu mengambilnya, dan itu adalah sebuah amplop besar berwarna coklat. Linzy lalu penasaran dengan isinya, ia lalu menaruh buku catatannya Angel di atas meja belajarnya, dan membuka isi dari amplop tersebut. Ternyata, isinya adalah sebuah foto. Linzy lalu melihat foto tersebut, dan itu adalah fotonya bersama anak2 7 Icons yang lain... ia kemudian melihat tanggal yang tertulis di bagian bawah foto itu, 28.10.10. Ingatan Linzy pun kemudian terbawa ke tanggal tersebut, dan apa yang terjadi pada saat itu...
Kita kembali ke tanggal 28 Oktober 2010, tepatnya ke sebuah restoran di pusat kota Jakarta. Di situ, di salah satu meja yang ada di restoran tersebut, yang penuh dengan pengunjung yang lagi pada makan atau lagi ngobrol2, ada empat orang cewek yang sedang duduk2 menunggu teman mereka yang katanya niat ingin hangout bareng dengan mereka. Keempat cewek itu adalah Angel, PJ, Natly, dan Vanila, yang saat itu masih berada di kelas satu SMA. Mereka semua tidak seperti sekarang. Penampilan mereka jauh berbeda dibandingkan dengan sekarang. Yah, masih pada culun2 begitu... karena mereka masih baru2 masuk SMA, dan kesan childish ketika mereka SMP masih ada, meskipun mereka berempat sudah berusaha untuk menjadi lebih dewasa, menyesuaikan diri dengan kondisi mereka saat itu yang sudah jadi siswi SMA.
Vanila: Eh, yang lain pada ke mana sih ? Pada lama deh datangnya...
Angel: Sabar saja... mungkin bentar lagi nyampe kok... siapa tahu mereka kejebak macet...
Natly: Bisa aja sih... ini kan jam pulang kantor... kan kalian tahu sendiri kalau di Jakarta pas jam pulang kantor kayak gimana... kita sendiri kan dulu pernah ngalamin...
Angel: Iya juga sih... tapi kan kalau semuanya pada telat, jadinya kan nggak seru...
PJ: Udah, tungguin aja... paling bentar lagi juga datang kok...
Tidak lama kemudian, muncullah Mezty, Linzy, dan Gc yang datang barengan ke restoran tersebut. Keempat orang yang sejak awal sudah menunggu mereka pun langsung menyambut mereka.
PJ: Eh, itu mereka! Mereka akhirnya datang juga!
Angel: (melihat ke arah pintu masuk) Mezty, Linzy, Gc! Kita disini! (sambil mengangkat tangannya)
Vanila: Kita disini! (sambil mengangkat tangannya)
Mezty, Linzy, dan Gc yang sempat mencari2 teman mereka yang lain kemudian langsung melambaikan tangannya pada teman2nya itu, ketika mengetahui dimana posisi mereka. Ketiganya lalu mendatangi meja tempat teman2 mereka berada.
PJ: Halo halo halo semuanya...
Mezty: Halo PJ... maaf banget ya, kita bertiga telat banget, soalnya kita tadi pada kejebak macet semuanya...
Linzy: Iya, kebetulan juga tadi kita sempat nyasar, nggak tahu jalan ke mall ini... beruntung tadi kita nanya sama orang di tengah jalan, jadi kita tahu deh jalan ke sini...
Angel: Oh, nggak apa2... ayo, duduk... sekarang kita bisa mulai ngobrol2 nih...
Mezty, Linzy, dan Gc kemudian duduk di sofa dan mereka mulai ngobrol2. Tak lama, ada seorang pelayan yang membawakan daftar menu untuk mereka. Mereka lalu membaca sebentar daftar menunya, dan lalu mereka mulai memesan makanan dan minuman yang ingin mereka makan hari itu. Setelah semua pesanannya dicatat, pelayan itu kemudian meninggalkan mereka dan pergi menuju dapur. Mereka pun kemudian ngobrol2 lagi. Ada satu agenda penting yang ingin sekali mereka bicarakan pada hari itu. Dan ini sudah kesepakatan mereka untuk membicarakan agenda tersebut pada hari itu. Agenda ini menjadi sangat penting bagi mereka, karena jika agenda ini bisa terlaksana, maka itu akan mengubah hidup mereka selamanya.
Angel: Jadi kita langsung saja nih... jujur saja nih... kita sudah lama temenan dan saling mengenal satu sama lain. Dan sepertinya, gw merasa kalau kita semua itu punya persamaan. Kita itu suka menyanyi, suka menari, sama2 punya selera fashion yang asyik... meskipun secara karakter kita berbeda. Gw jadi punya ide nih... gimana kalau kita bikin kelompok nyanyi ?
PJ: Kelompok nyanyi ? Beneran nih ?
Angel: Ya, beneran. Mau nggak ? Aku itu pengennya kita itu seperti... para boyband yang ada di TV itu lho... (sambil menunjuk ke arah TV, yang kebetulan menyiarkan acara yang menghadirkan boyband)
Vanila: (melihat ke arah TV) Wah, itu ide bagus lho... tapi emangnya kita bisa seperti mereka ?
Angel: Justru nanti kita akan latihan dari awal. Pokoknya, kita harus bisa berusaha biar penampilan kita itu bagus dan tidak mengecewakan...
Linzy: Tapi gimana kalau seandainya gagal ?
Angel: Kita kan iseng2 aja... kalau gagal, setidaknya kita sudah mencoba.
Natly: Oh begitu... jadi kita cuma iseng2 aja nih ?
Angel: Iya... tapi kan ada manfaatnya juga, buat menyalurkan hobi kita...
Natly: Iya juga sih...
Angel: Sebetulnya sih... gw ada ide bikin yang seperti ini itu karena... gw pikir belum ada deh kelompok nyanyi yang isinya cewek semua... dan selama ini para cewek cuma bisa jadi penonton aja... nah, sekarang ini kesempatan kita... mumpung belum ada kelompok nyanyi yang isinya cewek, kita buat aja duluan... kita harus bisa buktiin kalau kita itu juga nggak kalah dengan mereka...
PJ: Maksudnya semacam emansipasi buat para boyband, begitu ?
Angel: Yap, betul banget.
PJ: Oh... oke, gw setuju. Kenapa tidak kita coba ? Kalau misalnya cowok bisa, kenapa cewek tidak ?
Mezty: Setuju banget!
Gc: Sama, gw juga setuju! Kapan lagi kesempatannya buat bikin yang seperti ini ?
Angel: Tepat banget. Kalau menurut gw sih... memang inilah saatnya. Jadi gimana ? Kalian siap untuk hal ini ?
Semua teman2 Angel yang lain hanya berdiam saja, sambil berpikir sejenak. Tapi kemudian Vanila dan PJ memecahkan keheningan itu dan mereka bereaksi.
PJ: Gw siap. Yah, kalau ini memang saatnya, kapan lagi kita bisa begini ?
Vanila: Aku juga siap...
Angel: Bagus deh... yang lain ?
Mezty: Gw juga siap.
Gc: Oke, kalau memang ini saatnya... gw siap...
Natly: Saya juga. Tinggal Linzy nih...
Angel: Gimana, Linzy ? Kamu juga siap ?
Linzy masih pikir2. Semua teman2nya yang lain sudah menunggu apa keputusannya. Tapi lama kemudian, Linzy mengeluarkan keputusannya.
Linzy: Oke. Let's do it.
Vanila: Yeaayyyyy...
Vanila berteriak dengan sangat keras, hingga ia tak sadar kalau ia sedang berada di tengah2 restoran yang sedang ramai. Ia lalu menutup mulutnya, begitu tahu kalau ia berteriak terlalu keras. Teman2nya yang lain langsung tertawa.
Angel: Hahahahahaha... Vanila, Vanila... hahaha... oke, sekarang kita sudah sepakat nih pengen bikin kelompok nyanyi... tapi kalian juga harus tahu kalau kita punya komitmen besar disini... kalau kita bakal fokus ke karir kita dan ke sekolah kita. Kalau misalnya kita harus sekolah, kita sekolah, dan kalau misalnya kita harus tampil, kita akan tampil semaksimal mungkin. Kita akan latihan semuanya, demi memuaskan orang2 yang menonton penampilan kita. Mengerti ?
Komitmen itu kemudian disetujui oleh semuanya. Komitmen ini harus mereka buat, agar dalam perjalanannya, mereka tidak terlalu fokus hanya pada satu hal saja, tapi juga harus memikirkan hal yang lain, terutama sekolah, mengingat umur mereka yang masih berada di umur2 sekolah. Ceritanya kan, mereka anak SMA yang baik... hehehehehe... setelah semua komitmen disetujui, termasuk... untuk tidak berpacaran dulu hingga karir mereka sukses, sekarang hal lain yang harus dibahas adalah... soal nama. Mereka ingin pakai nama apa untuk kelompok musik mereka ini ?
PJ: Oh, ya. Ada satu hal yang hampir aja kita lupa. Soal nama. Kelompok kita mau dinamai apa nih ?
Vanila: Nama ? Wah, kira2 apa ya ?
Angel: Nah, itu dia yang gw belum tahu. Ada usul, teman2 ?
Sama halnya dengan Angel, teman2nya yang lain juga bingung soal penamaan kelompok mereka. Tapi kemudian, di saat mereka sedang mikir2 begitu, Angel melihat ke arah jendela restoran itu. Ada angka 7 berukuran besar yang ada dari salah satu toko yang ada di luar restoran itu. Kemudian dia melihat lagi tempat lainnya, ada sebuah tempat penjualan komputer, dengan salah satu tulisan besar di bagian pintu masuknya, "ICONS" (sebenarnya masih ada panjangnya, tapi tertutup kusen jendela. Angel lalu memikirkan apa makna dari kedua kata yang ia temukan. Ia lalu mengambil sebuah tissue yang ada di depannya, dan lalu menuliskan kedua kata tersebut. Semua teman2nya melihat apa yang ditulis oleh Angel. Dari situlah kemudian tertulis nama "7 ICONS" dan setelah itu, teman2nya menjadi bertanya2. Apa ini nama kelompok mereka ?
Linzy: Apa ini namanya, Angel ?
Angel: Ya, sepertinya... hanya ini yang bisa gw dapatkan. Tapi gw pikir ini ada maknanya deh... Angka tujuh ini kan... karena memang kita bertujuh... dan Icons itu... artinya pelopor deh... harapannya, kita bisa jadi pelopor buat semua cewek atau orang lain yang ingin seperti kita nanti... sekaligus, ini juga karena kita adalah kelompok nyanyi cewek pertama... jadi semoga saja... kita bisa menginspirasi banyak orang ke depannya...
Linzy: Oh, begitu maknanya... bagus kok... kita pakai nama ini aja... tapi dibacanya gimana ?
Angel: Pakai bahasa Inggris saja. "Seven Icons", jangan dibaca angka dengan bahasa Indonesia... nanti malah kedengerannya aneh...
Natly: Iya, soalnya nanti bisa jadi "Tujuh Icons" aneh banget...
Angel: Hahahaha... betul banget... jadi kalian sepakat ?
PJ: Gw setuju kok... gw suka maknanya...
Mezty: Gw juga... yah, mudah2an deh kita bisa menginspirasi banyak orang...
Natly: Aminnn... gw sepakat kok...
Vanila: Aku juga...
Linzy: Gw juga dong, pastinya... maknanya dalem...
Gc: Betul banget... gw suka maknanya... kesannya bagus...
Angel: Oke, kalau begitu, inilah nama kelompok kita. Dan mungkin juga, bisa jadi nama untuk kelompok persahabatan kita... karena kita selama ini bersahabat tapi tak punya nama...
Linzy: Terus, rencana kita selanjutnya... bagaimana ?
Angel: Untuk sementara ini, kita akan coba latihan nyanyi dan menari sendiri dulu, selagi ada waktu dan kesempatan, sambil kita cari orang yang mau melatih kita. Setelah itu, baru kita mulai latihan secara intensif... yang pasti, kita harus rundingkan dulu, apa konsep dari kelompok kita ini... kita harus tahu kelompok kita ini mau dibawa ke mana, dan apa yang akan kita tampilkan. Ini biar kita tahu tujuan kita ke depannya seperti apa, dan kita bisa tahu apa yang ingin kita lakukan, dan apa yang tidak. Biar kita nggak mati gaya, gitu lho...
Vanila: Oh, begitu... tapi kira2 mulai kapan ya ?
Angel: Secepatnya... kalau bisa mulai besok, tapi kita mungkin masih merundingkan konsep dulu...
Vanila: Oke, sip deh kalau begitu...
Mezty: Terus kalau nanti kita latihan sama orang lain, kita bayarnya bagaimana ?
Angel: Itu nanti kita rundingkan juga. Kalau bisa sih, kita bayarnya patungan. Setiap dari kita nyumbang biar kita bisa bayar orang yang nantinya bakal melatih kita... Kita harus bisa menjalankan semuanya sendiri, dari awal... biar kita juga bisa belajar mandiri...
PJ: Terus kalau nantinya... kita sudah latihan dan punya konsepnya, apa yang kita lakukan ?
Angel: Kita akan bikin demo, lalu bawa ke label, plus proposalnya. Kita akan bawa ke semua label, dan kita lihat apa reaksi mereka...
Natly: Kalau misalnya labelnya menolak ?
Angel: Kita cari lagi label lain... sampai benar2 nggak ada label yang mau terima kita...
Gc: Wah hebat banget tuh... kita sepertinya bakalan berjuang keras nih...
Angel: Pastinya. Kita harus berjuang keras, untuk bisa mewujudkan apa yang ingin kita mau... dan gw harap... kita mau dan rela untuk berjuang bersama2 untuk mewujudkan apa yang ingin kita capai...
Linzy: Itu sih sudah pasti, Angel... kita kan pasti akan selalu berjuang bersama, ya kan, teman2 ?
PJ: Betul banget!
Vanila: Iya, betul!
Angel: Oke deh, kalau kalian semua sudah siap untuk semuanya... sekarang taruh tangan kalian di tengah. Kita bakal resmiin kelompok kita, dan komitmen kita untuk masa depan. (lalu menaruh tangannya di tengah)
Semuanya lalu menaruh tangannya di tengah, dan setelah semuanya sudah menaruh tangannya, mereka pun meresmikan nama kelompok mereka.
Angel: Sekarang, dari Mezty, kamu hitung dari satu, berurutan hingga Vanila (perlu diketahui, urutan tempat duduknya adalah Mezty, Gc, Linzy, Angel, PJ, Natly dan Vanila), dan setelah itu kita teriak bareng2, tapi jangan terlalu keras... nanti aku bilang, "We Are...", terus kita jawab "7 Icons", lalu kita toss. Oke ?
Mezty: Oke. Tapi bilangnya pakai bahasa Indonesia atau bahasa Inggris nih ?
Angel: Bahasa Inggris, biar sama dengan nama kelompok kita. Siap semuanya ?
Semua: Siap...!!!!!!
Angel: Oke, mulai!
Mezty: One!
Gc: Two!
Linzy: Three!
Angel: Four!
PJ: Five!
Natly: Six!
Vanila: Seven!
Angel: We are...
Semua: 7 ICONS!!!!!! (sambil tangannya di-toss ke atas)
Mereka sudah men-toss tangannya, dan mulai saat itu, mereka semua sudah resmi menjadi bagian dari sebuah kelompok musik baru yang bernama 7 Icons. Mereka semua lalu bertepuk tangan, sambil merayakan peresmian mereka menjadi 7 Icons. Ini adalah hal baru untuk mereka, dan mereka berjanji, akan melalui semua tantangan yang menghadang di depan mereka bersama2... tak lama, makanan yang mereka pesan datang. Anak2 7 Icons (sekarang kita bisa memanggil mereka seperti itu) kaget ketika tahu kalau makanan mereka baru datang... tapi semua pesanan mereka dibawakan, tanpa ada yang harus menunggu. Kata pelayannya, mereka memasak dulu semua makanannya baru disajikan. Meskipun bikin lama, tapi sepertinya anak2 7 Icons tidak memikirkan soal itu, karena waktu menunggu mereka dihabiskan dengan membicarakan soal pembentukan 7 Icons itu. Mereka lalu makan bersama, tapi kemudian...
Vanila: Kayaknya acara peresmian kita ada yang kurang deh...
Angel: Kurang apa, Van ?
Vanila: Kita itu belum foto2... kita harus foto2 saat ini... karena ini saat yang paling bersejarah dalam persahabatan kita. Bagaimana ?
Angel: Oh, iya! Kita belum foto2! Bener! Ini kan saat bersejarah... perlu diabadikan. Nih, pakai kamera gw... kita foto2... ayo, siapa yang mau difoto duluan ?
Mereka pun kemudian foto2... semua anak2 7 Icons saling memotret satu sama lain dengan menggunakan semua alat jepret yang mereka punya. Ada kamera digital, Blackberry, dan lainnya. Tapi sayangnya, tidak ada yang membawa Canon EOS Mark II... tapi sebenarnya itu terlalu mahal, mendingan jangan... mereka banyak memotret... ketika ada yang lagi makan difoto, terus kalau lagi difoto, gayanya lucu2, sesuai dengan gaya kesukaan mereka... setelah puas foto2, PJ mengusulkan agar ada foto yang menampilkan mereka bertujuh. Itu berarti, mereka harus difoto bersama, dan harus ada orang lain yang memotret mereka. Anak2 7 Icons pun kemudian mencari siapa orang yang bisa dimintai waktunya sebentar untuk memotret mereka. Setelah beberapa saat mencari, akhirnya Mezty menemukan ada seorang pelayan yang lagi nganggur di pintu dapur. Mezty lalu memanggil pelayan itu, dan memintanya untuk memotretnya dan teman2nya yang lain. Anak2 7 Icons difoto dengan menggunakan kamera digital-nya Angel. Mereka difoto beberapa kali, dengan beberapa pose, ada yang berdiri, ada yang duduk. Nah, salah satu foto itu, dimana mereka saling berangkulan dan berdiri... dicetak oleh Angel beberapa hari kemudian, dan diberikan pada semua anak2 7 Icons yang lain, termasuk Linzy, yang sekarang... beberapa bulan kemudian... memegangi foto tersebut. Adegan flashback selesai. Ketika ia masih melamun sambil memegangi foto itu, Angel memanggil2 Linzy.
Angel: Linzy ? Linzy ? Kamu kenapa ?
Linzy lalu kaget dan melihat ke arah Angel.
Linzy: Oh! Oh, nggak kok... nggak ada apa2... kenapa ya ?
Angel: Kamu soalnya tadi melamun gitu sih... eh, buku gw di mana ?
Linzy: Di meja belajar gw... tuh... (sambil menunjuk ke arah bukunya Angel)
Angel: Oke... (lalu mengambil bukunya) ini semuanya sudah kamu catat kan ?
Linzy: Udah kok... udah gw pindahin semuanya...
Angel: Sip deh... eh, omong2 yang ada di tangan kamu apa ? (sambil melihat ke tangan kanan Linzy)
Linzy kemudian melihat apa yang ia pegang, lalu ia memberitahukannya pada Angel.
Linzy: Ini... ini foto waktu kita di restoran dulu... waktu dulu kita ngebentuk 7 Icons itu... tadi jatuh waktu aku ngambil buku kamu... rasanya kangen deh mengingat masa2 ini... kayaknya asyik banget gitu...
Angel: Maksud kamu... kamu kangen saat2 ketika kita jadi 7 Icons ?
Linzy: Ya, begitulah... lama2 gw jadi kangen juga akhirnya...
Angel: Serius nih, Linzy ? Kamu kangen menjadi anggota 7 Icons lagi ?
Teman2nya yang lain juga ikut mendengar percakapan itu. Mereka saling melihat satu sama lain... dan sepertinya mereka juga memiliki pendapat yang sama dengan Linzy.
Linzy: Ya, mau bilang apa lagi... soalnya, gw benar2 merasa kalau saat2 kita menjadi anggota 7 Icons itu... menyenangkan banget, walaupun akhir2nya menyedihkan... tapi gw bilang itu asyik banget... kita benar2 punya pengalaman baru yang menyenangkan, dan semuanya itu mengasyikkan...
Angel: Iya juga sih... sebenarnya, kalau mau jujur... gw juga kangen tampil lagi menghibur orang banyak sebagai 7 Icons... bagaimanapun juga, itu adalah saat2 yang paling seru dalam hidup gw... dimana gw bisa punya banyak teman baru, pengalaman baru... dan sahabat2 baru yang selalu menemani dan menghiasi hari2 gw... selain juga tentunya... (melihat ke arah semua teman2nya) kalian semua... yang sudah menjalani semuanya, susah-senangnya, bahagia-sedihnya, selama ini... gw sayang kalian semua... dan 7 Icons membuat persahabatan kita makin indah, makin berarti, dan makin mengasyikkan...
PJ: Kita bahkan bisa menginspirasi banyak orang untuk selalu melakukan yang terbaik dalam hidupnya... dan menginspirasi orang untuk bisa jadi sahabat yang baik untuk orang lain...
Mezty: Bahkan juga kita menginspirasi orang lain untuk bisa tampil keren seperti kita...
Vanila: Juga menginspirasi banyak cewek untuk punya penampilan yang menarik walaupun bajunya nggak terlalu banyak... dan menginspirasi banyak cewek lain untuk bikin girlband seperti kita...
Gc: Dan juga... menginspirasi banyak orang untuk selalu peduli dan selalu ingat dengan sesama... dan juga ingat sama Tuhan... dan pengalaman hidup kita di masa lalu...
Natly: Dan juga menginspirasi semua orang untuk... menghargai orang lain yang juga memiliki persamaan dengan kita, dan tidak membenci mereka begitu saja...
PJ: Eh, kayaknya 7 Icons itu menginspirasi banget ya...
Angel: Sepertinya... AAH... KANGEN!!!!!!! KANGEN 7 ICONS!!!!!!!
Linzy: GW JUGA... GW JUGA KANGEN!!!!!
Semua: KITA KANGEN 7 ICONS!!!!!!! (sambil berpelukan)
Akhirnya, semua anak2 7 Icons sudah tidak bisa menahan lagi rasa kangennya untuk tampil sebagai 7 Icons lagi. Tapi... ada satu masalah yang mengganjal mereka.
Angel: Eh, tapi tunggu dulu. Bukankah kita sudah kehilangan segalanya ? Kita kan sudah nggak punya siapa2 lagi untuk bisa bikin kita tampil lagi ?
Natly: Iya sih... semuanya sudah hilang, gara2 surat pernyataan itu... dan selain itu, penampilan kita kan sudah kacau banget... berarti gimana dong caranya biar kita bisa tampil lagi ?
PJ: Yang pasti, kita butuh seseorang yang bisa melatih kita biar kita bisa tampil bagus lagi seperti dulu. Kira2 siapa ya ?
Gc: Apa mungkin kita sewa pelatih aja kali ya, seperti awal2 kita dulu ?
Angel: Ya, boleh deh... tapi siapa yang harus kita sewa ? Kita kan nggak terlalu kenal mereka...
Gc: Oh, iya ya... gw lupa... kalau begitu, siapa ya ?
Linzy kemudian teringat dengan Adrian, orang yang dulu pernah menawarinya sebuah kesempatan untuk bisa memperbaiki penampilan mereka, yang dulu ia ragukan dan ia tolak. Mungkin inilah kesempatan yang tepat untuk bisa meminta bantuan Adrian untuk melatih mereka, sekaligus membuktikan, apakah ia memang bisa mengembalikan penampilan mereka seperti dulu lagi, atau tidak.
Linzy: Eh! Teman2, gw ada ide! Bagaimana kalau kita minta bantuan Adrian ?
Angel: Hah ? Adrian ? Bukannya sudah kamu tolak... dan kamu raguin ?
Linzy: Yah, memang sih gw raguin, tapi nggak ada salahnya juga kalau kita minta bantuan dia. Kita harus kasih dia kesempatan, dan sekaligus... we'll see, apakah dia benar2 bisa melatih kita atau tidak.
Vanila: Setuju banget! Kita harus kasih dia kesempatan... kita buktikan keseriusan dia bisa melatih kita atau tidak... kalau nggak bisa... bye bye deh...
Angel: Ya, ada benarnya juga sih... kita harus kasih dia kesempatan... tapi gimana ya caranya ketemu sama Adrian ? Nanti takutnya kita ditolak lagi deh... soalnya dia mungkin masih belum mau bicara sama kita...
Linzy: Udah, tenang... semoga aja kali ini dia mau bicara sama kita... tujuan kita kan baik...
Angel: Oke deh... kalau begitu, kita akan terima tawarannya Adrian. Pertanyaannya, dimana Adrian sekarang ? Ada yang tahu ? Kita harus ketemu dengannya secepatnya.
Semua anak2 7 Icons pun langsung mencari informasi di mana Adrian berada. Mereka membuka semua contact di BlackBerry mereka, atau di HP mereka yang lain, namun tidak ada yang dapat kabarnya. Hingga kemudian, Mezty teringat akan sesuatu.
Mezty: Oh iya! Gw baru ingat! Hari ini kan, SMA kita tanding di final Liga Sepakbola Antar-Sekolah... dan gw yakin Adrian pasti ada di sana, karena Adrian kan ada di tim sepakbola!
PJ: Bener banget! Pantesan kok gw buka twitter hari ini teman2 yang lain pada ngomongin bola semuanya... jadi hari ini tuh final toh ? (mukanya berekspresi baru nyadar)
Linzy: Wah, kalau kayak begitu, gimana dong caranya ?
Gc: Kita bikin rencana nekat yuk... kita akan datang ke stadion.
Vanila: Kamyu serius ? Kalau misalnya penonton udah pada bubar gimana ?
Gc: Udah, kita coba aja... siapa tahu pertandingannya masih ada... kan main bola itu lama banget...
PJ: Ya, bener juga sih... Mezty, coba cari tahu kondisi di stadion... lihatin status teman2 dong...
Mezty: Oke, gw buka dulu twitter gw... (lalu mengambil HP dan mengecek twitter-nya)
Mezty lalu melihat2 status2 yang ada di twitter itu, dan kemudian muncul status yang mengatakan kalau pertandingan itu sudah memasuki setengah babak. Ia lalu memberitahu yang lainnya.
Mezty: (melihat twitter-nya) Nah! Gw dapat nih... masih setengah babak!
Natly: Serius ?
Mezty: Nih, kalau nggak percaya... (memperlihatkan status twitter-nya pada Natly, dan Natly melihat ke arah status twitter yang ada di HP-nya Mezty)
Natly: Oh, iya bener... kalau begitu, kita harus segera ke sana! Siapa tahu kita masih bisa ketemu sama Adrian...
Angel: Betul banget! Kita ke stadion sekarang!
Linzy: Serius nih ?
Angel: Serius lah! Kalau nggak, artinya kita nggak akan punya kesempatan untuk mendukung Adrian! Bukannya kita yang pertama kali mendukung Adrian buat bisa masuk tim sepakbola ?
Linzy: Iya sih, gw tahu... tapi nanti kita mau pakai baju apa ?
Angel: Kita semua bakalan pakai seragam sekolah! Kita bakal datang ke sekolah dulu, buat cari informasi. Setelah itu kita ke stadion!
PJ: Pakai seragam sekolah ? Lama dong jadinya...
Angel: Gw yang akan antar kalian ke rumah kalian masing2, kita tungguin, dan kalian ganti bajunya. Setelah itu, baru kita pergi ke sekolah, lalu ke stadion. Oke ? Kalian udah pada mandi kan ?
Mezty: Kita kan udah semua... kan karena kita mau ke rumahnya Linzy, kita mandi dulu lah...
Angel: Oh, iya... berarti tinggal tuan rumahnya nih yang perlu ditanya... Linzy, sudah mandi ?
Linzy: Ummm... (terdiam sebentar) belum... (sambil tersenyum)
Vanila: Hah ? Kamyu belum mandi ? Iiiih... Ayo, sana mandi dulu!
Natly: Iya, mandi dulu dong! Curang nih, yang lain udah pada mandi, rapi2 begini... kamu malah belum...
Linzy: Hehehehe... sorry... soalnya gw dari tadi bersih2 rumah dulu...
Angel: Ya, udah... sekarang kamu mandi dulu, kita tungguin, jangan lama2 ya...
Linzy: Iya deh... gw mandi dulu...
Angel: Eh, tunggu dulu, sekalian... setelah kamu mandi, kamu langsung pakai seragam sekolah aja ya...
Linzy: Okkie Dokkie... seragam gw ada di lemari tuh, baru disetrika... kalian ambil aja... (sambil menunjuk ke arah lemari pakaiannya) udah, ya... sekarang gw mau mandi dulu...
Angel: Oke... jangan lama2 ya... kita semua pada nungguin...
Linzy: Siap!
Linzy lalu cepat2 pergi ke kamar mandi, mengambil handuknya, dan lalu mandi. Sementara itu, anak2 7 Icons yang lain sibuk mencari2 baju seragamnya Linzy. Setelah ketemu, mereka langsung menaruhnya di tempat tidur Linzy. Semuanya dipersiapkan... mulai dari kemeja, rok, jas, dasi, hingga kaus kaki dan sepatu. Sesudah itu, mereka hanya menunggu Linzy selesai mandi. Selang 15 menit kemudian, Linzy selesai mandi dan kembali ke kamar. Semua anak2 7 Icons langsung keluar karena Linzy mau ganti pakaian. Beberapa saat kemudian, Linzy keluar dan sudah memakai seragam. Semua anak2 7 Icons langsung kembali ke kamar dan mengambil tas mereka dan langsung bergerak menuju mobil. Sekarang giliran para anak2 7 Icons yang harus kembali ke rumah dan mengganti pakaian mereka dengan seragam sekolah. Mereka lalu masuk ke dalam mobil, dan Angel langsung ngebut menuju rumah teman2 mereka, ngedrop salah satu dari mereka, lalu menunggu hingga mereka ganti pakaian, kemudian setelah teman mereka selesai berganti pakaian dan keluar dari rumah, ia langsung masuk ke dalam mobil dan Angel melanjutkan perjalanannya. Begitulah seterusnya hingga semua anak2 7 Icons sudah memakai seragam. Setelah semuanya sudah pakai seragam, Angel langsung ngebut ke sekolah, yang jaraknya cukup jauh dari rumah tempat mereka berhenti terakhir (rumah Angel yang terakhir didatangi). Sekarang, bagaimana kondisi di ruang ganti tim sepakbola SMA Cambridge ?
Di ruang ganti SMA Cambridge, suasananya sangat suram. Semua pemain hanya bisa duduk sambil menundukkan kepala. Tidak ada raut optimisme dalam diri mereka, semuanya sudah pasrah. Tertinggal 0-3 membuat mereka benar2 sudah tidak punya harapan lagi. Mereka semua larut dalam rasa duka yang besar. Mereka semua hanya termenung, tanpa ekspresi, dan tidak percaya kalau mereka dengan gampangnya bisa dihabisi seperti ini. Dalam hati mereka, semuanya satu kata: kita sudah habis, dan 45 menit berikutnya sudah tidak ada harapan lagi untuk mereka. Mereka sudah habis, terbantai, dan babak-belur bagaikan tentara2 yang kalah dalam sebuah peperangan maha besar. Coach Johan dan semua staf pelatih juga sedang kebingungan bagaimana caranya bisa membalikkan keadaan. Mereka juga kebingungan bagaimana cara membangkitkan semangat pemain yang sudah terlanjur runtuh seperti menara kembar WTC. Hingga akhirnya, Coach Johan maju ke depan, menarik napas yang dalam, dan kemudian mulai berbicara.
Coach Johan: Well, saya tahu kalau semua sudah pasrah terhadap hasil pertandingan ini, tapi kalian juga tahu kalau di luar sana, masih banyak orang yang percaya kita bisa membalikkan keadaan. Masih ada 45 menit yang tersisa, anak2... siapa tahu kita masih bisa mengubah segalanya...
Para pemain tetap tidak ada yang mengangkat kepalanya. Mereka semua benar2 sudah pasrah.
Coach Johan: Oh, ayolah! Semangatlah sedikit! Kita masih punya 45 menit di luar sana dan kita masih punya kesempatan... walaupun, kesempatannya agak kecil...
Tak ada pemain yang bersemangat mendengar kata2 itu. Reaksinya masih sama. Coach Johan pun mencoba lagi untuk membangkitkan semangat mereka, sambil mencoba mencari kata2 yang pas.
Coach Johan: Ummm... (terdiam sebentar) Well, aku tahu kalian sudah pasrah... tapi bagaimanapun juga... (terdiam sebentar) ada satu hal yang harus kalian tahu... (terdiam sebentar) bahwa kita ini adalah SMA Cambridge... SMA yang... (terdiam sebentar) selalu mengutamakan kerja keras... dan semangat tinggi untuk bisa meraih apa yang kalian harapkan...
Beberapa pemain sudah mulai mengangkat kepalanya, walaupun masih malu2... dan usaha Coach Johan sepertinya sudah mulai menunjukkan tanda2 keberhasilan. Ia lalu melanjutkan lagi.
Coach Johan: Kita adalah SMA Cambridge, dan kita tidak boleh seperti ini... kita adalah pekerja keras... kita adalah orang2 yang dengan penuh keberanian menghadapi setiap tantangan... kita adalah orang2 yang pantang menyerah... dan kita tidak mudah untuk dihabisi! (suaranya makin lama makin keras)
Semua pemain kemudian mulai mengangkat kepala dan badannya, mereka semua sudah duduk tegak, walaupun masih secara perlahan. Mereka mulai saling melihat satu sama lain. Ada juga yang tetap melihat ke arah pelatih dan menunggu apa yang akan dikatakan Coach Johan selanjutnya.
Coach Johan: Kita tidak akan dihabisi. Dan kita tidak akan mungkin dihabisi! Kita akan berjuang hingga detik terakhir pertandingan, untuk mendapatkan apa yang akan kita inginkan!
Semua pemain pun mulai saling berbisik-bisik. Sepertinya mereka sudah mempercayai apa yang dikatakan oleh Coach Johan. Coach Johan sendiri kemudian diam, dan memikirkan apa kata berikutnya yang harus ia ucapkan lagi. Tapi tak lama, ia melakukan sesuatu. Ia kembali ke belakang, mengambil sesuatu di tasnya, dan lalu kembali lagi ke posisinya semula. Yang ia ambil adalah sebuah buku tulis biasa dan sebuah pulpen yang ia ambil dari kemejanya.
Coach Johan: Sekarang dengar semuanya. Tenang. Yang harus kita lakukan sekarang adalah menyerang mereka habis2an, cari gol seawal mungkin, dan setelah itu menyerang lagi. Itu akan mengubah semuanya. Kita tidak boleh lengah, kecolongan, atau kehilangan konsentrasi sedikitpun, seperti tadi. Biarkan itu semua berlalu sebagai bagian dari masa lalu. Sekarang, kita melangkah menuju masa yang baru, yang harus kita lalui dengan optimisme dan semangat yang sama seperti ketika masuk ke lapangan di babak pertama tadi! Kalau kita saling percaya, kita pasti bisa. Tots Units Fem Forca, bersama kita pasti kuat! Kita akan dapatkan apa yang kita inginkan, kalau kita saling mempercayai satu sama lain, saling mendukung satu sama lain, dan saling menguatkan satu sama lain. Tentu saja itu akan terwujud kalau kalian punya semangat, dan tujuan yang sama untuk menggapai impian yang kalian inginkan. Sama halnya 7 Icons... kalian semua mengidolakan 7 Icons kan ? Sama, saya juga. Mereka tujuh gadis yang cantik, punya karakter yang berbeda, selera yang berbeda, kebiasaan yang berbeda... tapi mereka semua dipersatukan dengan persahabatan dengan erat. Dari situ, kemudian mereka punya kesamaan yang sama, di bidang musik. Mereka bisa berekspresi dengan sangat baik, dan mampu membuat banyak orang kagum pada mereka. Dari persahabatan itu, mereka punya satu kesamaan, satu harapan, satu mimpi, satu tujuan, dan satu niat yang sama untuk bisa maju. Mereka saling melengkapi, mereka saling mendukung, dan mereka saling mengisi satu sama lain. Mereka juga bekerja keras agar mereka semua bisa sukses. Mereka mulai dari bawah sekali. Tapi sekarang lihat usaha mereka. Mereka semua bisa mendapatkan segalanya. Mereka dapatkan impian mereka. Mereka dapatkan apa yang mereka mau dan yang mereka inginkan. Meskipun kemudian mereka menghilang, tapi saya yakin mereka pasti akan kembali. Karena apa ? Karena mereka tetap bersahabat, dan mereka masih memiliki harapan itu. Dan saya yakin kalian juga punya harapan dan impian itu. Sekarang, bersahabatlah. Bersahabatlah satu sama lain. Lupakan semuanya, dan fokuslah pada apa yang kalian inginkan, dan apa yang ingin kalian gapai! Ini kesempatan kita, dan kita tidak boleh membuangnya begitu saja! Kita pasti bisa. Percayalah. Kita semua pasti bisa. Kita semua bisa. Apapun impian kalian ketika bergabung ke dalam tim ini... sekarang gapailah. Berusahalah untuk bisa mendapatkannya. Berusahalah untuk bisa mewujudkannya. Karena hanya itulah caranya. Hanya itu. Tidak ada cara lain. Hanya ini caranya. Dan sekarang inilah kesempatan kita untuk bisa berusaha untuk mendapatkan apa yang kita inginkan! Ayo kita lakukan! LETS DO IT!!!!!!
Setelah pidato itu, semuanya langsung bersemangat. Mereka langsung berubah, yang tadinya penuh dengan kesuraman dan kepasrahan, kini mereka semua menjadi seperti singa lapar. Mereka sudah panas kembali. Siraman semangat dari Coach Johan membuat mereka semua menjadi kembali memanas. Kini mereka semua berapi2. Mereka pun kini siap menggila. Tapi kemudian, di tengah2 suasana yang mulai memanas itu, muncullah teriakan dari salah seorang teman mereka, memberitahukan sesuatu.
Pemain #1: Hey! Semuanya tenang! Dengar ini!
Coach Johan: Semua pemain tenang! Ada apa ? (sambil berjalan menuju arah Pemain #1)
Pemain #1: Coba dengarkan ini, Coach... ada yang bikin ribut di ruang sebelah.
Coach Johan lalu mendekatkan telinganya ke dinding, dan ia mendengar suara riuh dari ruang ganti sebelah. Ternyata para pemain SMA 6 sudah memulai pesta pora mereka di kamar ganti. Mereka sudah merasa kalau mereka adalah juaranya, tanpa menyadari kalau masih ada 45 menit lagi di lapangan. Mereka semua sudah pesta2... mereka minum Coca-Cola yang sudah mereka siapkan sebelumnya, bernyanyi-nyanyi, menari-nari, joget Goyang Karawang dan lain sebagainya. Mereka semua sudah berpesta, dan para staf pelatih hanya melihat saja, sambil menikmati pestanya. Semua pemain SMA Cambridge pun langsung menjadi geram dalam hati mereka, dan tentu saja mereka tidak terima.
Pemain #2: Gila, sombong sekali mereka...baru 45 menit unggul 3-0, sudah pesta2...
Pemain #3: Tahu tuh... menghina sekali mereka!
Pemain #4: Mereka bahkan mencela lagu Playboy! Aku tak terima!
Adrian: Benarkah ?
Pemain #4: Ya, benar... mereka mencela lagu Playboy! Dengar saja sendiri...
Adrian lalu mendekatkan telinganya lebih dekat ke dinding. Dindingnya sudah setipis kertas... suara keriuhan pesta mereka terdengar dengan sangat jelas! Dan terdengar dengan jelas sayup2 lagu Playboy dinyanyikan... dengan lirik yang sudah diubah dan cenderung menghina SMA Cambridge. Emosi pun langsung meletup-letup dalam hati Adrian, yang tidak suka lagu sahabatnya itu dicela. Ia pun jadi panas, dan langsung menjauh dari dinding dan berdiri di tengah kamar ganti, berbicara pada temannya.
Adrian: Kau benar! Mereka mencela lagu Playboy! So unacceptable! Penghinaan!
Pemain #4: Benar kan ? Mereka anggap saja telah menghina kita dengan lagu itu... mereka sepertinya pembenci 7 Icons... dan kita benci pembenci 7 Icons...
Adrian: Sekumpulan orang sirik yang tak mau menghargai orang lain. Teman2! Kumpul!
Adrian langsung memanggil teman2nya dan lalu mereka semua kembali duduk di kursi kamar ganti. Adrian kini ingin menyampaikan sesuatu, dengan Coach Johan bersandar di dinding, penasaran dengan apa yang ingin dikatakan oleh Adrian yang sudah keluar emosinya dan mulai panas kembali.
Adrian: Dengar semuanya! Sekarang kita tahu siapa mereka sebenarnya! Dan kita belum menunjukkan diri kita yang sesungguhnya! Mari kita pakai kesempatan 45 menit terakhir ini, untuk menunjukkan pada mereka, siapa sebenarnya kita! Kita akan bermain seperti biasa, tapi kita akan menyerang lebih banyak lagi! Karena kalian tahu... saya sudah lapar untuk mencetak gol sore ini, dan saya yakin kalian juga!
Semua pemain: Ya!!!!!!
Adrian: Kita akan habisi mereka... dan kita harus optimis... tiga gol akan tercipta pada babak kedua ini... dan gol2 itu akan berasal dari kita! CAMBRIDGE! PREPARE FOR GLORY!!!!!!!!!
Semua pemain langsung berteriak dan bereaksi dengan penuh kegilaan. Seperti tentara Spartan yang ada di film 300. Coach Johan pun langsung tersenyum, dia pun merasa puas dan bertepuk tangan pada Adrian. Ia lalu berjalan ke tengah, berdiri di samping Adrian, dan menyampaikan sesuatu.
Coach Johan: Pidato yang bagus, Adrian. Aku suka itu. Sekarang, kembalilah ke tempat duduk, karena sekarang saya sudah menemukan strategi yang bagus untuk kita pakai di babak kedua. Semuanya berkumpul, beginilah strateginya...
Coach Johan lalu berjongkok, membuka tutup pulpennya, dan semua pemain dan staf pelatih mengerubunginya. Coach Johan lalu menggambarkan beberapa pola strategi yang sudah ia siapkan untuk babak kedua, lengkap dengan penjelasannya. Ia menggambar hingga lebih dari sepuluh halaman, dan semua orang memperhatikan strateginya dengan seksama dan penuh keseriusan. Setelah lima menit menggambar, Coach Johan mengakhiri penjelasannya dan lalu kerumunan itu bubar. Semuanya kini sudah bersiap untuk sebuah babak kedua yang tidak akan pernah mereka lupakan selamanya. Mereka bersiap untuk mengubah keadaan, sekaligus meraih apa yang mereka selama ini impikan.
Seperti apakah perjuangan SMA Cambridge di babak kedua ? Akankah mereka berhasil mengubah keadaan dan mendapatkan apa yang mereka inginkan ? Karena ceritanya masih panjang, maka sisa cerita ini akan dilanjutkan ke part 13c, yang pastinya bakalan seru banget. Stay tune terus di blog saya, karena cerita ini akan segera berlanjut ke bagian berikutnya.
BERSAMBUNG... (ke part 13c)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar