Remember it's just a Fanfiction.
Ternyata, ceritanya terlalu panjang... akhirnya saya memutuskan untuk menambah satu bagian lagi di part 13 ini, yaitu part 13c. Ini harus dilakukan karena ternyata semakin panjang saya menulis, semakin sulit untuk di-save. Sekarang, ceritanya masih berhubungan dengan partai final, dimana di cerita sebelumnya, di babak pertama, tim sepakbola SMA Cambridge tertinggal 0-3. Di cerita sub-plot, anak2 7 Icons sudah tidak bisa lagi menahan rasa kangennya untuk tampil sebagai 7 Icons. Mereka pun berniat ingin mencari Adrian, untuk bertemu dengannya. Tapi, Adrian ternyata sedang bertanding. Wah, bagaimana tuh ya ? Sekarang, kita lanjutkan cerita yang super-panjang ini. Mudah2an ini bagian terakhirnya!
Di tempat lain, anak2 7 Icons sudah tiba di depan sekolah. Mereka semua ingin mencari informasi soal pertandingan final tersebut. Hanya tiga orang yang keluar dari mobil, Linzy, Mezty, dan PJ. Sampai di sana, mereka baru tahu kalau pintu pagar sekolah sudah ditutup dan mereka hanya menemukan seorang satpam yang sedang berjaga di dalam posnya. Linzy lalu memanggil satpam itu dan beberapa saat kemudian, ia keluar dari posnya dan menemui Linzy, Mezty, dan PJ.
Satpam: Ada apa ini ya ?
Linzy: Pak, kita mau nanya soal pertandingan final itu. Mainnya di mana ya ?
Satpam: Oh, soal pertandingan itu... mainnya di stadion, dekat gelanggang remaja. Kalau dari sini, kalian lurus saja terus... di perempatan, kalian belok kiri. Setelah itu, nanti lurus terus, masuk jalan tol dalam kota, keluar di area Thamrin, lalu masuk jalan arteri, belok kiri sesudah keluar, nanti lurus terus, kalau ada gelanggang remaja, kalian putar balik, terus masuk ke dalam. Disitu stadionnya.
Linzy: Oh, begitu ya, Pak... kalau begitu, terima kasih ya...
Linzy, Mezty, dan PJ bergegas untuk pergi, tapi kemudian satpam memberitahukan sesuatu pada mereka.
Satpam: Hei, tunggu dulu! Ada yang ketinggalan!
Linzy pun langsung berbalik dan kembali mendekati pagar sekolah. Satpam pun berlari masuk ke dalam posnya dan keluar sambil membawa sesuatu. Ada sebuah paket.
Linzy: Ada apa ya, pak ?
Satpam: Ini ada titipan buat kalian, dari teman kalian. Dia minta kalian untuk memakai ini saat ada di stadion. Ini baju dan aksesoris yang dipakai oleh semua teman2 kalian untuk mendukung sekolah kalian di pertandingan final kali ini. Hanya kalian yang belum dapat.
Linzy: Jadi, semua anak2 yang lain ada di stadion ?
Satpam: Ya, mereka semua berangkat dengan bus dan kendaraan2 lain. Mereka semua ingin mendukung sekolah kalian untuk jadi juara di pertandingan ini. Mereka semua memakai baju yang seperti ini... dan aksesoris2 ini... hanya kalian saja yang belum kebagian alat ini. Nih, alat2nya, mohon diterima. (sambil memberikan barang2 itu pada Linzy)
Linzy lalu menerima paket itu dan lalu melihat isinya. Paket itu berisi kaos, syal, topi, dan bendera yang semuanya masih terlipat rapi dan diikat dengan tali rafia.
Linzy: Apa barangnya hanya ini saja ?
Satpam: Ya, barangnya hanya ini saja. Sekarang sebaiknya kalian cepat ke stadion... nanti kalian terlambat. Kata orang2 yang nonton, sekarang sedang istirahat babak pertama.
Linzy: Baik, pak. Terima kasih ya...
Satpam: Ya, sama2...
Linzy lalu pergi sambil membawa paket tersebut, dan kembali lagi ke mobil, bersama dengan Mezty dan PJ yang tadi menemani mereka. Angel langsung menanyai Linzy ketika ia masuk ke dalam mobil.
Angel: Jadi bagaimana ? Di mana tempatnya ?
Linzy: Di stadion dekat gelanggang remaja. Kita harus cepat ke sana... kata pat Satpam, sekarang sedang istirahat babak pertama...
Angel: Wah, gawat kalau begitu... kita harus ngebut lagi nih... eh, yang kau bawa itu apa ?
Linzy: Ini ? Ini kaus yang dikasih sama satpam tadi. Semua anak2 udah ada di stadion sekarang dan mereka semua pada pakai kaus ini! Dia juga kasih aksesoris banyak nih... katanya cuma kita yang belum dapet!
Angel: Ya udah, nanti kita pakai... sekarang taruh dulu... kita harus pergi sekarang.
Linzy: Tapi kamu tahu arahnya ke stadion ?
Angel: Gw tahu! Dulu kita kan suka jogging bareng di sana...
Linzy: Oh, iya... bener... udah deh, sekarang ayo tancap!
Angel: Siap... semuanya, pegangan!
Angel langsung memacu mobilnya dengan kencang menuju ke stadion. Ia harus ngebut, karena sekarang di stadion, menurut informasi teman2 yang lain, sedang istirahat babak pertama. Bagaimana kondisi di stadion sekarang ini ?
Di stadion, semua sudah siap untuk babak kedua. Para penonton sudah penuh lagi setelah saat istirahat tadi ada yang keluar untuk membeli makanan dan minuman atau sekedar bersantai saja. Mereka kini hanya tinggal menunggu para pemain dari kedua tim untuk keluar dari lorong. Selang beberapa menit kemudian, muncullah para pemain dari SMA 6, yang langsung disambut dengan meriah oleh para fansnya. Tak beberapa lama, muncullah wasit yang memimpin jalannya pertandingan, bersama juga dengan para hakim garis, dan mereka langsung berdiri di tengah lapangan, menunggu pemain SMA Cambridge untuk masuk ke lapangan. Selang dua menit kemudian, keluarlah para pemain SMA Cambridge yang juga disambut dengan meriah oleh para pendukungnya. Mereka semua masuk ke lapangan dengan berlari. Mereka semua sudah kembali panas dan penuh semangat. Sekarang giliran SMA Cambridge yang akan memulai kick-off dan inilah kesempatan untuk mengatur permainan dan membalikkan keadaan. Rizky dan Andi sudah siap untuk melakukan kick-off, dan wasit sedang mengecek kesiapan pertandingan. Semuanya sudah siap, dan lalu wasit mengeset jamnya, kemudian meniup peluitnya dengan keras. BABAK KEDUA DIMULAI!!!!!!!
Rizky langsung menendang ke belakang, dan langsung diterima oleh Adrian dan lalu dioper lagi pada teman yang di belakangnya. Saatnya untuk memulai penyerangan pertama. Pemain itu mengoper lagi pada temannya yang lainnya, dan mereka berusaha mencari celah pada pertahanan SMA 6. Para pemain SMA 6 sendiri memilih untuk melakukan pertahanan yang berlapis, untuk mencegah pemain SMA Cambridge masuk lebih dalam. Para pemain Cambridge sendiri berusaha untuk menikmati suasana pertandingan. Para pendukung SMA Cambridge pun tak henti2nya bernyanyi untuk membuat para pemain bangkit. Di menit ke-49, peluang pertama tercipta, Andi dan Rizky bermain satu-dua setelah Andi menerima umpan dari Rico, Andi hanya tinggal menendang, namun kiper lebih cepat menutup pergerakannya dan bola berhasil ditangkap. Kiper lawan langsung melempar bola ke temannya yang langsung memberi umpan lambung pada temannya yang lain. Namun sayangnya umpannya terlalu deras dan keluar lapangan. Di menit ke-52, Cambridge mencoba lagi. Sebuah serangan dari sayap, berhasil diselesaikan dengan crossing yang mengarah pada Adrian, namun sundulannya masih melebar dari gawang. Di menit berikutnya, memanfaatkan tekel bersih yang dilakukan temannya, Adrian langsung memberi umpan lambung ke Rizky, yang menyerang dari sayap, dengan posisi bebas tak terkawal. Ia lalu memberikan crossing lagi pada Rico, namun Rico tak bisa menjangkau bolanya, dan bolanya justru diamankan oleh pemain belakang lawan. Meskipun beberapa kali usaha mereka masih gagal, SMA Cambridge belum menyerah, malah makin nafsu dan panas. Di menit ke-55, Adrian mencoba melakukan tendangan jarak jauh, namun masih bisa diselamatkan kiper lawan yang badannya segede Manuel Neuer. Ternyata, bola masih berada di lapangan, dan Andi berhasil mendapatkan bolanya dan ia lalu melakukan sebuah tendangan, tapi masih bisa ditepis kiper dan menghasilkan sepak pojok. Adrian sendiri yang mengambil sepak pojok itu, namun bola lambung hasil sepak pojok masih bisa ditangkap oleh kiper. Kiper lalu melakukan tendangan jauh hingga ke daerah pertahanan Cambridge, mengetahui ada pemain yang sudah ada pada posisi aman di sana, namun bolanya memantul terlalu jauh sehingga tak bisa dijangkau oleh pemain itu, mengakibatkan bola keluar. SMA Cambridge punya kesempatan lagi untuk memegang kendali permainan. Di menit ke-58, serangan Cambridge kembali berbuah peluang. Andi berhasil lepas dari jebakan offside, ia menerima through pass dari Rico, namun sayang tendangannya masih bisa ditangkap oleh kiper. Percobaan dilakukan lagi di menit ke-60, Adrian memanfaatkan tendangan bebas hasil dari pelanggaran pemain lawan pada Rizky. Tapi tendangan itu masih mengenai pagar betis pemain SMA 6. Bola muntah langsung disambar Rico, namun tendangannya masih diselamatkan kiper. Sepak pojok lagi. Adrian kini tidak menendang langsung, ia mengoper pada Rico, lalu dioper lagi pada pemain lain yang langsung menembak dari luar kotak penalti. Tapi hasilne sami mawon. Gagal. Melenceng jauh diatas gawang.
Sementara itu, di luar stadion, mobil Daihatsu Luxio dengan nomor plat mobil B 71 CNS sudah memasuki wilayah stadion. Yap, anak2 7 Icons sudah datang ke stadion. Mereka langsung keluar dari mobil dan berjalan ke stadion dengan langkah sedikit terburu-buru. Mereka berharap agar mereka tidak ketinggalan pertandingannya. Sampai di stadion, mereka langsung mendatangi loket tiket dan ingin membeli tiket. Pada saat mereka membeli tiket itulah, datanglah seorang pria paruh baya dengan kostum tim SMA Cambridge dan celana jeans, serta sepatu sport. Tubuhnya kecil, namun gempal, seperti Wayne Rooney. Ia juga memakai topi Ascot. Dia adalah salah satu koordinator fans SMA Cambridge, sekaligus guru pelajaran Fisika, Pak Yudi. Dia langsung mendekati anak2 7 Icons ketika mereka sedang membeli tiket.
Pak Yudi: Hei... kalian tidak usah beli tiket... tiket kalian sudah ditanggung...
Angel dan anak2 7 Icons lainnya langsung melihat ke arah Pak Yudi.
Angel: Lho, Pak Yudi ? Selamat sore, Pak... emangnya kenapa ya ?
Pak Yudi: Sore, 7 Icons... kalian nggak usah beli tiket... tiket kalian semua sudah ditanggung...
Angel: Ditanggung ? Beneran ?
Pak Yudi: Ya... kalian kan anak SMA Cambridge juga... jadi tiket kalian ditanggung. Kalau kalian beli tiket di situ, berarti kalian penonton biasa... hanya mereka yang harus bayar. Ayo, ikut saya.
Angel dan teman2nya pun mengikuti Pak Yudi menuju tempat di mana para fans SMA Cambridge berada. Sambil mereka berjalan, anak2 7 Icons bertanya-tanya soal keadaan pertandingan sekarang.
Angel: Jadi gimana kondisinya sekarang ? Soal pertandingannya...
Pak Yudi: Kita ketinggalan 0-3. Anak2 sudah berusaha, tapi mereka kecolongan. Baru 35 detik sudah gol. Beruntung sih kemudian masih bisa menyerang. Tapi di menit 39 dan 43 kita kebobolan lagi. Sekarang sih katanya sudah bisa menyerang lagi, tapi belum ada hasilnya sampai sekarang... omong2, tumben kalian mau datang kemari... biasanya kalau ada pertandingan bola, kalian malah menghilang...
Angel: Kita mau ketemu dengan Adrian, Pak. Ada urusan...
Pak Yudi: Adrian ? Dia sekarang sedang bermain. Kalian semua terlambat. Kalian harus menunggu hingga pertandingan selesai baru kalian bisa bertemu. Itupun kalau hasilnya tetap 3-0 buat sekolah lawan... Jika seandainya Adrian dan kawan2 bisa menyamakan kedudukan jadi 3-3, maka pertandingan akan dilanjutkan ke perpanjangan waktu. Kalau masih tetap imbang, babak adu penalti akan dilakukan. Kalian harus menunggu lebih lama lagi jika ingin bertemu Adrian...
Angel: Wah, gimana dong ? Jadi... sekarang kita harus menunggu nih ?
Pak Yudi: Ya, betul. (terdiam sebentar) Oh, aku punya ide buat kalian... bagaimana kalau sambil kalian menunggu... saya kasih tugas buat kalian.
Angel dan teman2nya pun kaget. Kira2 apa tugasnya ?
Angel: Tugas apa ya, Pak ?
Pak Yudi: Kebetulan kan tim kita lagi ketinggalan 0-3... dan para penonton sudah mulai kehilangan semangat untuk memberi dukungan... nah, bagaimana kalau sepanjang sisa pertandingan ini, sambil menunggu Adrian, kalian jadi cheerleaders dadakan untuk sekolah kita. Mau ?
Angel: Ummm... gimana ya ? (terdiam sebentar) Saya bicarakan dulu ya, Pak...
Semua anak2 7 Icons ditugaskan untuk menjadi cheerleaders dadakan. Angel pun langsung membicarakan ini dengan semua anak2 7 Icons yang lain, apakah mau menerima atau tidak.
Angel: Jadi bagaimana ? Pak Yudi tugaskan kita jadi cheerleaders. Mau nggak ?
Linzy: Ummm... gimana ya ? Terima aja deh... siapa tahu kita bisa lebih dekat ke lapangan... dan bisa ngasih semangat buat semuanya...
PJ: Iya, terima aja... ini kesempatan bagus! Siapa tahu... Adrian jadi lebih semangat lagi... mungkin dia bakal senang melihat kita seperti itu... Udah deh, terima aja...
Mezty: Bener... gw siap kok... kita kan bisa menari-nari di pinggir lapangan dan bikin Adrian senang... siapa tahu... Adrian mau lagi deh, ngobrol dengan kita...
Natly: Betul, siapa tahu... Adrian mau lagi ngobrol dengan kita karena kita telah mau mendukung dia dalam pertandingan ini... siapa tahu kita bisa bayar kesalahan kita padanya dulu...
Angel: Emangnya kita salah apa ?
Natly: Sering nggak hadir ketika Adrian sedang bertanding... bukannya kita yang pertama kali mendukung Adrian masuk tim sepakbola ? Tapi justru kita juga yang bikin dia kecewa, karena kita nggak pernah datang mendukungnya setiap kali kita bermain... nah, sekarang kita bisa punya kesempatan untuk membayar kesalahan kita itu...
Angel: Betul juga kamu... oke deh... kalau kamu, Gc ?
Gc: Kalau aku sih... mau dong, soalnya kita bisa joget2 dan dan makan enak...
Linzy: Hah ? Makan enak ? Apa hubungannya ?
Gc: Kan kita jadi cheeseburger, ya kan ? Berarti kita makan2...
PJ: Ya ampun Gc... kita ini kan mau jadi cheerleader, bukan cheeseburger... beda itu...
Gc: Oh... (mengangguk-angguk) emangnya udah ganti ya ?
PJ: Bukan itu, Gc... emang namanya begitu... Cheerleader, bukan cheeseburger.
Gc: Oh... begitu... ya udah, sekarang kita jadi cheerleader... (langsung joget2) gimme I, gimme C, gimme O...
Angel: Yah, gilanya keluar lagi... tapi nggak apa2 deh... Vanila, gimana ?
Vanila: Kalau akyu sih mau2 aja... soalnya, jadi cheerleader itu kan asyik...
Angel: Oke, sip deh... kalau begitu, kita terima tugas ini. Oh, ya. Kalian tenangin Gc dulu ya... kasih obat dulu... gw mau bicara dulu sama Pak Yudi.
Linzy: Okkie Dokkie...
PJ: Oke... sekarang, kita tangkap si Gc!
Angel lalu mendatangi Pak Yudi, sementara anak2 7 Icons yang lain sibuk menenangkan Gc yang lagi menggila menjadi cheerleader (dia bukannya gila, tapi dia memang kadang2 hiperaktif!).
Pak Yudi: Jadi bagaimana ? Kalian terima ?
Angel: Terima, Pak. Terus bagaimana ?
Pak Yudi: Sekarang kalian ganti baju, kamu sudah terima paket yang dari satpam, kan ? Minimal kalian pakai baju itu. Nanti saya tunggu di sini. Oke ? Jangan lama2.
Angel: Baik, Pak.
Angel lalu buru2 pergi ke mobilnya. Anak2 7 Icons yang lain pun lalu mengikutinya. Mereka pun harus buru2 mengikuti Angel karena dia jalannya cepat sekali. Sampai di mobil, Angel pun mengambil kunci mobilnya.
Linzy: Jadi sekarang gimana, Angel ?
Angel: Kita harus ganti baju. Pak Yudi mintanya kita harus pakai kaus yang tadi dikasih sama satpam itu. Tapi setelah gw lihat, kayaknya... nggak terlalu suka deh gw kalau harus pakai kaus itu... kita harusnya tampil beda dan mencolok, biar semua orang bisa lihat, termasuk pula Adrian. Cuma... kira2 kita punya nggak ya, kostum yang pas buat kita ?
PJ: (mendatangi Linzy) Linzy, ada masalah apa ?
Linzy: Angel lagi bingung. Sekarang kita harus ganti baju, tapi dia nggak terlalu suka kalau harus pakai kaus yang tadi satpam sekolah kasih. Kira2, kita punya kostum nggak ya ?
PJ: Wah, itu dia yang gw nggak tahu... kita kan nggak bawa apa2 ke stadion... cuma baju ini dan paket itu. Gimana ya ? (berpikir sejenak)
Angel, Linzy, dan PJ pun kini terjebak dalam kebingungan. Angel nggak suka kalau ia harus pakai kaus sepakbola SMA Cambridge untuk menjadi cheerleaders. Tapi masalahnya, anak2 7 Icons tidak bawa barang lain ke stadion selain seragam mereka, tas, dan paket itu. Mereka pun jadi bingung harus bagaimana. Di saat mereka sedang kebingungan, Gc mengintip isi dalam mobil bagian belakang, dan mendapati ada sebuah koper besar di dalamnya.
Gc: Eh, eh... itu di dalam ada apa sih ? Kok ada koper ? Iiiih... pasti pada bawa bom ya ?
Linzy: Hah ? Koper ? Masa sih, Gc ?
Gc: Tuh, lihat aja ke dalam...
Linzy lalu melihat ada sebuah koper besar yang tersimpan di bagasi belakang mobil, dan bisa terlihat dari luar mobil lewat jendela. Mengetahui itu, Linzy langsung memanggil Angel.
Linzy: Angel!
Angel: Ya ? Kenapa ?
Linzy: Buka pintu belakang mobil! Gc bilang ada koper didalamnya...
Angel: Hah ? Masa ? Emang ada koper di mobil kita ?
Linzy: Ada... Gc yang bilang...
Angel: Masa sih ? Perasaan koper2 udah pada gw keluarin deh...
Angel lalu melihat ke dalam mobil lewat jendela, dan ia mendapati koper besar itu. Angel pun kemudian langsung teringat sesuatu.
Angel: Oh, iya! Gw lupa keluarin koper yang isinya kostum waktu kita syuting terakhir itu... pantesan gw cari2 di rumah, kok nggak ada... Kalau nggak salah, didalamnya itu ada tujuh set kostum warna pink deh... kayaknya pas nih buat jadi kostum cheerleaders...
Linzy: Ya udah, kalau begitu kita buka aja pintu mobilnya...
Angel: Oke... siap...
Angel lalu membuka pintu mobil belakang dan ternyata memang ada sebuah koper besar yang tersimpan di sana. Warnanya hitam dan sepertinya penuh dengan barang. Itu karena kopernya sedikit menggembung. Di pegangan kopernya juga masih ada stiker kargo dari sebuah maskapai penerbangan. Koper itu kemudian diambil oleh Angel dan itu berat sekali. Ia lalu menaruhnya di tanah, dan lalu Linzy membukanya. Ternyata, isinya sungguh menarik, hingga membuat Linzy, Angel, dan PJ, langsung tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Inilah kostum yang mereka inginkan.
Dengan cepat, anak2 7 Icons berganti baju dan lalu kembali lagi ke stadion. Sekarang penampilan mereka sudah berubah. Mereka memakai jaket pendek berwarna pink bergaris putih, dengan ritsleting yang hampir terbuka semuanya, kaus dalaman khusus berwarna putih, rok pendek putih dengan ikat pinggang putih, stocking putih, dan sepatu boot warna putih. Mereka semua memakai kacamata berbingkai pink, dan rambut mereka semuanya diikat. Semua seragam yang tadi mereka pakai sudah dimasukkan ke dalam koper. Kini, mereka sudah benar2 mirip seperti sebuah tim cheerleaders. Mereka lalu melangkah menuju ke pintu depan stadion, dimana Pak Yudi sudah menunggu mereka. Pak Yudi pun langsung kaget melihat penampilan mereka yang baru itu. Tapi, ia juga tersenyum puas.
Pak Yudi: Bagus sekali. Dapat dari mana ?
Angel: Bantuan yang tak terduga. Sekarang, apa yang harus kita lakukan ?
Pak Yudi pun kemudian mengeluarkan sebundel kartu free pass masuk stadion. Kartu ini harus dipakai kalau mau berada lebih dekat dengan lapangan. Hanya orang tertentu yang bisa mendapatkan kartu ini.
Pak Yudi: Ini hadiah buat kalian. Kartu free pass. Hanya dengan kartu ini kalian bisa berada lebih dekat dengan lapangan. Ini adalah jatah terakhir kartu free pass dari SMA kita, dan kebetulan ada tujuh kartu lagi. Saya langsung mendaftarkan nama2 kalian untuk mendapatkan kartu ini.
Angel: Wah, terima kasih banget, Pak. Ini wajib dipakai ya ?
Pak Yudi: Ya. Kalau tidak, kalian nggak boleh masuk. Ini sebagai "pelicin" kalian masuk ke dalam stadion. Saya bilang ke panitianya kalau kalian diserahi tugas khusus untuk membawa nama sekolah, sehingga kalian bisa langsung dapatkan kartu ini. Biasanya untuk mendaftarkan orang yang ingin dapat kartu ini, prosesnya lama, dan harus jauh2 hari. Tapi beruntung, mereka mau berbaik hati, satu karena jatah free pass kita masih ada dan kedua, karena saya bilang tugas khusus itu.
Angel: Wah, bagus deh, kalau begitu... terima kasih ya... terus sekarang masuknya lewat mana ?
Pak Yudi: Kalian ikut saya. Akan saya tunjukkan pintu masuknya.
Pak Yudi lalu membawa anak2 7 Icons ke sebuah pintu masuk yang pintunya berupa pintu teralis berwarna putih yang tidak terkunci. Pak Yudi lalu membuka pintu itu dan mengantarkan anak2 7 Icons melewati sebuah lorong yang cukup panjang. Di depannya, ada sebuah pintu teralis lagi, yang kali ini terkunci, dan dijaga oleh seorang anggota panitia dari luar. Pak Yudi kemudian memberikan kartu free pass itu pada setiap anak2 7 Icons dan memandunya hingga ke pintu teralis itu. Sampai di pintu itu, Pak Yudi memberitahu pada anggota panitia yang berjaga itu, kalau ada pemegang kartu free pass yang akan masuk. Ia pun lalu membuka pintunya dan anak2 7 Icons langsung berjalan melewati pintu itu. Sebelum masuk ke lapangan, kartu free pass mereka diperiksa dan hasilnya, semua boleh masuk ke dalam lapangan. Pak Yudi lalu menunggu hingga mereka masuk ke dalam lapangan atletik dan pintunya ditutup. Sebelum pintunya ditutup, Pak Yudi sempat melambaikan tangannya dan bilang, "Good Luck!" dan setelah itu, ia pergi ketika pintunya ditutup. Pak Yudi langsung kembali ke tribunnya dan kembali menonton pertandingan. Sekarang, bagaimana keadaan di dalam pertandingan ?
Di dalam lapangan, SMA Cambridge masih berusaha sekuat tenaga untuk dapat mencetak gol pertamanya. Beberapa usaha telah dikerahkan, namun hasilnya masih buntu. Kini, dengan waktu yang makin menipis, banyak yang mempertanyakan, apakah SMA Cambridge bisa mencetak gol atau tidak. Serangan yang sering gagal membuat pemain kini berada dalam kondisi deadlock. Semua strategi sudah dicoba, namun tidak ada yang berhasil. Malah makin menambah deadlock. Kini, mental para pemain SMA Cambridge mulai terombang-ambing. Ada peluang mental mereka down kembali, karena dari tadi usaha mereka belum menemui hasil. Adrian pun masih semangat untuk menyerang, namun para pemain yang lain tidak demikian. Tapi mereka masih tetap berusaha. Di menit ke-63, sebuah serangan lain dari Rico lewat tendangan jarak jauh masih belum menemui sasaran. Menit ke-66, Adrian dan Rico membuat kerjasama satu-dua yang berhasil lepas dari jebakan offside, namun sayangnya bola masih tipis dari gawang. Di menit ke-68, Rizky mencoba lagi dengan sebuah solo run, tapi tendangannya masih bisa diamankan. SMA Cambridge kini mulai banyak dicela karena terlalu banyak membuang peluang dan kurang sabar dalam penyelesaian akhir. Tapi, kejadian ini, kemudian akan mengubah semuanya. Di menit ke-69, sebuah serangan coba dibangun kembali oleh para pemain SMA Cambridge. Kali ini, serangannya dilakukan dari sayap. Pemain lawan berusaha untuk mencuri bolanya, namun justru yang terjadi ia melanggar pemain itu. Pelanggaran pun terjadi, dan wasit langsung memberi kartu kuning. Pemain SMA Cambridge ini sangat kesakitan, dan sepertinya ia cedera. Kru medis pun dipanggil, dan selagi pemain itu ditangani kru medis, para pemain SMA Cambridge yang lain pun berkumpul di pinggir lapangan mendengarkan instruksi dari Coach Johan sambil menumpang minum. Adrian sendiri juga pergi ke pinggir lapangan untuk minum sambil ngobrol dengan pemain2 lain. Pada saat itulah, anak2 7 Icons memasuki lapangan atletik dan memulai tugas mereka. Tentu saja kehadiran mereka membuat banyak penonton kaget. Baik yang dari SMA Cambridge, ataupun SMA 6. Bahkan ada yang berkomentar, "Sejak kapan SMA Cambridge punya cheerleaders ?". Tim cheerleaders SMA 6 pun juga kaget mengetahui kalau mereka kini tak sendirian di lapangan atletik. Semua penonton SMA Cambridge tahu siapa yang menjadi "cheerleaders dadakan" ini, jadi mereka semua langsung memanggil2 nama Adrian. Panggilan itu kemudian berubah menjadi sebuah teriakan besar para penonton untuk memberi semangat Adrian dan teman2nya yang lain. Rizky dan Andi pun kaget ketika tahu ada anak2 7 Icons di lapangan atletik. Ia pun kemudian memberitahu Adrian, yang saat itu sedang minum dan membelakangi penonton.
Rizky: Hei, Adrian... coba kamu lihat ke belakang...
Adrian: Lihat ke belakang ? Ada apa memangnya ?
Andi: Kamu mendingan lihat aja sendiri. Mungkin mereka sudah kamu tunggu2.
Adrian lalu melihat ke belakang, sambil minum, dan dia melihat tujuh orang cewek cantik yang selama ini ia lupakan selama dua bulan ini... ada tepat beberapa langkah darinya. Yap. 7 Icons. Mereka lalu melambaikan tangannya sambil berkata, "Hai, Adrian..." dan Adrian pun juga membalasnya dengan lambaian tangan dan dia bilang, "Hi, my dream deliver...". Ia pun lalu tersenyum pada mereka, dan anak2 7 Icons pun kemudian meneriakkan sesuatu pada Adrian...
PJ: Adrian, semangat ya!
Angel: Ayo Adrian... jangan menyerah! Bikin kita bangga ya! Ayo... Aza2 fightin'!
Linzy: Iya, ayo semangat! Jangan bikin kita kecewa ya...
Semua anak2 7 Icons pun memberikan semangat langsung pada Adrian, yang berjarak hanya beberapa langkah darinya. Adrian merasa sangat senang dalam hatinya, dan ia pun langsung berkata dalam hatinya, "Terima kasih... aku nggak akan kecewakan kalian, aku janji..." Adrian lalu menjatuhkan gelas minumannya, dan lalu berbalik kembali pada Rizky dan Andi. Ia lalu menyampaikan sesuatu.
Adrian: Teman2, inilah saatnya. Aku sudah dapatkan feel-nya.
Rizky: Benarkah ? Kamu sudah dapatkan feel-nya ?
Adrian: Ya. Begitu pertandingan dimulai kembali, kita serang mereka lagi habis2an. Kita akan menyerang bersama-sama. Rico mana ? Ia juga harus diberitahu.
Andi: Rico lagi dengerin instruksi Coach... nanti aja deh, dikasih tahunya...
Tak lama, Rico selesai menerima instruksi dari Coach Johan. Ia langsung dipanggil oleh Andi untuk berkumpul dengan Rizky dan Adrian. Coach Johan melihat mereka berempat berdiskusi dari kejauhan, sambil memberikan beberapa instruksi lain untuk para pemain bertahan.
Rico: Ada apa nih ?
Adrian: Sekarang saya dapatkan feel-nya. Sekarang gw jadi semangat lagi.
Rico: Wah, kamu masih belum menyerah juga nih ?
Rizky: Iya, maklum saja, lihat ke lapangan atletik, tepat di belakang bench.
Rico lalu melihat ke arah lapangan atletik dan mendapati anak2 7 Icons sudah berdiri di sana, mulai bersiap untuk memberi dukungan buat para pemain.
Rico: Wah... anak2 7 Icons sudah hadir... pantesan kamu jadi semangat lagi, Adrian...
Adrian: Ya, dan inilah saatnya untuk menghentikan deadlock. Kita akan memecahkan kebuntuan. Mainnya tetap sama, tapi kita akan lebih sabar dalam penyelesaian terakhir. Kita akan serang mereka habis2an.
Rico: Sip dah kalau begitu... Coach juga bilang kalau kita harus tetap menyerang.
Adrian: Bagus kalau begitu... kita akan main biasa, pass and move, tiki-taka, seperti yang dulu kita lakukan dulu, ketika kita latihan pertama kali... dan kali ini, kita libatkan semua pemain.
Rizky: Wah, bagus itu... semoga bisa berdampak bagus...
Adrian: Tenang kok, gw yakin ini akan berdampak baik. Tiga gol bisa kita dapatkan, asal kita bisa kerjasama, dan lebih sabar. Gw percaya itu.
Andi: Good, gw suka itu. Kalau begitu, kita main sekarang ?
Adrian: Ya... tapi tunggu dulu. Saya jadi pengen bikin nazar nih... boleh kan ?
Rico: Nazar apa, Adrian ?
Adrian: Begitu kita bisa cetak gol ketiga, bagaimana kalau kita berempat... menari Playboy. Di hadapan para penonton. Setuju ?
Rizky: Gw setuju! Apalagi di depan kita ada anak2 7 Icons sekarang... nanti menarinya di mana ?
Adrian: Disini. Atau mungkin ada tempat lain. Mungkin di sana. (sambil menunjuk tempat kosong yang ada tidak jauh dari bench)
Rico: Oke, kita lakukan. Tapi bener ya, setelah gol ketiga...
Adrian: Tenang kok... pokoknya, gol ketiga, kita joget Playboy. Siap ?
Andi, Rizky, dan Rico: Siap!
Adrian: Oke, kalau begitu kita main lagi. Let's go, lads...
Adrian, Rizky, Andi, dan Rico pun lalu kembali ke lapangan, dan langsung disambut dengan teriakan oleh para pendukung SMA Cambridge, dan juga anak2 7 Icons. Semua pemain sudah kembali ke lapangan, dan kini pertandingan sudah molor lebih dari lima menit. Di bench SMA Cambridge, pergantian disiapkan. Reza (masih ingat dia ?) sudah disiapkan untuk menggantikan pemain mereka yang mengalami cedera. Ia langsung memasuki lapangan setelah diizinkan oleh wasit, karena pemain yang digantikan sudah terlebih dulu keluar dari lapangan. Dia sudah ditandu, dan dibawa ke pinggir lapangan.
Rico: Hei, lihat siapa yang kembali ke lapangan!
Adrian: Wah, si Reza! Weh, apa kabar lu ?
Reza: Hei, Adrian... lama nggak ketemu nih... gimana kabar lu ?
Adrian: Baik... sama Coach disuruh apa kamu ?
Reza: Gw cuma disuruh nerusin kerja anak tadi itu tuh... nyerang dari sayap...
Adrian: Oke, bagus! Main sana!
Reza: Oke bro...
Reza lalu bersiap di posisinya, dan wasit bersiap untuk memberikan fair ball pada lawan. Fair ball ini harus ditendang oleh pemain SMA 6 kepada SMA Cambridge, karena tadi, sebelum terjadi pelanggaran, SMA Cambridge yang memegang bola. Bola pun kemudian diberikan pada seorang pemain SMA 6 yang lalu menendang bola itu pada kiper SMA Cambridge. Tepuk tangan penonton langsung membahana di stadion, dan pertandingan pun dimulai kembali. Sekarang sudah menit ke-75.
Permainan pun dilanjutkan. SMA Cambridge mulai memainkan sepakbola mereka seperti biasa. Pass and move dan tiki-taka, yang sebelumnya belum terlihat pada menit2 sebelumnya. Mereka memainkan bola dari sisi kiri ke tengah, dan ke kanan. Begitu bola sudah sampai pada Reza, serangan pun dimulai. Reza langsung berlari sayap kanan dengan sangat kencang, meskipun ia dibayangi oleh seorang pemain lawan. Adrian berlari tepat di belakangnya, untuk mengantipasi hal yang tak diinginkan. Reza terus menyerang hingga mendekati ujung lapangan, dan ia masih dibayangi, sehingga ia tak bisa memberi crossing. Tapi ia tidak hilang akal. Mengetahui Adrian ada di belakangnya, Reza langsung mengumpan bola pada Adrian lewat sebuah aksi backheel dan Adrian yang sudah berada di posisi bebas langsung memberi umpan silang. Rizky yang sudah siap di kotak penalti langsung berlari menuju arah bola dan menyundul bola tersebut masuk ke bagian kanan bawah gawang. GOAL!!!!!!!!! SMA Cambridge kini memperkecil ketertinggalan, 1-3, pada menit ke-77. Semua penonton pun langsung bersorak menyambut gol itu... akhirnya gol yang para fans SMA Cambridge tunggu datang juga. Rizky langsung berlari menghampiri Adrian dan Reza yang sudah berselebrasi duluan, dan mereka pun langsung berselebrasi bersama. Para pemain lain juga ikut merayakan gol tersebut. Anak2 7 Icons langsung melompat-lompat kegirangan menyambut gol itu, bahkan Gc sampai menari-nari nggak karuan. Para pemain SMA 6 pun hanya bisa terdiam saja melihat gol itu terjadi. Begitupun juga dengan para penonton SMA 6. Kedudukan mereka hanya bertahan total 35 menit saja. Di bench SMA Cambridge, Coach Johan, staf pelatih, dan para pemain cadangan menyambut gol itu dengan penuh suka cita. Mereka pun kini bisa sedikit bernapas lega karena gol pertama mereka sudah tercipta. Adrian dan teman2nya kemudian kembali ke daerah pertahanan mereka. Adrian lalu mengangkat tangannya empat kali, sebagai sinyal "ayo bangkit, ayo bangkit..." dan para penonton pun makin bersemangat. Rico juga melakukan hal yang sama, namun ia hanya mengangkat tangannya dua kali. Permainan siap untuk dilanjutkan kembali. Kali ini, SMA 6 yang akan memegang bola. Wasit lalu meniup peluitnya dan pertandingan dilanjutkan kembali. SMA 6 pun kini harus menyerang lagi untuk menjauhkan skor. Tapi pertahanan SMA Cambridge jauh lebih siap daripada babak pertama. Dengan mudah, bola berhasil direbut lagi oleh para pemain SMA Cambridge, lewat sebuah tekel yang bersih dari seorang pemain belakang Cambridge. Kini, anak2 Cambridge yang memegang bola, dan para penonton pun sudah mulai bernyanyi-nyanyi lagi, dengan bantuan para pemimpin gerakan dan juga anak2 7 Icons yang mulai menari di pinggir lapangan. Tugas mereka sebagai cheerleaders dadakan sudah mereka mulai. Semangat para penonton pun kembali lagi, dan mereka mulai menyanyikan beberapa potongan lagu, seperti lagu "When The Ants Go Marching In" yang mereka ubah liriknya menjadi "When The Cambridge Players Marching In", mereka menyanyikannya sambil melompat-lompat di tribun (seperti Torres Bounce), reff lagu Chocolate Love-nya SNSD, "I got you babe... I call, I call it Chocolate Love...", dan beberapa chant seperti "Go Go Cambridge", yang cara menyanyikannya seperti chant "Indonesia!", "Go Cambridge, Go Cambridge Go!", dan banyak lagi yang lainnya. Mereka semua menyanyikannya penuh semangat, sambil melakukan beberapa gerakan yang dipandu oleh para pemimpin gerakan dan anak2 7 Icons. Bahkan ada juga seorang peniup terompet yang memainkan lagu "Kopi Dangdut", "Mars Slankers", "Yo Ayo Indonesia", dan beberapa lagu lainnya. Suasananya kini makin meriah dan makin ramai. Kembali ke permainan. Sekarang para pemain SMA Cambridge yang memegang bola, mereka kembali lagi memainkan pass and move dan tiki-taka, dan kini mereka bergerak dari segala arah. Ada dari kiri, kanan, bahkan dari tengah. Sebuah serangan dari tengah, tendangan jarak jauh dari Rico, masih bisa ditepis oleh kiper lawan pada menit ke-85, memicu adanya sepak pojok. Adrian yang mengambil sepak pojok itu, langsung menendang ke arah gawang, bola berhasil disundul oleh Andi, tapi berhasil ditepis oleh kiper keluar lapangan, menghasilkan sepak pojok kedua. Adrian menendang lagi, dan kali ini terjadi kemelut di depan gawang, ketika semua pemain dari kedua memperebutkan bola, dan secara tiba2 bola keluar. Sempat terjadi kebingungan, siapa yang membuat bola keluar, apakah SMA 6 atau SMA Cambridge. Kalau SMA Cambridge yang bikin bolanya keluar, hasilnya tendangan gawang. Tapi kalau SMA 6 yang membuat bola keluar, sepak pojok ketiga dilakukan. Namun wasit punya pendapat sendiri. Wasit melihat dengan jelas kejadian itu, dan memutuskan sepak pojok ketiga untuk SMA Cambridge secara beruntun. Wasit melihat kalau ada seorang pemain SMA 6 yang menghalangi tembakan seorang pemain SMA Cambridge. Mengetahui itu, Adrian langsung mengangkat kedua tangannya, dan kembali bersiap melakukan sepak pojok. Adrian menendang sepak pojok itu, dan berhasil disundul oleh Rizky ke samping, dan bola langsung disambar oleh Andi yang datang dari belakang dan melakukan sliding untuk memasukkan bola itu tepat di kanan bawah gawang, dan kiper lawan tak bisa menjangkaunya. GOAL!!!!!!! 2-3! SMA Cambridge makin mendekatkan jarak. Andi langsung berdiri dan berlari ke ujung lapangan untuk merayakan gol tersebut. Ia mengangkat kedua tangannya, dan lalu teman2nya yang lain mengejar. Ia bahkan sempat ingin merayakan golnya dengan berjoget Playboy, namun dicegah oleh Adrian, dan memberitahukan kembali apa nazarnya, yang baru akan berjoget Playboy setelah mencetak gol ketiga. Penonton pun makin heboh, kini mereka merayakan gol itu dengan cara Manchester City, yaitu The Poznan. Mereka semua membelakangi lapangan, saling berangkulan, dan melompat-lompat di tribun. Anak2 7 Icons pun melakukan hal yang sama, bersama juga dengan beberapa fans Manchester City yang berada di tribun lain. Coach Johan pun kini makin sumringah. Ia melompat-lompat seperti anak kecil, sambil toss dengan asisten pelatihnya. Semuanya kini menjadi sangat bersemangat, dan semakin heboh. Kini SMA Cambridge hanya butuh satu gol lagi untuk menyamakan kedudukan. Pertandingan pun kemudian dilanjutkan lagi. SMA 6 kini sudah mulai kehilangan fokus dan semangat. Yang tadinya sudah optimis akan juara, sekarang menjadi tidak yakin apakah mereka akan juara. Mereka sudah terlalu banyak kehilangan bola, dan terlalu lama bertahan. SMA Cambridge mendominasi babak kedua, dan itu membuat mereka tidak bisa keluar menyerang dengan enak seperti babak pertama. Kini, mereka hanya bisa berusaha untuk mempertahankan keunggulan mereka, meskipun itu juga berarti mereka harus siap untuk digempur habis2an oleh para pemain Cambridge.
Permainan pun dilanjutkan. SMA 6 kembali memegang bola, dan berhasil maju hingga ke tengah daerah pertahanan SMA Cambridge. Namun, lagi2 mereka dimatikan oleh para pemain belakang Cambridge, dan mereka kembali berhasil mencuri bola dan kembali memainkan apa yang biasa mereka lakukan. Mereka terus memainkan bola dan tidak memberi kesempatan sama sekali pada para pemain lawan untuk memegang bola. Di tribun, para penonton pun tidak henti2nya memberikan semangat dan terus bernyanyi-nyanyi, meskipun waktu pertandingan kini tidak lebih dari beberapa detik lagi di waktu normal. Wasit sudah melihat jamnya, dan kemudian memberi kode pada wasit cadangan bahwa akan ada waktu tambahan empat menit. Tak lama, wasit cadangan mengangkat papannya dan memberitahukan pada semuanya, bahwa pertandingan kini memasuki waktu tambahan, dan waktu tambahannya empat menit. Mengetahui itu, para penonton SMA Cambridge dan SMA 6 pun bereaksi. Kondisinya mulai ramai. Ada yang bernyanyi-nyanyi, menari-nari, dan membunyikan terompet, klakson, serta vuvuzela yang mereka bawa. Para penonton SMA 6 sudah memulai pesta juara mereka, meskipun tidak semuanya, dan para penonton SMA Cambridge tetap bernyanyi-nyanyi memberi semangat pada para pemainnya. Ternyata, pemberitahuan waktu tambahan ini menjadi awal dari serangan SMA Cambridge berikutnya. Mereka langsung bermain pass and move, dari sisi kiri, kemudian ke sisi kanan, dan terakhir ke sisi kanan. Adrian yang memegang bola dari sisi kanan itu, langsung berlari membawa bola sendirian, dan kemudian membuat operan satu-dua dengan Andi. Beberapa saat kemudian, ia membuat operan satu-dua lagi, kali ini dengan Rizky, dan operannya bersih. Adrian kembali memegang bola, dia dibayangi oleh satu pemain belakang dan satu kiper, dan ia sudah masuk ke kotak penalti. Ketika ia sudah berada pada kondisi satu lawan satu dengan kiper... Adrian langsung mengambil ancang2, dan lalu mengayunkan kaki kanannya, dan memakainya untuk menendang bolanya tepat ke sisi tengah kanan dalam gawang... bola tak bisa terjangkau oleh kiper, dan masuk ke dalam gawang. GOAL!!!!!!!!! SMA CAMBRIDGE BERHASIL MENYAMAKAN KEDUDUKAN!!!!!!!!! 3-3! Ketika ia mengetahui bolanya masuk ke gawang... Adrian langsung berlari ke samping, kemudian memutar, mengacungkan jari telunjuknya, dan lalu berbalik, berlari mundur, dan menunjuk-nunjuk teman2nya yang langsung mengejarnya setelah ia mencetak gol... wajahnya senang gembira tak karuan... ia lalu membalikkan badannya memunggungi penonton dan menunjukkan nama dan nomornya, kemudian ia berbalik lagi, dia kini menghadap penonton, dan bersama Rizky, Andi, dan Rico, Adrian siap melakukan nazarnya. Mereka semua berbaris di garis pinggir lapangan, dengan urutan barisan dari kiri ke kanan, Rico, Adrian, Rizky, dan Andi.
Adrian: Kalian semua sudah siap ?
Rizky: Siap, Adrian...
Adrian: Sudah siap ?
Rico: Siap...
Adrian: Oke, kita mulai. One, two, three, four...
Mereka berempat pun kemudian menari Playboy! Mereka mengambil gerakan yang ada di reff pertamanya. Sambil itu, mereka juga menyanyikan lagunya bersama-sama. Para penonton pun langsung bersemangat dan mengikuti gerakannya. Setelah selesai, mereka langsung mengangkat kedua tangannya, dan lalu kembali lagi ke daerah pertahanan mereka, untuk memulai kembali pertandingan. Ketika mereka masuk kembali ke lapangan, ada beberapa pemain lain juga ikut merayakannya, meskipun hanya sekedar toss. Nazar Adrian pun terpenuhi. Pada saat Adrian merayakan golnya, semua penonton SMA Cambridge pun langsung menggila... mereka berteriak-teriak, mengangkat tangannya, melompat-lompat di tribun, dan membunyikan semua alat bunyi yang mereka punya. Anak2 7 Icons pun melompat-lompat kegirangan menyambut gol itu, dan mereka semua juga ikut berteriak, sama halnya para penonton lain. Mereka juga tertawa ketika melihat Adrian, Rizky, Andi, dan Rico menari Playboy tepat di depan mereka, dan lalu bertepuk tangan setelah Adrian dan teman2nya selesai melakukan selebrasinya itu. Di bench, semua pelatih dan para pemain pun menggila. Coach Johan melompat-lompat kegirangan lagi, dan toss dengan para pelatih lain, sambil juga bertepuk tangan. Ketika Adrian lewat, ia langsung bertepuk tangan padanya. Para pemain cadangan juga sama. Mereka semua juga melompat-lompat kegirangan menyambut gol itu, dan mereka senang sekali, karena akhirnya kini mereka bisa menyamakan kedudukan. Sementara itu, para pemain dan penonton SMA 6 hanya bisa terdiam melihat gol itu terjadi. Harapan mereka untuk jadi juara hanya dalam 90 menit sirna. Mereka kini harus berjuang lagi lewat babak perpanjangan waktu atau bahkan adu penalti kalau ingin jadi juara lagi. Mereka benar2 sudah kehilangan konsentrasi, fokus, dan mungkin saja mental mereka sudah turun. Mereka hanya jadi bulan2an selama babak kedua, dan mereka tidak mampu menyerang sama sekali. Semua serangannya berhasil dipatahkan, bahkan sebelum masuk ke kotak penalti lawan. Kini, para pemain pun terancam mengalami frustasi di tengah pertandingan dan itu bisa mempengaruhi permainan mereka nanti.
Pertandingan kemudian dimulai lagi. Para pemain SMA 6 kembali berusaha untuk menyerang lagi, tapi mereka lagi2 dengan cepat kehilangan bola. Sebuah tekel bersih dari sisi kiri pertahanan SMA Cambridge membuat para pemain SMA 6 kehilangan bola lagi, dan para pemain SMA Cambridge pun langsung menyerang lagi, namun di saat mereka sedang membangun serangan lagi, wasit meniup peluit panjang tanda berakhirnya babak kedua. Pertandingan pun berakhir untuk sementara. Tiupan peluit itu langsung disambut dengan teriakan dari para pendukung SMA Cambridge, yang kini bisa sedikit bernapas lega karena tim mereka terhindar dari kekalahan. Semua pemain kemudian berkumpul di bench, untuk beristirahat. Ada yang duduk di bench, ada yang selonjoran di lapangan, ada yang tiduran, ada yang masih berdiri, sambil minum, ada yang hanya sekedar berjalan-jalan saja, ada yang duduk di lapangan, ada yang dipijat oleh masseur, dan lain sebagainya. Mereka semua beristirahat sambil mendengarkan instruksi2 baru dari pelatih mereka masing2. Di pinggir lapangan, para cheerleaders, baik dari SMA 6 ataupun SMA Cambridge, saling beradu untuk menambah semangat para penonton. Mereka battle dari jarak yang sangat jauh. Di tribun, para penonton masih bersemangat, mereka bernyanyi-nyanyi, berteriak, melompat-lompat di tribun, meniup terompet, klakson, dan vuvuzela yang mereka bawa, atau hanya sekedar duduk2 dan SMS-an, atau update status Facebook dan Twitter mereka... yah seperti itulah. Ada juga penonton yang berjoget, karena untuk mengisi waktu jeda menjelang perpanjangan waktu, panitia memutar lagu2 dangdut. Setelah istirahat selama kurang lebih lima belas menit, wasit dan para ofisial pertandingan kembali ke lapangan, untuk mempersiapkan babak perpanjangan waktu yang pertama. Para pemain pun kembali ke lapangan dan langsung disambut dengan teriakan dari para penonton. Posisinya kini kembali seperti babak pertama. SMA Cambridge menyerang dari sisi kanan ke sisi kiri lapangan, dan SMA 6 menyerang dari sisi kiri ke sisi kanan lapangan. SMA 6 memegang kick-off, dan para pemain SMA 6 berharap kali ini mereka bisa mengendalikan permainan, seperti babak pertama tadi, setelah sepanjang babak kedua mereka diserang habis2an oleh tim lawan, yang berujung dengan munculnya tiga gol untuk lawan. Seperti biasa, wasit memeriksa kesiapan para peserta pertandingan, dan semuanya sudah siap. Ia lalu meniup peluitnya dengan keras... dan BABAK EXTRA TIME PERTAMA DIMULAI!!!!!!!!
Anak2 SMA 6 memulai pertandingan dengan hati2. Mereka tidak mau langsung menyerang karena khawatir para pemain SMA Cambridge akan langsung mencuri bolanya lagi dan mengambil alih kendali permainan dengan cepat. Mereka pun bermain dengan sabar, main dari kaki ke kaki, dan mencoba mengikuti gaya permainan para pemain SMA Cambridge. Akan tetapi, mereka tidak bisa memainkan pass and move sebaik SMA Cambridge. Di menit ke-6, SMA Cambridge berhasil mencuri bola, dan kini merekalah yang mengendalikan permainan. Mereka saling mengoper satu sama lain, berusaha untuk mencegah agar bola mereka tidak dicuri oleh para pemain lawan. Sampai sepuluh menit pertandingan berjalan, belum ada serangan yang tercipta. Kedua tim ternyata sama2 berhati-hati dalam bermain, mereka saling berganti menguasai bola dan tidak ada niat untuk menyerang sama sekali. Kedua tim sengaja bermain hati2 lantaran mereka masih khawatir lawan mengambil bola mereka, dan juga karena faktor stamina. Para pemain masih kelelahan gara2 pertandingan di babak kedua yang sangat menguras tenaga kedua tim, terutama pemain2 dari SMA Cambridge. Tapi biarpun begitu, semangat dan konsentrasi para pemain SMA Cambridge masih lebih baik daripada pemain SMA 6, yang memang sudah ngedrop sejak gol ketiga SMA Cambridge tercipta. Meski semangatnya lebih tinggi, tapi para pemain Cambridge lebih memilih untuk mempertahankan penguasaan bola dibandingkan harus menyerang sesegera mungkin. Ketika pertandingan sudah memasuki menit ke-15, wasit langsung meniup peluit tanda berakhirnya babak perpanjangan waktu pertama. Para pemain pun kemudian kembali ke bench untuk beristirahat selama lima menit sebelum kemudian kedua tim bertukar tempat untuk memulai babak perpanjangan waktu kedua.
Di bench, para pemain berkumpul mendengarkan instruksi baru yang diberikan oleh pelatihnya masing2. Sekarang, ada indikasi kalau kedua tim akan mulai keluar menyerang. Mengingat ini adalah kesempatan terakhir untuk mencetak gol sebelum adu penalti, maka kedua pelatih dari kedua tim langsung memberikan instruksi untuk menyerang habis2an. Minimal, untuk membuat satu atau dua peluang saja, sehingga bisa membuat para pemain menjadi lebih semangat dalam menyerang. Setelah instruksi diberikan, wasit dan ofisial pertandingan memanggil kedua tim untuk bermain lagi. Para pemain pun kemudian kembali ke lapangan, dan sekarang kedua tim bertukar tempat. Kini giliran SMA Cambridge yang akan melakukan kick-off. Setelah semua kondisinya siap, wasit meniup peluitnya sekali lagi, dengan keras. BABAK EXTRA TIME KEDUA DIMULAI!!!!!!!!!!
SMA Cambridge langsung menyerang setelah peluit dibunyikan. Mereka mengoper beberapa kali dan setelah itu, mereka menyerang dari sayap, dengan memanfaatkan kecepatan Reza. Ia lalu membuat umpan crossing, namun sundulan Andi masih melebar dari gawang. Tendangan gawang pun langsung diambil dan para pemain SMA 6 langsung membangun serangan. Mereka mencoba melakukan lagi apa yang dilakukan oleh para pemain SMA Cambridge tadi, dan mereka mencoba menyerang dari sayap juga. Tapi sayangnya crossing yang dilepaskan malah tak jelas arah dan maksudnya... tendangan gawang lagi untuk SMA Cambridge. Sekarang kedua tim mulai saling serang. Di menit ke-18, SMA Cambridge menyerang lagi... Adrian memberi through pass pada Reza yang tiba2 muncul dari sayap kanan, tidak offside, namun tendangannya masih melenceng di atas gawang. Menit ke-19, giliran SMA 6 yang menyerang. Sebuah serangan dari tengah, tendangan jarak jauh dari kapten tim Yudhi Pradana masih melenceng di atas mistar gawang. Di menit ke-22, SMA Cambridge yang menyerang lagi. Adrian main satu-dua dengan Rico, namun sayangnya tendangannya masih bisa diamankan oleh kiper. Menit ke-24, SMA 6 menyerang lagi, dengan sebuah serangan jarak dekat di kotak penalti, namun tendangannya masih bisa digagalkan oleh kiper SMA Cambridge. Menit ke-25, lewat sebuah break cepat, Rico berhasil memberikan umpan pada Rizky, namun tendangan Rizky masih mengenai mistar gawang. Bola muntah berhasil disambar Adrian, dan langsung menendang ke arah gawang, namun sayang masih melenceng jauh di atas gawang. Menit ke-27, percobaan kembali dilakukan anak2 SMA 6. Sebuah serangan dari sayap kiri berhasil dituntaskan dengan umpan silang, tapi kiper berhasil menangkap bola itu ketika akan disundul oleh seorang penyerang SMA 6. Pada menit ke-28, SMA Cambridge mencoba lagi, dengan sebuah serangan dari tengah, lewat kerjasama antara Adrian, Rizky, dan Andi, Adrian berhasil melewati barisan pertahanan SMA 6, namun tembakannya berhasil ditepis oleh kiper, dan menghasilkan sepak pojok. Sepak pojok diambil langsung oleh Adrian, dan tendangannya berhasil diteruskan dengan sebuah sundulan oleh Reza, tapi lagi2 berhasil ditepis oleh kiper. Sepak pojok kedua pun dilakukan, dan kiper SMA Cambridge juga ikut menyerang dengan masuk ke dalam kotak penalti. Sepak pojok dilakukan, dan bola justru berhasil dibuang oleh para pemain SMA 6. Berbarengan dengan itu, wasit meniup peluit tanda babak perpanjangan waktu kedua berakhir, dan ini berarti siapa yang akan menjadi juara Liga Sepakbola Antar-Sekolah harus ditentukan lewat adu tendangan penalti.
Para pemain lalu kembali ke bench tim mereka masing2 dan sekarang para pelatih pun harus menentukan siapa lima penendang pertama untuk tim mereka. Wasit cadangan sudah memberikan kertas untuk para pelatih. Di kertas itulah, para penendang akan ditulis. Ada lima penendang pertama dan enam penendang cadangan. Jika penalti tetap imbang setelah lima penendang, maka para penendang cadangan inilah yang akan menentukan hasil pertandingan. Di bench SMA Cambridge, semua pemain berkumpul di dekat Coach Johan, mendengarkan apa instruksi dari Coach Johan soal penalti kali ini. Sementara itu, para penonton masih cukup bersemangat meskipun pertandingan sudah memasuki adu penalti. Para penonton dari SMA Cambridge masih terus memberikan semangat untuk tim mereka, dan anak2 7 Icons masih setia membantu para penonton untuk memberikan dukungan. Yang menarik dari pendukung SMA Cambridge adalah... sejak anak2 7 Icons masuk ke dalam lapangan, para pendukung SMA Cambridge jadi punya banyak kreasi lagu2 untuk memberi semangat pada para pemain. Itu semua karena setiap personil 7 Icons punya banyak ide untuk mengarang lirik2 lagu yang nantinya dapat digunakan untuk memberi dukungan. Selain itu juga, anak2 7 Icons juga membantu dalam urusan gerakan yang akan dipakai dalam menyanyikan lagu itu. Makanya, nggak heran kalau para penonton SMA Cambridge masih tetap semangat dalam mendukung timnya saat ini. Sekarang, bagaimana dengan kondisi di bench ? Para pelatih kini mulai menyiapkan nama2 untuk dimasukkan sebagai lima penendang pertama. Coach Johan sudah mulai memilih nama2 yang akan menjadi eksekutor penalti untuk tim sepakbola SMA Cambridge.
Coach Johan: Oke, sekarang saya akan memilih para penendangnya. Saya sebenarnya simpel saja untuk memilih daftar penendangnya. Dari pemain depan, tengah, hingga belakang. Pemain depan akan dapat giliran menendang lebih dulu, kemudiann pemain tengah, belakang, dan seterusnya. Oke, sekarang saya langsung saja. Rizky, kamu penendang pertama. Andi, kamu penendang kedua. Reza, karena kamu sayap kanan, jadi kamu dapat penendang ketiga. Rico, kamu penendang keempat, dan Adrian, kamu penendang kelima. Sisanya, berdasarkan starting line-up, tapi urutannya terbalik. Kiper giliran terakhir menendang. Kalian semua siap ? Ada yang komplain ?
Rizky: Nggak, Coach. Saya siap.
Adrian: Nggak ada kok. Saya siap.
Coach Johan: Baiklah, karena kita sudah latih ini sebelumnya, kalian nggak perlu khawatir. Jangan merasa terbebani. Rileks saja. Santai. Arahkan bola ke tempat yang tepat, tendang, dan selesai. Memang kalau sudah masuk adu penalti biasanya sudah yang paling deg2an. Saya juga dulu mengalaminya. Tapi selama kalian semua punya mental dan semangat yang kuat, saya yakin kalian bisa melakukan tugas itu dengan baik. Sekarang, persiapkan diri kalian, saya mau sampaikan kartu ini dulu pada wasit.
Coach Johan lalu pergi, dan semua pemain yang menjadi eksekutor penalti langsung bersiap-siap. Kiper tim juga bersiap-siap. Para pemain pun saling menyemangati satu sama lain dan mereka semua ngobrol2 bersama untuk menghilangkan rasa gugup dan ragu saat menendang penalti nanti. Kedua kiper sudah tidak lagi melakukan pemanasan. Mereka hanya menjalani terapi mental dari teman2nya. Semua teman2 mereka memotivasi para kiper mereka agar tidak ragu dan tetap fokus ketika adu penalti berlangsung. Adrian dan teman2nya juga berusaha untuk merilekskan diri sebelum penalti berlangsung. Langit di atas stadion kini semakin gelap, dan jam di stadion sudah menunjukkan pukul 18:15 sore. Langit temaram terlihat dari balik tribun sebelah barat, dan bulan sudah terlihat di atas tribun timur, meskipun tidak terlihat sepenuhnya. Tidak lama kemudian, wasit memanggil kapten dan kiper dari masing2 tim. Coin toss akan dilakukan untuk mengundi tempat dan mengundi siapa yang akan mengambil penalti terlebih dahulu. Mereka lalu mendatangi wasit, dan mereka saling bersalaman ketika mereka bertemu. Coin toss akan segera dilakukan.
Wasit: Baik, selamat datang lagi, sekarang kita masuk ke babak adu penalti. Dalam adu penalti ini, kalian harus bisa mencetak gol sebanyak mungkin, dari titik penalti, dengan menggunakan lima penendang. Jika kedudukannya imbang setelah lima penendang, maka penendang berikutnya boleh menendang. Yang terbanyak memasukkan bola ke dalam gawang, dia yang menang. Sekarang saya akan mengundi dulu untuk tempat pelaksanaan penaltinya. Gambar Ratu, sisi kiri saya, dan gambar pangeran, sisi kanan saya. Sekarang, saya lempar...
Wasit melempar koinnya dan dibiarkan jatuh ke tanah. Ternyata gambar Ratu yang muncul, sehingga tendangan penalti akan dilakukan di sisi kiri wasit, atau sisi kanan lapangan. Kemudian, wasit mengambil lagi koinnya dan sekarang ia akan mengundi lagi untuk menentukan siapa yang akan mengambil giliran menendang penalti lebih dahulu. Wasit lalu menawarkan koinnya pada tim SMA 6.
Wasit: Sekarang saya mulai dari SMA 6 dulu. Ratu atau Pangeran ? (sambil menawarkan koinnya)
Yudhi: (menunjuk sisi koinnya) Ratu.
Wasit: Berarti kalian gambar pangerannya. (sambil memperlihatkan koinnya)
Rico: Baiklah.
Wasit: Sekarang, saya akan lempar koinnya... heads up, tails down...
Wasit melempar lagi koinnya dan membiarkannya jatuh ke tanah lagi. Kali ini, gambar Pangeran yang muncul, itu berarti SMA Cambridge akan menendang lebih dulu.
Wasit: SMA Cambridge akan menendang duluan, dan SMA 6 akan menjaga gawang duluan. Baiklah, kalau begitu, selamat bertanding.
Kedua kiper dan kedua kapten pun kemudian bersalaman, dan juga bersalaman dengan wasit. Setelah itu, mereka kembali ke timnya masing2 dan memberitahukan apa hasil coin toss tadi. Sementara itu, wasit dan asisten wasit sudah siap di posisinya masing2. Wasit berada di kotak penalti, asisten wasit 1 berdiri di pinggir kotak penalti, dan asisten wasit lain sudah standby di garis tengah lapangan, sambil memegangi kartu yang berisi daftar para pemain yang akan mengeksekusi penalti. Para pemain pun kemudian berkumpul di garis tengah lapangan, saling berangkulan, dan mereka semua menghadap ke gawang tempat eksekusi penalti akan dilakukan. Sama halnya para pemain, para pelatih dan pemain cadangan... para penonton, baik dari SMA 6 ataupun SMA Cambridge, tim cheerleaders SMA 6 dan anak2 7 Icons, semuanya berangkulan dan menunggu dengan penuh ketegangan dan rasa cemas, melihat adu penalti yang akan dilakukan. Inilah saat yang paling menegangkan, karena hanya disinilah, pemenangnya akan ditentukan. ADU PENALTI DIMULAI.
Penendang pertama pun maju ke kotak penalti. Itu adalah Rizky, dari SMA Cambridge. Para penonton SMA Cambridge pun langsung mulai deg2an. Rangkulan mereka makin erat, dan ada yang tidak berani untuk melihat. Rizky mengambil bolanya, dan lalu menaruhnya di titik putih. Ia lalu mengambil ancang2 yang jauh, dan lalu wasit membunyikan peluitnya... Rizky langsung berlari dan menendang bola dengan kencang... ke sisi kiri tengah dalam gawang... dan kipernya menjatuhkan diri ke arah yang berlawanan. GOAL. 1-0 untuk SMA Cambridge. Para penonton pun kini bisa sedikit bernapas lega. Rizky lalu kembali ke garis tengah, dan kemudian penendang pertama dari SMA 6 yang maju ke kotak penalti. Kiper SMA Cambridge sudah siap. Dia merentangkan tangannya, dan pemain SMA 6 itu mengambil ancang2 yang jauh, kemudian wasit membunyikan peluitnya, dan pemain itu menendang tepat ke tengah, sementara kipernya jatuh ke kanan. GOAL. 1-1 untuk kedua tim. Beban kini ada di SMA Cambridge. Ketegangan kembali melanda, ketika Andi melangkah maju menuju ke kotak penalti. Kiper SMA 6 sudah siap, dan Andi juga sudah siap. Ia menaruh bolanya dan mengambil ancang2. Wasit lalu membunyikan peluitnya, dan Andi langsung menendang ke pojok kiri bawah gawang. Kipernya kalah cepat, walaupun arahnya benar. GOAL. 2-1 untuk SMA Cambridge. Sekarang giliran pemain lain dari SMA 6. Kiper SMA Cambridge hanya berkacak pinggang saja sambil... menggoyang2kan kedua kakinya secara bergantian, sambil menunggu pemain itu mengambil ancang2. Setelah ia mengambil ancang2, barulah kiper ini siap. Peluit wasit pun berbunyi, dan... pemain itu langsung menendang ke kiri gawang. Kipernya juga kalah cepat dengan bola, tapi arah bolanya benar. GOAL. 2-2. Kembali lagi SMA Cambridge yang tegang. Reza menjadi penendang ketiga. Dia sudah biasa berlatih penalti dengan Adrian, bahkan ketika ia pertama kali mencoba bermain sepakbola di SMA Cambridge. Kiper SMA 6 sudah bersiap-siap, dan Reza pun sudah menaruh bolanya dan mengambil ancang2. Bunyi peluit terdengar, dan Reza menendang ke arah yang cukup menipu kiper. Ke tengah! Sementara kiper mengira kalau ia akan menendang ke arah kanan. GOAL. 3-2 untuk SMA Cambridge. Kini giliran SMA 6 yang mencoba lagi. Yudhi Pradana menjadi penendang ketiga. Kapten tim menerima tantangan untuk menendang di penalti ketiga. Kiper SMA Cambridge, kita sebut saja dia Manuel, lagi2 bersiap-siap di depan gawang. Lagi2 ia berusaha mengacaukan konsentrasi pemain dengan cara menggoyang2kan kakinya secara bergantian, tapi ini gerakannya ia tambah dengan menggerak2an kepalanya, kemudian melemaskan lehernya. Setelah itu, ia langsung merentangkann tangannya, ketika tahu kalau pemain ini sudah siap untuk melakukan tendangan penalti. Peluit wasit berbunyi, Yudhi lalu menendang ke arah kiri gawang, dan... berhasil ditepis oleh Manuel dengan menggunakan kedua tangannya! SAVED! 3-2 tetap untuk SMA Cambridge. Para penonton dan para pemain SMA Cambridge pun langsung bersorak mengetahui Manuel berhasil menyelamatkan gawangnya. Manuel pun kemudian sedikit berselebrasi dengan mengangkat kedua tangannya. Ia lalu kembali ke posnya, duduk berjongkok di pinggir garis penalti sambil bergaya seperti personil CherryBelle, menaruh dagunya tepat di kedua telapak tangannya, dan melihat penalti berikutnya. Sekarang kesempatan untuk menjauhkan kedudukan ada di tangan SMA Cambridge. Rico, kapten tim, menjadi penendang berikutnya. Kini para penonton SMA Cambridge mulai berani keluar suara, meskipun itu hanya suara tepukan tangan. Suara tepukan tangan itu makin lama makin cepat dan keras terdengar, tapi kemudian berhenti, ketika Rico sudah siap untuk menendang. Kiper sudah siap, dia merentangkan tangannya. Wasit meniup peluitnya lagi, dan Rico tanpa ampun langsung menembak ke bagian kiri tengah gawang. Kipernya salah menebak bola, dia malah menjatuhkan diri ke sisi lainnya. GOAL. 4-2 untuk SMA Cambridge. Rico lalu mengangkat tangannya dan berlari menuju ke garis tengah lapangan, dimana semua teman2nya sudah menyambutnya. Tekanan ganda kini ada pada SMA 6. Mereka harus mencetak gol kalau mau lebih lama lagi bertahan dalam adu penalti ini. Penendang keempat harus masuk, jika masih ingin tetap bermain. Kalau tidak, mungkin ini akan mengakhiri adu penalti lebih awal. Pemain keempat ini sudah siap, dan Manuel sudah siap. Ia tidak lagi menggoyang2kan kakinya, tapi masih menggerak2an kepalanya. Si pemain sudah menaruh bola dan mengambil ancang2, dan Manuel merentangkan tangannya. Peluit pun dibunyikan, dan pemain itu menendang ke kiri atas gawang... dan Manuel hampir saja menjangkaunya. GOAL. 4-3, masih untuk SMA Cambridge. Kini, kesempatan untuk menyudahi adu penalti ini ada di tangan para pemain SMA Cambridge, lebih tepatnya lagi... Adrian. Ia yang menjadi penendang kelima sekaligus yang paling menentukan. Mengetahui Adrian yang menjadi penendang kelima, semua penonton pun langsung tegang, banyak yang memilih untuk duduk (kebanyakan penonton berdiri yang menonton adu penalti ini berdiri), ada yang menyelinap dari balik kerumunan, ada yang tidak mau melihat sama sekali... anak2 7 Icons tidak ada yang berani melihat, kecuali Angel dan Linzy. Mereka semuanya menutup mukanya, atau bersembunyi di balik teman mereka yang lain. Gc dan PJ langsung bersembunyi di balik Vanila, dan Natly bersembunyi di belakang Angel. Mezty juga tidak berani melihat dan memilih membelakangi lapangan, sambil menutup matanya. Para pelatih, para pemain cadangan, semuanya deg2an... kalau seandainya Adrian gagal, bisa berbahaya buat mereka. SMA 6 bisa punya kesempatan untuk menyamakan kedudukan... dan bisa membalikkan keadaan. Para pemain yang ada di lapangan juga berada pada tingkat ketegangan yang paling tinggi... Adrian adalah orang yang paling mereka hargai... dan orang yang paling bersemangat di dalam tim. Kalau sampai dia gagal... mungkin akan berbahaya untuk mereka, dan juga untuk Adrian sendiri. Bisa saja mental tim jadi jatuh kalau seandainya Adrian gagal mengeksekusi penalti. Semuanya sekarang tegang... para pemain saja ada yang tidak melihat... Rizky dan Andi bahkan berjongkok di lapangan, mereka menunduk, dan tidak mau melihat... mereka hanya memanjatkan doa, semoga Adrian bisa mengeksekusi penalti itu dengan baik. Adrian kini sudah berada di kotak penalti. Dia menaruh bolanya, lalu dia menahan diri sebentar, ia berdoa dalam hati. Setelah itu, ia lalu berdiri dan mundur beberapa langkah. Kiper SMA 6 sudah siap untuk mengantisipasi penalti tersebut... dia merentangkan tangannya, dan melompat-lompat... sambil mencoba menebak apa yang akan Adrian lakukan. Jika kiper berhasil menepis tendangan Adrian, maka SMA 6 punya kesempatan untuk menyamakan kedudukan, atau bahkan membalikkan keadaan. Peluang mereka untuk jadi juara masih terbuka. Tapi jika tendangan Adrian masuk, SMA Cambridge langsung dinyatakan sebagai juara Liga Sepakbola Antar-Sekolah, karena semua penendang SMA Cambridge berhasil menjalankan tugasnya dengan baik. Tak lama, peluit pun dibunyikan... Adrian berlari dengan sangat kencang, tapi begitu ia menendang bolanya... ia tersenyum, dan menchip bola tersebut ke kanan atas gawang, sementara kipernya sudah terlanjur menjatuhkan diri ke kiri bawah gawang. GOAL!!!!!!!! Skor pun menjadi 5-3 untuk SMA Cambridge, dan SMA Cambridge adalah juara Liga Sepakbola Antar-Sekolah musim ini! Adrian pun langsung berlari ke pinggir lapangan dan Manuel yang pertama memeluknya, kemudian semua pemain juga ikut mengejarnya menuju ke pinggir lapangan. Tidak hanya itu, para pemain cadangan juga menyerbu tempat Adrian berada. Para pelatih pun melompat-lompat dan berlari dari bench, namun mereka tidak ikut mengejar Adrian dan para pemain lainnya, mereka hanya saling bersalaman dan saling toss satu sama lain. Para penonton juga tak mau kalah dengan masuk ke dalam lapangan dan ikut merayakan kemenangan SMA Cambridge. Para penonton yang ada di tribun juga nggak kalah heboh. Mereka semuanya langsung berpesta, berteriak, bernyanyi-nyanyi, melompat-lompat, membunyikan terompet, klakson, dan vuvuzela mereka, melempar confetti dan pita, mengibarkan syal, da banyak lagi yang dilakukan. Anak2 7 Icons pun langsung berpelukan menyambut sukses Adrian mengeksekusi penalti dan kemenangan sekolah mereka menjadi juara. Mereka pun langsung bernapas lega, dan kemudian melompat-lompat kegirangan setelah penalti itu berakhir. Sementara itu, para penonton yang masuk ke dalam lapangan sudah semakin banyak, dan ini membuat polisi harus bekerja ekstra keras untuk membubarkan dan menenangkan mereka. Adrian lalu digendong oleh Manuel, yang bertubuh tinggi besar, dan lalu diarak-arak menuju ke tempat para penonton SMA Cambridge berada. Tidak hanya penonton, wartawan juga ikut menyelip dalam kerumunan massa yang menyerbu lapangan itu. Benar2 polisi dan panitia kecolongan! Mereka pun sampai kewalahan menangani kerumunan massa yang masuk ke lapangan itu. Di sisi lain, para pemain SMA 6 terlihat suntuk. Mereka semua kecewa berat, setelah tadi sempat unggul 3-0, tapi kemudian berhasil disamakan 3-3, dan kini mereka gagal juara setelah kalah adu penalti. Mereka semua hanya bisa duduk di lapangan, duduk di bench, dan masih tidak percaya terhadap apa yang terjadi. Para pelatih pun hanya bisa menghibur mereka... dan para penonton pun juga memasang raut wajah kecewa. Tapi di satu sisi lain, para pemain SMA 6 salut dengan kehebatan para pemain SMA Cambridge yang tetap berjuang hingga menit terakhir untuk bisa menyamakan kedudukan. Mereka sangat bersemangat dan sangat sulit untuk dikalahkan. Mental mereka sangat kuat dan kepercayaan diri mereka sangat tinggi. Para pemain SMA 6 sepakat dalam hati mereka, kalau tim SMA Cambridge ini, adalah tim terbaik yang pernah mengalahkan mereka. Tanpa keraguan lagi. Mereka memang tim yang sangat bermental baja dan bermental juara. Itulah yang terpenting dalam sebuah permainan sepakbola, khususnya kalau sudah membicarakan soal partai final. Para pemain SMA 6 pun berdiri dari lapangan, dan lalu mendatangi penonton mereka, dan memberi hormat pada mereka dengan cara mengangkat tangan sambil bertepuk tangan. Mereka berterima kasih atas semua dukungan yang telah mereka berikan, dan semangat yang tak henti2nya mereka salurkan pada tim ini. Tanpa mereka, belum tentu tim ini akan lolos ke final lagi. Kemudian, para pemain SMA 6 bersiap untuk penerimaan hadiah yang akan dilakukan beberapa menit lagi.
Di tempat lain, para pemain SMA Cambridge sudah mulai berpesta. Mereka semua bernyanyi-nyanyi sambil melompat-lompat di depan tribun penonton mereka. Sementara para penonton semuanya juga melakukan hal yang sama, tapi dengan menggunakan atribut yang mereka punya. Beberapa penonton memberikan syal dan topi untuk para pemain. Adrian ikut larut dalam pesta, bersama Rizky, Andi, dan Rico. Beberapa menit kemudian, dua orang anggota staf pelatih membawa sebuah dus besar dari dalam lorong masuk stadion. Ternyata itu berisi satu set Championship Gear yang sudah disiapkan oleh pihak apparel. Ada kaus berwarna merah dengan tulisan "CHAMPIONS" dengan huruf sambung dan ukuran besar, dengan tulisan angka 2010 dan 2011 di antara garis huruf "P", juga dengan bentuk tulisan yang sama. Di bagian kanan bawah tulisan Champions tersebut, ada logo tim sekolah yang berukuran sedang. Logo apparel terdapat di bagian lengan kiri dan lengan kanan, sementara di bagian belakang terdapat tulisan "THANK YOU FOR YOUR SUPPORT" dengan ukuran besar, dan ada gambar trofi Liga Sepakbola Antar-Sekolah di bagian belakang tulisannya. Warna kausnya merah, juga dengan pola motif yang sama dengan motif kostumnya. Bentuk kerahnya V, dan bahan kainnya sama dengan bahan kain yang dibuat untuk membuat kostum timnya. Selain ada kaus, juga ada topi dengan tulisan yang sama, "CHAMPIONS", dengan tulisan angka 2010 dan 2011 di bagian bawahnya, dan juga ada logo tim sekolah di bagian kiri bawahnya. Logo apparel ada di sisi kiri dan kanan topi. Warnanya juga merah. Selain itu, juga ada syal, dengan tulisan "CAMBRIDGE" di bagian depan, dengan logo tim di bagian ujung kiri dan kanannya, dan tulisan "CHAMPIONS" di bagian belakangnya, dengan gambar trofi di bagian ujung kiri dan kanannya. Barang lainnya adalah bendera, berwarna merah, juga dengan tulisan "CHAMPIONS", dengan tulisan angka 2010 dan 2011 di bagian bawahnya, dan logo sekolah di bagian bawahnya. Bedanya, di bendera ini, gambar trofi ada di balik tulisan Champions. Di sisi balik benderanya juga bergambar sama. Itulah Championship Gear-nya, semuanya langsung dikeluarkan dan dibagikan pada setiap pemain. Para penonton juga dapat Championship Gear, karena para koordinator fans sudah membawa dus2 besar yang berisi Championship Gear itu ke tribun dan sekarang sedang dibagikan pada para penonton. Anak2 7 Icons juga terima Championship Gear itu, karena Adrian meminta untuk menyimpan tujuh buah paket Championship Gear itu untuk diberikan pada anak2 7 Icons. Semua pemain lalu memakai Championship Gear tersebut, terutama baju dan topinya. Setelah itu, mereka kembali berpesta. Adrian sendiri tidak memakai Championship Gear-nya, dan memilih untuk mengikat bagian tangannya di lehernya, sehingga terkesan seperti jubah, dengan tulisan Champions-nya yang diperlihatkan. Beberapa menit kemudian, acara pemberian hadiah akan segera dilakukan. Trofi sudah siap di Royal Box, dan sudah diberi pita berwarna merah yang banyak. Gubernur dan Wakil Gubernur sudah bersiap untuk memberikan hadiah untuk para pemenang, diawali dengan juara ketiga, yang berhasil diraih oleh SMA 20, setelah di pertandingan hari Sabtu, pertandingan perebutan juara ketiga, menang 3-2 atas SMA 92. Semua pemain dan pelatih dari SMA 20 hadir di tribun, dan mereka semua langsung berdiri dari tribun mereka dan menerima hadiah di Royal Box. Ketika para pemain SMA 20 menerima hadiah, Rico, Rizky, dan Andi mendatangi Adrian yang sedang melihat acara pembagian hadiah. Rico secara tiba2 melepas ban kaptennya, berwarna putih bergaris merah dengan tulisan "CAPTAIN" di tengahnya, dan menyerahkannya pada Adrian. Rizky dan Andi bertugas untuk memegangi bagian lengan baju Adrian. Tentu saja ini membuat Adrian jadi merasa tidak nyaman.
Adrian: Apa2an nih ? Hei! Apaan sih ?
Rico: Kamu yang nanti terima trofi ya... (sambil memasukkan ban kapten ke tangan kiri Adrian)
Adrian: Hah ? Serius lu ? Kenapa nggak kamu aja ?
Rico: Yah gw pikir kalau kamu lebih pantas menerimanya.
Adrian: Tapi bukannya kamu kaptennya ?
Rico: Tapi kamu pemain terbaiknya. Kamu yang bikin kita semua seperti ini. Gw udah izin kok sama pelatih, dan dia senang banget kalau misalnya kamu yang pakai ban kapten ini untuk menerima trofinya.
Adrian: Baiklah kalau begitu. Sematkan di lenganku... tapi di lengan kanan.
Rico: Lengan kanan ? Baiklah.
Rico lalu memindahkan ban kaptennya yang tadinya sudah ia pasangkan di lengan kiri Adrian ke lengan kanan Adrian. Dia lalu berpindah tempat dan memasang ban kaptennya di lengan kanan Adrian. Rizky dan Andi membantu Rico untuk memasangkan ban kaptennya dengan memegangi ujung lengan baju Adrian, sehingga ban kaptennya bisa terpasang tepat di atas ujung lengan baju Adrian. Setelah ban kaptennya terpasang, Rico lalu berdiri di samping Adrian, melihat acara pemberian hadiah untuk juara ketiga. Rizky dan Andi berada di kiri dan kanan mereka.
Setelah acara penyerahan hadiah untuk juara ketiga, kini giliran juara kedua yang menerima hadiah. Para pemain SMA 6 yang sejak tadi sudah berdiri di lapangan, berjalan menuju ke Royal Box. Mereka semua menaiki tangga yang sudah dihiasi dengan karpet merah, diiringi dengan tepuk tangan para penonton, dan para pemain SMA Cambridge, yang berkumpul di lapangan atletik. Sesampainya mereka di Royal Box, mereka menerima medali dari Gubernur dan kapten tim juga diberi sebuah trofi yang berbentuk piringan berwarna perak dengan ukiran relief permainan sepakbola di bagian pinggirnya. Mereka semua lalu berkumpul di Royal Box, dan kapten tim mengangkat trofi piringan itu, dan lalu ditunjukkan pada semua fans mereka yang berada di sebelah kanan Royal Box. Semua penonton bertepuk tangan dan dari kejauhan terdengar beberapa teriakan dari para suporter SMA 6 yang merasa bangga dengan prestasi sekolah mereka. Di depan para pemain, para fotografer sudah berjejer di bawah Royal Box, untuk memotret mereka. Banyak penonton yang juga memotret mereka, dari berbagai sisi tribun. Mereka semua ingin mengabadikan bagian terakhir dari pertandingan final yang cukup panjang ini. Setelah semuanya selesai, para pemain SMA 6 turun dari Royal Box, dan kembali ke lapangan atletik. Setelah para pemain SMA 6, yang dipanggil selanjutnya adalah para ofisial pertandingan. Wasit, asisten wasit, dan wasit cadangannya. Prosesnya sama, mereka naik ke Royal Box, menerima medali dari Gubernur, dan semua ofisial pertandingan mendapatkan plakat yang terbungkus dalam sebuah kotak berwarna merah. Mereka lalu berfoto bersama, setelah itu turun dari Royal Box dan kembali ke lapangan atletik.
Sekarang giliran para pemain SMA Cambridge yang akan menerima hadiah. Mendengar pengumuman bahwa mereka yang dipanggil berikutnya, para pemain SMA Cambridge pun langsung bersemangat dan mereka langsung berjalan dengan gagah menuju ke Royal Box. Semua pemain menaiki tangga, diiringi dengan tepuk tangan, ucapan selamat yang terlontar dari para penonton yang ada di kiri-kanan tangga, dan nyanyian para fans yang ada di tribun sebelah kiri Royal Box. Anak2 7 Icons juga melihat ke arah Royal Box, dan tidak ikut bernyanyi dengan para fans. Mereka hanya melihat semua pemain SMA Cambridge naik ke Royal Box dan dalam hati mereka, ada rasa bangga yang timbul melihat para pemain itu berada di sana. Satu per satu para pemain menaiki tangga menuju Royal Box, di mana sesampainya di sana, mereka langsung bersalaman dengan Wakil Gubernur dan Gubernur, berdasarkan urutan tempat duduk mereka dari tangga masuk Royal Box, dan Gubernur yang mengalungkan medali pada mereka. Sesudah menerima medali, mereka semua mulai ikut bernyanyi-nyanyi dengan para fans, tepat di samping Gubernur. Setelah semua pemain dan staf pelatih menerima medali, inilah yang ditunggu-tunggu. Coach Johan dan Adrian sebagai "kapten dadakan" menaiki tangga menuju Royal Box. Para penonton SMA Cambridge pun langsung meneriakkan namanya dan mengelu-elukannya dari jauh. Anak2 7 Icons pun juga bertepuk tangan dan berteriak ketika Adrian menaiki tangga menuju Royal Box. Ketika Adrian berada di tangga Royal Box, ia langsung menerima banyak ucapan selamat dan bersalaman dengan para penonton yang ada di kiri dan di kanan tangga. Ia menjadi orang terakhir yang menaiki tangga menuju Royal Box, dan itu berarti ia yang akan mengangkat trofi. Rizky, Andi, dan Rico sudah lebih dulu naik ke Royal Box dan menerima medali dari Gubernur. Adrian adalah satu2nya orang yang belum dapat medali. Itu karena dia mendahulukan staf pelatih dulu untuk menerima medali. Dia baru mau naik ke Royal Box setelah Coach Johan naik ke Royal Box. Sampai di Royal Box, Adrian langsung disambut dengan teriakan teman2nya yang sudah menunggunya. Ia lalu bersalaman dengan Wakil Gubernur, dan lalu bersalaman dengan Gubernur, yang memberikan medali padanya. Karena ia adalah orang terakhir yang menerima medali juara, maka Gubernur langsung berpindah posisi, ia mengambil trofi juara yang bentuknya hampir mirip dengan trofi Piala FA. Cawan bergagang di kiri dan kanannya, dengan tutup trofi dan tatakan yang dapat dipisah. Pokoknya hampir mirip Piala FA deh trofinya... dan trofi ini sudah dihiasi dengan pita berwarna merah yang sangat banyak di bagian gagang trofinya. Tapi sebelum trofi itu diberikan pada Adrian, Gubernur meminta Adrian untuk melakukan satu hal, yaitu naik ke atas meja. Gubernur lalu meminta untuk membersihkan mejanya, mengambil vas bunga dan cangkir kopi yang ada di situ, dan setelah semua perabot yang ada di atas meja itu tidak ada, Adrian naik ke meja. Sebelum naik ke meja, Adrian memukul-mukul mejanya dulu, untuk memastikan mejanya kuat jika ia naik di atasnya. Setelah ia naik ke meja, Adrian langsung melihat ke arah para fans yang berada di tribun, menunjuk ke arah mereka, dan melambaikan tangannya. Kemudian, Gubernur memberikan trofi itu pada Adrian. Suara teriakan pun semakin keras, para pemain sudah bersiap-siap untuk berteriak ketika trofinya diangkat... dan Adrian pun bersiap untuk mengangkat trofinya. Tapi sebelumnya, ia mencium trofi tersebut... lalu, ia mengayunkan tangannya ke bawah... dan mengangkat trofi tersebut setinggi mungkin! Adrian dan teman2nya pun langsung berteriak ketika trofi tersebut sudah diangkat. Bunyi kembang api pun langsung terdengar segera setelah trofi diangkat. Semua fotografer dan para fans ada di sekeliling Royal Box langsung memotret para pemain SMA Cambridge yang ada di sana. Anak2 7 Icons juga mengangkat tangannya dan bertepuk tangan sambil melompat-lompat melihat Adrian mengangkat trofinya. Para fans juga berteriak-teriak, membunyikan terompet, klakson, dan vuvuzela-nya. Lampu blitz pun juga terlihat dari beberapa sisi stadion. Adrian masih mengangkat trofinya, ia lalu melihat ke arah fans, lalu menunjuk ke arah mereka semua, dan juga pada anak2 7 Icons yang bisa ia lihat dari Royal Box. Adrian lalu menunjuk trofinya, dan lalu menunjuk ke arah mereka, sebagai tanda bahwa ia mempersembahkan gelar itu buat anak2 7 Icons dan para fans yang sudah mendukungnya sejak awal. Adrian lalu mengajak Rico untuk naik ke meja, dan ia mau. Ia lalu naik ke atas meja, mengangkat tangannya, dan lalu Adrian memberikan trofi itu padanya, dan lalu ia turun dari meja, memberi kesempatan pada sang kapten sebenarnya untuk mengangkat trofinya. Ketika Adrian berada di bawah, Wakil Gubernur menghampirinya dan ia memberikan sesuatu pada Adrian. Sebuah trofi berbentuk bintang dengan bola di dalamnya. Itu adalah trofi untuk pemain terbaik turnamen, dan kemudian langsung diumumkan bahwa Adrian terpilih sebagai pemain terbaik Liga Sepakbola Antar-Sekolah musim ini. Adrian langsung kaget dan tak percaya, para pemain langsung bertepuk tangan, para penonton pun juga bersorak, dan anak2 7 Icons juga bersorak. Adrian lalu bersalaman dengan Wakil Gubernur dan lalu mengangkat trofi pemain terbaik itu, dengan penuh rasa bangga dan juga sedikit rasa kaget. Di meja Gubernur, para pemain sekarang saling bergantian naik dan mengangkat trofi juara yang baru saja mereka raih. Setelah mereka turun, para pemain ini langsung memberi selamat pada Adrian, dan lalu ia diangkat oleh Rizky dan Andi, membuat mereka seperti menirukan pose bersejarah Bobby Moore ketika berhasil mengantarkan Inggris menjadi juara Piala Dunia 1966, dengan Andi memanggul di kanan, dan Rizky memanggul di kiri. Sementara Rico, berada di samping Andi sambil mengangkat tangannya. Mereka masih berpose di hadapan para fotografer. Setelah semua pesta di Royal Box berakhir, para pemain SMA Cambridge lalu turun ke lapangan, dengan Adrian yang memegangi trofinya dan Rizky yang memegangi tatakan trofinya. Pesta lalu berlanjut di sebuah panggung yang sudah disiapkan di tengah lapangan. Semua pemain langsung berlari menuju ke panggung tersebut, dan melakukan pesta di sana. Adrian yang terakhir tiba di panggung, langsung menaruh trofinya di tempat yang sudah disediakan, dimana tatakan trofinya sudah diletakkan oleh Rizky. Adrian dan teman2nya lalu larut dalam pesta. Ada yang berdiri di atas panggung, ada yang duduk di depan panggung, wah, semuanya langsung penuh deh... mereka lalu bernyanyi-nyanyi, "Campione! Campione! Ole Ole Ole!" hingga berulang-ulang. Para pemain juga melompat-lompat, mengangkat tangannya, berjoget di pinggir panggung, membentangkan bendera, dan lain sebagainya. Di saat mereka sedang berpesta, para fotografer langsung memberondong mereka dengan sorotan kamera dan melancarkan tembakan sinar blitz yang cukup banyak. Keesokan harinya, mereka semua akan masuk berita, dan dipasang di halaman olahraga paling depan. Setelah puas berpesta di panggung itu, kemudian para pemain berpindah untuk melakukan victory lap, dimana mereka semua akan berlari keliling lapangan sambil memegangi trofi juara. Tujuan pertama sudah jelas, ke tribun tempat para pendukung SMA Cambridge berada. Disini, Coach Johan diberi kesempatan untuk memegang trofi untuk dipersembahkan pada semua fans yang masih berpesta di atas tribun. Yang paling lucu, ketika dia sedang mengangkat trofi, langsung beberapa pemain berlari dari belakang dan mengangkat Coach Johan. Ia langsung kaget, tapi ia langsung tertawa dan merasa senang. Semua penonton pun bertepuk tangan dan tertawa melihat aksi gila para pemain dan pelatihnya itu. Yang pasti, semuanya larut dalam pesta, dan semuanya bergembira, dan bangga melihat prestasi besar yang ditorehkan oleh para pemain SMA Cambridge ini. Sepanjang malam itu, adalah malam yang indah untuk mereka, dan akan selalu mereka kenang.
Beberapa jam kemudian, para pemain SMA Cambridge satu per satu keluar dari stadion. Mereka semua memakai jaket tim dengan kaus Championship Gear di dalamnya, dengan celana panjang, dan sepatu sport, sambil membawa tas, dan kebanyakan dari mereka memakai topi. Mereka semua langsung berjalan menuju bus tim yang sudah menunggu mereka di parkiran stadion. Adrian keluar beberapa menit kemudian, dan ketika ia keluar, ia langsung disambut oleh sebuah teriakan yang berasal dari salah satu sudut parkiran.
7 Icons: Hai, Adrian...
Adrian lalu melihat ke arah sumber teriakan itu dan mendapati anak2 7 Icons sudah ada di sana. Mereka semua sudah tidak memakai kostum cheerleaders lagi, mereka semua sudah berganti pakaian dengan seragam sekolah yang tadi mereka kenakan ketika datang ke stadion. Mereka semua sudah bersandar di mobil mereka, menunggu Adrian keluar. Adrian lalu menghampiri mereka.
Adrian: Hai, semuanya... tumben nih pada datang semua... ada apa ? Sudah bosan jadi warga biasa ?
Angel: Yah, seperti itulah, Adrian... oh ya, selamat ya... jadi juara, terus jadi pemain terbaik lagi...
Adrian: Terima kasih. Itu hasil dari kerja keras selama berbulan-bulan, dan anggap saja itu hadiahnya.
Angel: Bagus deh, kalau begitu...
Adrian: Omong2, tumben nih pada bela2in datang kemari... ada apa ?
Angel: Kita semua punya urusan dengan kamu. Kita cuma mau nanya satu hal.
Adrian: Apa itu ?
Angel: Kita mau tanya, apakah tawaran yang dulu itu masih berlaku, atau tidak ?
Adrian: Tawaran apa ?
Angel: Itu lho, tawaran yang katanya kamu bisa bikin perform kita balik lagi seperti dulu, yang dulu ditolak sama Linzy... itu masih berlaku nggak ?
Adrian: Oh, soal tawaran itu... kalau menurut kalian, itu masih berlaku atau tidak ?
Angel: Yah... kalau menurut kita sih... mungkin saja tawaran itu sudah tidak berlaku. Kan, kita semua telah menolaknya... atau tepatnya, Linzy yang menolaknya... kita berpikiran kalau kamu sudah nggak ngebicarain atau ngobrol dengan kita lagi, ya berarti tawaran itu sudah tidak berlaku lagi...
Adrian: Oh, begitu. Tapi bagaimana seandainya kalau tawaran itu masih berlaku ?
Angel: Hah ? Serius kamu ? Tawaran itu masih ada ?
Adrian: Yah, kalau cuma seandainya... bagaimana kalau seandainya tawaran itu masih berlaku, apakah kalian akan menerimanya, atau tidak ? Saya sudah tahu kalau kalian semua ingin menerima tawaran tersebut.
Angel: Dari mana kamu tahu ?
Adrian: Aku tahu itu karena kalian menanyakan tawaran itu. Dalam pikiran saya, saya yakin kalian semua sudah berubah pikiran dan berniat ingin menerimanya. Apa itu benar ?
Angel: Ummm... ya, benar. Kau benar... kami semua ingin menerima tawaran itu.
Adrian: Oke, kalau begitu memang tawarannya masih terbuka.
Angel: Serius ? Kamu tidak menutupnya ?
Adrian: Buat apa ? Saya yakin suatu saat kalian akan berubah pikiran. Saya yakin, kalau saat ini pasti akan tiba. Kalian tidak bisa begini terus. Masih banyak orang yang menyukai kalian di luar sana, dan mereka semua butuh kalian untuk bisa tampil lagi dan menghibur mereka. Itulah dasar saya melakukan ini, dan ternyata benar. Apa yang saya harapkan benar. Selain itu juga, meskipun saya saat itu tidak mau bicara dengan kalian ataupun membicarakan kalian, kalian harus tahu kalau tawaran itu sebenarnya masih saya buka. Ada dua alasan. Satu, jaga2 kalau kalian memang ingin menerimanya suatu saat nanti, dan kedua, saya mengantisipasi jika seandainya tidak ada orang yang ingin melatih kalian.
Angel: Oh, begitu... jadi memang kamu serius melakukan ini ?
Adrian: Yap. Kalau bukan orang dekatmu, siapa lagi ?
Angel: Oke, aku mengerti. Jadi, sekarang tawaranmu masih terbuka dan... kami semua memutuskan untuk menerimanya. Kami sebenarnya hanya ingin tahu seberapa seriusnya kamu bisa membuat perform kita kembali lagi, dan... anggap saja ini sebagai pembuktian, kamu bisa melatih kita atau tidak.
Adrian: Jadi itu alasannya ? Kalian memang ingin mencobanya ?
Angel: Ya, kami serius. Kami semua sudah sepakat.
Adrian: Baiklah. Welcome. Kalian semua diterima.
Angel: Bagus. Kalau begitu, kapan kita semua bisa mulai ?
Adrian: Sesegera mungkin. Segera setelah saya selesaikan urusan saya di tim sepakbola. Setelah perayaan juara di sekolah, hari Jumat nanti adalah latihan terakhir tim sepakbola. Mungkin minggu berikutnya bisa langsung dimulai. Dan, aku minta komitmen dan kerjasama dari kalian. Hari pertama latihan, semua harus hadir, karena saya ingin coba mengetahui apa yang membuat kalian ingin tampil lagi, sekaligus perkenalan dengan metode pelatihan yang aku buat.
Angel: Baiklah. Kami siap. Hari apa ?
Adrian: Nanti akan saya beritahu, setelah semua urusanku selesai. Sekarang saya masih konsen di tim sepakbola dulu, jadi saya belum bisa kasih tahu waktunya.
Angel: Oke. Usahakan secepatnya ya...
Adrian: Akan saya coba.
Angel: Bagus deh kalau begitu... eh,, tumben nih mau diajak ngobrol panjang lebar dengan kita... ada apa ? Janjimu sudah tidak berlaku lagi ya ?
Linzy: Iya, tumben nih mau nengok pas kita sapa... lagi senang ya ? Atau kenapa nih ?
Adrian: Hahaha... beberapa hari yang lalu, aku mematahkan janjiku. Ayahku kini sudah tahu kalau kalian semua sudah bubar. Dia tahu kopian surat milik Mezty itu. Dia memintaku untuk bercerita soal surat tersebut. Akhirnya, aku terpaksa harus mematahkan janjiku, demi menjelaskan apa yang sedang terjadi dengan kalian belakangan ini. Aku bahkan cerita soal tawaran itu padanya, dan apa reaksi awalnya. Ia lalu memintaku untuk menawarinya lagi pada kalian, dengan harapan kalian mau mengubah pikiran kalian dan mau menerimanya. Eh, ternyata kalian duluan yang meminta tawaran itu... jadi sekarang aku tak perlu menawari kalian lagi.
Linzy: Oh, begitu... terus, itu berarti... kamu mau baikan lagi dengan kita ?
Adrian: Ya, kalau kalian mau baikan juga dengan aku, maka aku juga akan baikan dengan kalian. Sebenarnya, kalian hadir di stadion saja, sudah cukup untuk aku memaafkan kalian. Tapi kalau kalian mau serius ingin baikan lagi, ya kenapa tidak ? Anggap saja untuk membuatnya resmi.
Angel: Kita mau kok, baikan sama kamu... kita juga sengaja datang ke sini, untuk minta baikan juga sama kamu, siapa tahu... kalau kita baikan, kita bisa dapat kesempatan untuk menerima tawaran itu.
Adrian: Tapi ternyata terbalik ya ? Kalian terima dulu tawarannya, baru kita baikan, ya kan ?
Angel: Iya... tapi nggak apa2 deh... memang niat kita datang untuk itu...
Adrian: Baiklah. Kalau kalian memang ingin baikan, aku pun akan baikan juga dengan kalian. Mari kita buat semuanya ini menjadi resmi. Salaman ?
Angel: Tentu saja.
Angel dan Adrian pun bersalaman. Adrian kini telah resmi baikan dengan anak2 7 Icons. Mereka sekarang sudah menjadi sahabat lagi, dan itu berarti, konflik yang terjadi selama beberapa bulan ini telah berakhir. Kini Adrian mau lagi berbicara atau membicarakan 7 Icons lagi, bahkan kembali dekat dengan mereka. Setelah kedua pihak bersalaman, tiba2 ada seseorang memanggil Adrian. Dia adalah Reza.
Reza: Adrian! Adrian! (memanggil dari jauh)
Adrian: Wah, ada yang manggil tuh... sebentar ya...
Adrian lalu berjalan menghampiri Reza yang berdiri tidak jauh dari bus tim, sambil membawa trofi juara Liga Sepakbola Antar-Sekolah, lengkap dengan tatakannya. Kira2, ada apa ya ?
Adrian: Ada apa sih ?
Reza: Begini Adrian, kita semua, satu tim, ada rencana untuk pesta kemenangan di kafe.
Adrian: Hah ? Serius lu ? Ini pada mau ngedugem ?
Reza: Iya, cuma... kita nggak enak kalau bawa trofi ke tempat dugem... lu bisa titipin nggak trofinya, kepada siapa, gitu... tolong ya... nggak enak nih soalnya... takut hilang...
Adrian: Ya udah kalau begitu. Nanti gw titipin ke anak2 7 Icons aja. Eh, para pelatih ikut ngedugem juga ?
Reza: Nggak. Cuma kita aja, para pemain. Para pelatih sudah pada pulang... dan mereka ngebolehin kita semua buat pesta2 di tempat dugem... asal jangan terlalu malam pulangnya...
Adrian: Oh, begitu... tempat pestanya dimana ?
Reza: Di... ada deh tempatnya... sekarang lagi dicari sama anak2 yang lain...
Adrian: Oh, ya sudah kalau begitu. Nih pada mau ngedugem sekarang atau mau pada nganter pemain pulang dulu nih ?
Reza: Kalau nganterin pemain pulang nggak ada waktu... banyak yang pengennya langsung nih...
Adrian: Wah parah... kalau kayak begini, mending gw pulang dulu aja...
Reza: Lho, memangnya kenapa ?
Adrian: Gw belum mandi... udah keringetan nih habis main... apa nggak mau pada mandi dulu kenapa ?
Reza: Mereka pada nggak mau... lama soalnya... mau pada langsung pesta sih... tapi kalau kamu mau pulang dulu, nggak apa2... tapi nanti nyusul ya ke tempat dugemnya...
Adrian: Ya udah deh. Nanti kabarin ya tempatnya di mana...
Reza: Oke deh... eh, tapi jangan lupa trofinya dititipin ya...
Adrian: Tenang, ada di tangan gw sama anak2 7 Icons... lu berangkat aja. Eh, ini mau dibawa kemana ?
Reza: Bawa aja ke sekolah, kasihin ke kepala sekolah... biar dia yang simpan, begitu...
Adrian: Oh, ya udah deh. Gampang. Nih sekarang mau pergi ?
Reza: Ya... gw ditunggu sih. Kalau mau pulang dulu, pulang aja... nanti nyusul, oke ?
Adrian: Oke, sip... nanti gw nyusul kok...
Reza: Ya udah, sampai nanti ya...
Adrian: Sampai nanti...
Reza lalu berlari kembali ke dalam bus dan tak lama kemudian, bus itu pergi. Adrian lalu kembali ke mobilnya anak2 7 Icons, sambil membawa trofi juara dan tatakannya.
Angel: Tadi kenapa ?
Adrian: Oh, nggak kok... ngobrol aja sebentar tadi sama Reza...
Angel: Oh, begitu... terus, kamu kok nggak ikut dengan mereka ?
Adrian: Nggak, saya mau pulang dulu... saya harus mandi dulu. Aku keringetan habis bermain tadi...
Angel: Emangnya kamu nggak mandi di stadion ?
Adrian: Di stadion nggak ada pancurannya. Jadi lebih mandi di rumah aja. Lagipula, mereka mau pergi ke tempat dugem pengen pesta, jadi... lebih baik gw siap2 aja dulu...
Angel: Oh, begitu... nggak apa2 deh kalau begitu... pulang bareng kita aja, seperti dulu...
Adrian: Ya, bolehlah... tapi, 7 Icons... boleh nggak saya minta tolong sesuatu ?
Angel: Minta tolong apa ?
Adrian: Titipin trofi dan tatakannya ini dong... teman2 pada nggak enak bawa trofi ini ke tempat dugem... takut hilang, katanya... mereka minta trofi ini dibawa ke sekolah... boleh nggak ?
Angel: Trofi ini ? Sama tatakannya juga ? (sambil melihat trofinya)
Adrian: Ya... titipin ya... kalau boleh...
Angel: Ya udah deh, kalau begitu... nanti sekalian kita anterin kamu pulang, kita anterin trofi ini ke sekolah. Oke ? Sekarang kita pulang yuk... udah malam nih...
Adrian: Ayo. Kita pulang bareng seperti dulu lagi nih ?
7 Icons: Pastinya dong...
Angel: Kalau begitu, ayo kita naik ke mobil!
Anak2 7 Icons dan Adrian pun langsung naik ke mobil. Tak beberapa lama, mobil itu meninggalkan tempat parkirnya dan pergi jauh meninggalkan stadion. Hari yang melelahkan itu sudah berakhir, dan kini berganti dengan saat untuk berpesta. Membuang semua kejenuhan, dan meluapkan diri dalam euforia besar karena telah berhasil membanggakan nama sekolah di sebuah kejuaraan yang tak biasanya mereka bisa menangi. Kini hari itu telah berubah, dari sebuah hari yang biasa, menjadi sebuah hari yang melelahkan, penuh dengan perjuangan, dan akan terus dikenang sepanjang hidup mereka.
Itulah akhir dari Fanfiction 7 Icons part 13. Benar2 sebuah cerita yang panjang, penuh perjuangan, dan sangat seru sekali. Yah, begitulah usaha saya untuk bisa menggambarkan sebuah pertandingan final sepakbola, dari awal hingga akhir, dalam sebuah cerita. Maafkan kalau terlalu bertele-tele dan kadang tidak jelas, tapi beginilah hasil usaha saya untuk bisa menulis cerita yang baik untuk kalian. Bagaimanakah kelanjutan cerita ini selanjutnya ? Stay tune terus di blog saya, karena cerita ini akan segera berlanjut ke bagian berikutnya. Ingat, kita masih punya cerita yang belum selesai.
BERSAMBUNG...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar