Rabu, 13 Juli 2011

FANFICTION 7 ICONS (part 9)

Remember, it's just a Fanfiction.
Kita fast forward ke hari Senin. Saat itu, adalah Senin yang cukup cerah. Matahari bersinar cerah tanpa hambatan. Langitnya biru sekali. Tapi tetep... begitu Adrian sudah sampai di jalan utama, kendaraannya sudah banyak... rame lagi, padat. Maklum, hari Senin. Orang udah paling bete kalau sudah hari Senin. Kemarinnya baru libur, enak-enakan... tahu2nya... besoknya harus kerja lagi... Hahaha... memang banyak yang seperti itu. Tapi mau bagaimana lagi ? Ini kan sudah hukumnya begitu... Yah, hadapi sajalah. Kembali ke Adrian. Hari ini Adrian nggak pakai jaket. Dia pakai hoodie. Hoodie-nya warna putih, berkantong di bagian depannya, dan yang paling spesial dari hoodie ini adalah... Ada gambar William dan Kate yang sedang berciuman di depannya, diambil dari hari pernikahan mereka, dengan hiasan tulisan William di bagian atas gambar, dan tulisan Kate di bagian bawahnya. Di bawah tulisan Kate, terdapat tulisan April 29th, 2011, yang merupakan tanggal pernikahan mereka. Tepat di bagian atas tulisan Kate, sedikit di bawah gambar, terdapat lambang kerajaan William dan Kate yang disandingkan, lengkap dengan aksesoris kerajaannya, sebagai tanda lambang pernikahan mereka. Hoodie ini didapatkan Adrian dari kakaknya yang lagi ada di London. Ia membelikannya sebagai souvenir dari event pernikahan kerajaan terbesar abad ini. Lalu, hoodie ini dikirimkan pada Adrian melalui kiriman paket kilat internasional, bersama dengan beberapa barang lainnya. Sudah jadi kebiasaan buat kakaknya Adrian mengirimkan barang2 yang ia dapatkan dari London kepada Adrian dan Harry. Biasanya dalam sebulan, kakaknya Adrian bisa mengirimkan barang hingga dua kali. Barang2nya macam2 dan kebanyakan barang2 itu untuk Adrian. Makanya nggak heran kalau Adrian bisa punya barang2 yang bagus (nanti di akhir cerita akan saya hadirkan kakaknya Adrian, siapa sih dia ? Nanti aku kenalkan. Tunggu saja ya...) Sekarang kembali ke cerita. Selain memakai hoodie Royal Wedding, Adrian juga memakai topi New York Yankees warna putih yang sengaja dipakai agar bisa matching dengan warna hoodie-nya. Seperti biasa, ketika ia sudah sampai di jalan utama, Adrian menunggu taksi. Namun hari itu ternyata bukan taksi yang lewat. Tapi sebuah mobil dengan plat B 71 CNS (masih ingat ini ?) secara tiba2 berhenti di depan Adrian. Lalu jendela mobilnya terbuka dan muncullah seseorang yang pastinya Adrian kenal. Linzy.
Linzy: Morning, Adrian...
Adrian: Morning, Linzy... tumben nih kita ketemuan di jalan...
Linzy: Kebetulan aja sih... eh, berangkat bareng kita aja... mau nggak ?
Adrian: Beneran nih ?
Linzy: Udah, ayo... bentar lagi kita terlambat nih...
Adrian: Oh, ya sudah...
Adrian pun langsung masuk ke dalam mobil dan setelah itu Angel tancap gas dan melanjutkan perjalanannya ke sekolah. Untuk pertama kalinya, Adrian dan 7 Icons berangkat sekolah bersama.
Beberapa menit kemudian, mobil 7 Icons tiba di SMA Cambridge. Mereka lalu keluar dari mobil dan masuk ke dalam gedung sekolah. Anak2 7 Icons ada di depan, dan Adrian ada di belakang, dengan jarak beberapa langkah dari mereka. Situasinya sih biasa-biasa saja, tapi kemudian semuanya berubah ketika mereka memasuki lorong utama sekolah. Di situ seperti biasa ada anak2 yang sedang ngobrol-ngobrol di lorong. Ketika 7 Icons lewat di lorong itu, semuanya langsung mengubah topik pembicaraan mereka. Mereka semua membicarakan 7 Icons. Obrolan itu bisa terdengar, baik itu oleh 7 Icons sendiri, Adrian, atau bahkan orang2 yang ada di sebelah mereka. Mereka bisa saling mendengarkan. Semua personil 7 Icons mendengarnya, dan mereka seperti merasa ada yang berbeda dengan teman2 mereka. Biasanya, semua teman2 mereka akan mendukung atau memberi semangat pada mereka... namun, kali ini semuanya berbeda. Tidak ada yang menyapa, tidak ada yang memberi semangat, dan lain sebagainya. Semuanya membicarakan 7 Icons dengan gaya yang berbeda. Bahkan kata2nya saja ada yang tidak mengenakkan. Kebanyakan bernada benci... Tumben2nya anak2 SMA Cambridge melakukan ini pada 7 Icons... secara, 7 Icons itu adalah idola dan kebanggaan sekolah... bahkan banyak sekolah lain yang bilang kalau SMA Cambridge itu basisnya Iconia, karena semua anak2nya adalah fans 7 Icons dan selalu mengelu-elukan 7 Icons... kalau misalnya 7 Icons dicerca atau dibenci habis2an oleh sekolah lain, pasti ada anak2 SMA Cambridge yang bakalan membela mereka... sampai bikin tawuran antar-sekolah pun jadi. Tapi kini... sepertinya terlihat kalau seisi SMA Cambridge tidak sepenuh hati mendukung 7 Icons... Adrian bahkan juga bisa merasakannya... karena masih bisa mendengar komentar2 itu... meskipun ia tidak melihat ke arah orang yang berbicara itu... ia bisa mendengarnya... kata2 seperti... (maaf) "cewek2 yang bodoh", "cewek2 payah", "tak profesional", "merusak harkat dan martabat sekolah", "memalukan", "cewek sialan, bisanya bikin malu", dan lain sebagainya... anggap saja 7 Icons sedang dihakimi di sepanjang lorong itu... semuanya benar2 berbeda, sangat berbeda... kejadian pada malam itu sepertinya telah mengubah penilaian hampir semua anak2 di SMA Cambridge tentang 7 Icons. Bahkan ada juga yang bilang "busananya saat tampil kemarin kurang bahan..." dan bla-bla-bla. Apapun yang mereka katakan, jelas bikin nggak enak hati. Tapi meskipun begitu, para personil 7 Icons tetap dengan santai dan langkah mantap berjalan melewati lorong penuh gosip itu, menuju ruang kelas.
Di ruang kelas, mereka semua kembali menempati bangkunya masing2. Di bangku paling depan ada Mezty dan Natly. Di belakangnya ada Angel dan Gc. Di belakangnya lagi ada PJ dan Vanila. Paling belakang ada Linzy, dan satu bangku lainnya yang kini ditempati oleh Adrian. Di ruang kelas... sepertinya situasinya sama saja... nggak di lorong nggak di ruang kelas... ada juga yang membicarakan mereka. Ada tiga orang cewek yang tiba2 langsung mengerubungi meja... dan berbicara diam2. Salah satu diantara mereka melihat secara perlahan ke belakang (karena ia membelakangi 7 Icons) dan melihat ke arah para personil 7 Icons yang sibuk bermain2 dengan BlackBerry mereka. Sudah jelas siapa yang mereka bicarakan... tak lama kemudian, Adrian memasuki ruangan, dengan santai. Kalau ini sih tidak ada yang mengomentari... meskipun Adrian tahu apa kondisi yang sedang terjadi. Adrian melenggang bebas tanpa ada satu orang pun yang membicarakannya. Ia lalu menaruh tasnya di atas meja dan lalu melepas hoodie Royal Wedding-nya dan menaruhnya di sandaran kursi. Topi Yankees-nya ia lepas juga dan ia taruh di atas tasnya. Adrian lalu memperbaiki tatanan pakaiannya dan lalu duduk di kursinya. Sebelum Adrian duduk, Linzy sempat melihat hoodie Adrian dan lalu bertanya tentang hoodie-nya itu.
Linzy: Hoodie kamu keren banget. Dapat dari kakakmu lagi ya ?
Adrian: Ya. Itu dari kakakku. Souvenir dari Royal Wedding. Kakakku borong banyak dan dia berikan hoodie ini buatku. Dibuat hanya beberapa hari setelah Royal Wedding. Itu ceritanya...
Linzy: Wow, hebat... Kau selalu beruntung sekali dapat barang2 dari luar negeri...
Adrian: Ya, memang. Kadang2 saya merasa sangat beruntung...
Linzy: Oh, ya. Aku minta maaf ya, soal kejadian hari Sabtu kemarin... benar2 kacau waktu itu...
Adrian: Nggak apa2 kok... Kamu dan teman2 kamu sudah melakukan yang terbaik... you're just unlucky.
Linzy: You right. We're just unlucky. Benar2 kejadian itu di luar dugaan kita... kita jadi merasa bersalah banget sama teman2 yang lain dan para fans...
Adrian: Aku mengerti kok. Nggak apa-apa. Semoga aja ini bisa jadi pelajaran berharga buat kamu dan yang lain biar kamu bisa tampil lebih baik lagi...
Linzy: Terima kasih ya...
Mendengar perkataan itu, perasaan Linzy langsung tenang dalam hatinya. Ia tahu kalau Adrian akan menonton, sama halnya dengan teman2nya yang lain, dan ia pasti juga merasa kecewa karena 7 Icons ketika itu tidak tampil baik dan bahkan gagal. Tapi beruntung, tidak seperti teman2 lainnya, yang membicarakan mereka sepanjang perjalanan mereka masuk ke kelas tadi (Linzy bisa mendengar obrolan di lorong itu), Adrian bisa memaklumi Linzy (dan juga personil 7 Icons yang lain) dan memaafkan mereka. Well, setidaknya itulah kini diharapkan oleh para personil 7 Icons saat ini...
Beberapa jam kemudian, saat jam istirahat, Reza mendatangi Adrian yang sedang mendengarkan musik di dalam kelas. Pada saat itu kondisi kelas sedang sepi karena semua anak2 sedang istirahat, termasuk anak2 7 Icons yang lagi pada ke kantin (Adrian tidak pergi ke kantin). Ia bermaksud memberitahukan soal seleksi masuk tim sepakbola itu.
Reza: Hei, Adrian!
Adrian: (membuka headset-nya) Eh, Reza... ada apa ?
Reza: Gw udah dapat informasi soal seleksinya.
Adrian: Oh, ya ? Jadi gimana ? Kapan ?
Reza: Seleksinya Sabtu nanti. Seleksinya dari pagi.
Adrian: Mulai jam berapa ?
Reza: Yah, jam tujuh lah... soalnya mau pada lari dulu.
Adrian: Oh, begitu... ya sudah... Eh, dapet dari mana ?
Reza: Tadi si Rudi Handoko itu datengin gw buat ngasih tahu. Dia keliling dari kelas per kelas lho...
Adrian: Pantesan. Kenapa nggak bikin rapat saja ?
Reza: Dia nggak sempat. Hari ini ketua OSIS-nya nggak masuk...
Adrian: Kan ada wakilnya...
Reza: Wakilnya juga lagi sakit... OSIS juga tadinya bingung, mau bikin rapat atau nggak... akhirnya ya dibikin seperti ini jadinya... tapi penjelasannya sudah jelas kok...
Adrian: Terus apa lagi yang kamu dapat dari dia ?
Reza: Pas hari Sabtu itu, pakai kaus bola lengkap.
Adrian: Bawa bolanya sekalian nggak ?
Reza: Ya nggak usah lah... bola disini banyak... kamu sih tinggal siapin kaki buat nendang aja...
Adrian: Bagus... Ya sudah. Kalau begitu kita bisa siap2 mulai besok.
Reza: Oke, Adrian... ya udah kalau gitu... gw mau main dengan teman2 yang lain dulu ya...
Adrian: Oke deh... makasih ya!
Reza lalu pergi keluar dari kelas sambil berlari. Sementara itu Adrian memasang kembali headset-nya dan mendengarkan musik yang ada dari Mp3 Player-nya, sambil membaca buku kesukaannya.
Sementara itu, anak2 7 Icons sedang berjalan menuju kantin. Lagi, apa yang mereka dapatkan ketika mereka berjalan di lorong utama saat mereka mau masuk ke kelas terulang lagi. Sepanjang perjalanan mereka menuju kantin, mereka dibicarakan lagi. Semua anak2 yang ada di sepanjang jalan itu membicarakan mereka. Sepertinya mereka sudah menjadi sorotan sekolah. Tidak ada yang tidak membicarakan mereka. Mungkin hanya Adrian yang tidak mau membicarakan 7 Icons... soalnya benar2 mereka itu dibicarakan. Kalaupun ada yang tidak membicarakan 7 Icons, mereka hanya memberi sebuah sorotan mata yang tajam buat mereka. Sama seperti tadi, 7 Icons juga bisa mendengarkan pembicaraan mereka. Dalam hati mereka, mereka kini merasa tidak nyaman! Jelas lah, seisi sekolah kini memandang mereka dengan sinis dan membicarakan mereka dari belakang. Tidak ada yang mau membicarakan mereka secara jelas... semuanya berbicara layaknya rapat agen rahasia kelas tinggi. Penuh dengan kerahasiaan. Mereka menyembunyikan mulut mereka dibalik buku atau apapun dan mereka berbicara di dalamnya... pergunjingan, gosip, semuanya ada di sana dan terlihat jelas... tentu saja dengan kondisi ini, 7 Icons benar2 merasa tidak nyaman. Rasanya pengen lari dengan cepat, tapi mereka nggak bisa. Mau sembunyi ? Juga nggak bisa. Malah mereka makin diomongin... kondisi di sekitar mereka membuat 7 Icons terjebak. Benar2 kondisi telah berubah di SMA Cambridge dan 7 Icons harus menerima itu, apapun yang terjadi.
Di kantin, 7 Icons akhirnya berbicara soal apa yang terjadi dengan teman2 mereka sekarang. Kini, barulah mereka berani ngomong soal rasa ketidaknyamanan mereka.
PJ: Eh, lu pada sadar nggak, kita ini pada diomongin ?
Natly: Iya, kayaknya semua pada ngomongin kita deh...
Mezty: Bener banget. Gw bisa dengar tadi... banyak yang ngomongin kita...
Gc: Iya... aku juga bisa denger tadi... kok pada tega sih, ngata-ngatain kita...
PJ: Betul banget. Nggak nyangka teman2 kita banyak yang berubah...
Natly: Ini pasti gara2 kejadian kemarin... mungkin mereka pada kecewa...
Angel: Bisa jadi. Mungkin mereka kecewa sama kita gara2 penampilan kita kemarin...
Gc: Padahal kita sudah minta maaf sama mereka hari Sabtu kemarin...
Angel: Iya... mana mungkin sih mereka nggak puas sama permintaan maaf kita ?
PJ: Mungkin kita minta maaf di saat yang tidak tepat kali...
Mezty: Betul, bisa jadi... Mungkin kita harus minta maaf lagi...
Tiba-tiba, Linzy yang sejak tadi diam saja, angkat bicara.
Linzy: Sebenarnya kita sudah dimaafkan kok...
Angel: Hah ? Masa ? Sama siapa ?
Vanila: Beneran kita dimaafin ? Sama siapa, Linzy ?
Linzy: Siapa lagi kalau bukan si pemakai hoodie Royal Wedding itu...
PJ: Pemakai hoodie Royal Wedding ? Maksudnya ?
Linzy: Masa kalian nggak tahu ? Adrian.
Angel: Oh, Adrian... Kalau dia sih emang sudah pasti belain kita. Kapan dia maafinnya ?
Linzy: Tadi pagi, sebelum pelajaran pertama... dia sempat bilang kalau dia maafin kita semua... dia juga dengar semua pembicaraan teman2 di lorong itu.
Natly: Wah, syukur deh... ternyata, masih ada juga ya, yang care sama kita...
Mezty: Bener banget... Adrian baik banget deh...
Angel: Yah, mungkin dia sekarang satu2nya harapan kita... soalnya... kayaknya kita semua pada diliatin deh...
Vanila: Masa sih ?
Angel: Lihat aja ke belakang...
Semua personil 7 Icons langsung melihat ke belakang dan langsung sadar kalau mereka semua sedang dilihat oleh semua anak2 yang ada di sana. Tatapannya tajam seperti pisau dan mereka semua diam seperti patung terracotta. Ada yang berdiri, ada yang duduk. Wajah mereka seperti prajurit pengawal Istana Buckingham. Tanpa ekspresi. Tidak lama kemudian, mereka semua langsung berbalik lagi dan kembali ngobrol.
Vanila: Ih, tatapannya bikin ngeri semua tau...
Gc: Gw nggak berani lihat lama2... matanya kayak gimana gitu...
Angel: Kita lebih tenang aja deh. Jangan ada yang emosi, kita anggap aja nggak ada yang ngelihat, oke ?
Mezty: Oke sih oke, Angel... cuma lama2 gw juga ketakutan...
PJ: Sama, gw juga... kalau begini gw mendingan lari aja deh...
PJ lalu berdiri dari kursinya dan langsung berlari meninggalkan kantin.
Angel: PJ! PJ! Jangan lari dong!
Mezty: Gw juga lari deh... takut...
Mezty juga berdiri dari kursinya dan langsung buru2 lari dari kantin.
Mezty: PJ! Gw ikutan!
Angel: Mezty! Ah... gimana sih...
Linzy: Mending kita lari aja deh... cari tempat sembunyi...
Vanila: Setuju... mending kita lari aja... lama2 kita ketakutan nih... ya kan, Natly ?
Vanila lalu melihat ke sampingnya dan menemukan Natly sudah tidak ada. Ia juga sudah lari meninggalkan kantin menyusul PJ dan Mezty.
Vanila: Lho ? Natly kemana ?
Angel: Ya udah deh... si Natly kayaknya juga udah minggat nih... semuanya, lari!!!!!!!
Angel, Gc, Vanila, dan Linzy pun langsung berdiri dari kursinya dan lari meninggalkan kantin. Semua anak2 yang ada di sana hanya bisa melihat saja, mengikuti ke mana mereka berempat lari. Setelah itu, mereka semua berubah. Mereka kembali ke aktivitas mereka masing2. Ada yang duduk, ada yang memesan makanan, ada yang ngobrol, bahkan ada yang nonton bola lewat TV yang dipasang di salah satu bagian kantin.
Sementara itu, anak2 7 Icons yang sejak tadi berlari meninggalkan kantin, akhirnya berhenti di taman sekolah. Mereka semua sangat lelah, setelah habis lari dari kantin ke taman sekolah, yang jaraknya lumayan jauh. PJ dan Mezty yang sampai duluan langsung duduk di bangku taman dengan napas terengah-engah. Kemudian menyusul Natly yang berhenti setelah melihat PJ dan Mezty duduk di bangku taman. Ia juga terengah-engah. Terakhir... Angel dan yang lain... mereka juga kemudian berhenti dan duduk di bangku taman. Mereka semua kelelahan... setelah melakukan lari yang tak terduga dari kantin ke taman. Mereka lalu duduk2 di bangku taman dan bersantai di sana.
PJ: Kayaknya disini emang paling enak deh... udaranya bagus... banyak pohon... gitu deh...
Natly: Enak buat rileks... capek banget tadi lari-lari...
Mezty: Maklum sih, soalnya teman2 kita udah pada nyeremin banget...
Gc: Betul banget. Kok bisa sih mereka pada begini sama kita ?
Angel: Ya, itulah masalah yang kita hadapi sekarang... ternyata terbukti kalau nggak semua orang yang ada di dekat kita itu mau sepenuh hati mendukung kita... sekalinya kita jatuh, mereka nggak ada yang nolongin kita...
Linzy: Kecuali Adrian.
Vanila: Betul! Kecuali Adrian. Itu pun karena dia masih baru disini dan belum banyak bergaul dengan anak2 disini...
Angel: Iya, memang. Dia masih polos. Tapi sebenarnya dia udah mulai gaul kok... tapi belum terlalu dekat...
Linzy: Sejauh ini, dia masih dekat sama kita...
Gc: Betul. Itu kan karena dia juga sebangku sama kamu...
Linzy: Iya sih... tapi dia kadang2 dia juga ngobrol dengan yang lain kok... tapi seperti kata Angel, dia belum terlalu dekat. Dia kan masih pendiam...
Angel: Kamu benar... haah... semoga aja masalah ini cepat berakhir buat kita semua ya...
Anak2 7 Icons pun kemudian bersandar di bangku taman itu dan menikmati suasana yang ada di taman itu, sambil melupakan semua yang sudah terjadi sepanjang hari itu.
Sementara itu, di tempat lain... kita fast forward ke rumahnya Adrian ya... di sana Adrian sedang mempersiapkan barang2 yang akan ia pakai untuk persiapan seleksi nanti. Dia membuka lemari pakaiannya dan didalamnya terdapat banyak kaos bola dari berbagai klub Eropa, yang sudah ia koleksi sejak dulu. Ia lalu mengambil beberapa pakaian dari lemari itu, dan lalu menaruhnya di tempat tidurnya. Ada beberapa kostum baru, yang ia dapat dari teman2nya di Bandung. Ada kaos Liverpool, kaos Bayern Munchen, kaos Werder Bremen keluaran musim lalu, kaos Manchester United, kaos Chelsea, kaos Arsenal, kaos Barcelona, kaos Manchester City, kaos AC Milan, kaos Inter Milan, bahkan kaos Blackpool juga ada. Ia jadi pusing untuk memilih karena semua kostumnya itu bagus-bagus. Maklum, itu kaos KW semua... Adrian membelinya dengan harga yang lumayan mahal. Ada yang paling murah 160 ribu... hingga yang termahal bisa 400 ribu... kaos Blackpool itu bahkan harganya 600 ribu, karena ada namanya, kaosnya full patch alias lengkap, dan kaos ini cukup langka. Bahkan kata penjualnya, kaos ini bukan kaos KW melainkan kaos asli, didapat langsung dari Inggris. Anda mau tahu nama yang ada di baliknya ? Charlie Adam. Kembali ke cerita. Adrian pusing berat memilih satu diantara semua kostum itu. Meskipun besok ia hanya latihan, tapi memilih kaos yang akan ia pakai untuk latihan itu sama saja dengan memilih kostum untuk hari H-nya. Akhirnya setelah lama memilih, Adrian akhirnya memilih kaos Arsenal-nya, lengkap dengan nama Jack Wilshere di belakangnya, dengan logo ulang tahun ke-125-nya, sebagai kaos yang akan ia pakai untuk latihan besok.
Keesokan harinya, Adrian pun datang ke lapangan SMA Cambridge dengan memakai kostum Arsenal itu, lengkap dengan celananya (yang juga celana KW), kaos kaki putih, dan sepatu bolanya yang lagi-lagi pinjaman dari temannya. Di situ, ia berlatih mempersiapkan seleksi bersama beberapa orang temannya. Mainnya banyak. Mulai dari latihan dribbling, latihan menendang, latihan menyundul, latihan kontrol bola, dan banyak lagi yang lainnya. Latihannya dilakukan di tengah siang hari yang panasnya minta ampun. Meskipun panas, tapi semangatnya Adrian nggak meleleh. Justru ia bermain dengan baik seperti biasa. Ia sekarang malah menikmati permainannya sehingga Adrian tidak lagi canggung dalam bermain.
Hari demi hari berlalu dan Adrian semakin jago bermain bola. Seolah-olah lapangan itu kini adalah miliknya. Tidak ada yang bisa mengalahkannya dalam mencetak gol. Dia bahkan juga bisa menjadi pemberi umpan yang baik untuk teman2nya. Dengan mudahnya ia menggocek bola dan menari-nari di atas lapangan. Ia juga mampu memimpin timnya dan mau menerima masukan dari teman2nya dengan baik. Beberapa teman2nya bahkan juga mengajarkan beberapa trik bermain bola yang paling asyik untuk Adrian. Adrian dengan cepat mempelajarinya dan dia pun makin jago bermain bola, mengalahkan orang yang sebelumnya mengajarinya trik itu. Kini Adrian benar2 siap menghadapi seleksi tim sepakbola itu, dengan dukungan dari semua orang yang menjadi teman bermain dan menjadi guru main bolanya selama ini.
Sementara itu, Dicky datang kembali ke SMA Cambridge. Ia datang seperti biasa sambil membawa map dan organizer. Tentu saja tujuannya datang adalah untuk bertemu dengan 7 Icons. Ada job tampil baru buat mereka. Seperti biasa, mereka bertemu di ruang tamu sekolah, yang ruangannya didominasi oleh nuansa kayu, warna dindingnya coklat kayu, dengan sofa yang berwarna coklat terang, meja ukiran Jepara dengan vas bunga di atasnya, dan ada lukisan William dan Kate di salah satu dindingnya dan sebuah lukisan pemandangan di dinding lainnya. Juga ada jendela yang menghadap ke kantor kepala sekolah dan menghadap ke luar. Dari jendela yang menghadap ke kantor kepala sekolah inilah dulu Adrian bisa mengintip pembicaraan Dicky dan anak2 7 Icons.
Dicky: Jadi, bagaimana kabar kalian sekarang ? Sudah baikan setelah kejadian yang dulu ?
Angel: Yah, lumayan sih kak... sekarang sih sudah lebih baik...
Dicky: Bagus deh kalau begitu... mudah2an, perform kalian bisa kembali normal seperti biasanya...
Linzy: Aminnnn... omong2, kita ada job manggung di mana nih ?
Dicky: Di acara musik. Krings. Jam 9 seperti biasa, hari Sabtu.
Angel: Wah, kalau itu sih... kita bisa bolos dari jam pertama nih...
Dicky: Malah mungkin kalian akan bolos untuk hari Sabtu. Surat izinnya sudah saya siapkan kok...
Angel: Bagus deh kalau begitu... kita bisa izin deh hari Sabtu nanti...
Linzy: Sip!
Dicky: Tapi kalian siap2 dari sekarang ya...
Angel: Tenang kok, kita bakal diskusiin sesegera mungkin kok...
Dicky: Good...
7 Icons pun kini punya job baru. Tampil di acara musik Krings pada hari Sabtu, berbarengan dengan hari dimana Adrian akan melakukan seleksi. Baik anak2 7 Icons ataupun Adrian sama2 tidak saling tahu kalau mereka akan punya urusan pada hari Sabtu. Maklum, keduanya sama2 sibuk... Adrian sibuk latihan main bola, dan 7 Icons sibuk mempersiapkan penampilan mereka. Adrian akan ikut seleksi pada hari Sabtu mulai jam 7, sedangkan 7 Icons akan tampil pada jam 9 hingga jam 11 (tergantung segmen berapa mereka tampil) dan sudah jelas Adrian nggak akan nonton. Begitupun juga 7 Icons, mereka nggak akan bisa mendukung Adrian karena mereka sedang tampil... padahal mereka pengen banget menonton Adrian di seleksi itu, apalagi setelah mereka dapat kabar kalau Adrian punya progres yang bagus selama ia berlatih. Tapi mau bagaimana lagi... emang sudah begitu aturannya... akhirnya, mereka pun harus siap kehilangan orang yang paling mendukung mereka ketika hari Sabtu nanti. Adrian kehilangan 7 Icons, dan 7 Icons kehilangan Adrian. Penyebabnya ? Sekali lagi, masalah waktu.
Malam menjelang tampil, Linzy sedang tidur. Di dalam tidurnya... ia mengalami sesuatu yang tidak mengenakkan. Ia dan teman-temannya sedang tampil di sebuah acara dan... secara tiba-tiba audio mereka mati. Perform mereka tiba-tiba terhenti di tengah jalan. Tiba2, penonton pun menyiuli mereka seperti penonton di pertandingan Premier League. Belum puas menyiuli mereka, para penonton pun melempari 7 Icons dengan segala barang yang ada di sekitar mereka. Lemparan mereka seakurat dan sekuat quarterback NFL, membuat 7 Icons harus lari dari panggung. Ketika mereka ingin lari menyelamatkan diri ke ruang ganti, secara tiba2 ada kerumunan orang yang mengejar mereka dari arah lorong ruang ganti, dan mereka semua mengejar 7 Icons. 7 Icons pun kini seperti sekumpulan orang yang dikejar banteng. Mereka pun berlari tunggang-langgang menuju sekolah mereka untuk menyelamatkan diri. Tapi, sesampainya di sekolah, semua orang2 di sekolah berubah menjadi seperti zombie. Mata mereka menyala-nyala, lampu sekolah pun remang-remang, dan semua lukisan yang ada di sekolah itu bisa bergerak. Mereka semua lalu mengarahkan jari telunjuknya pada 7 Icons, dan di tangan kiri teman2 sekolahnya itu terpegang sebuah pisau belati yang baru diasah dan masih mengkilap. 7 Icons lalu berlari keluar dari sekolah mereka dan langsung semua teman2 di sekolahnya itu mengejarnya. Ketika mereka berlari, tiba2 di depan mereka sudah berdiri kerumunan orang yang membawa senapan, bendera, meriam, dan obor. Mereka semua berseragam dan bersenjata lengkap. Mereka semua tentara. Mengetahui ada tentara di depan mereka, 7 Icons pun langsung menghentikan langkah mereka dan bermaksud berbalik arah. Namun, dari belakang mereka, kerumunan besar manusia, yang mungkin lebih besar daripada kerumunan masyarakat Inggris ketika pernikahan William dan Kate, sedang berjalan menuju ke arah 7 Icons. Karena bagian depan dan belakang mereka sudah dikepung, 7 Icons pun memutuskan untuk berpencar ke sisi kiri dan kanan mereka. Namun, dari kedua arah itu, datanglah kerumunan orang lain, yang lebih besar daripada kerumunan yang ada di depan dan belakang, dengan kondisi sedang ngamuk berat, amukan mereka lebih besar daripada amukan suporter River Plate yang kecewa berat karena timnya terdegradasi untuk pertama kalinya sepanjang sejarah klub, dan mereka membawa barang2 yang biasa dipakai untuk tawuran antar warga. Ada bom molotov, gir sepeda yang sudah dilengkapi tali, batu, balok kayu, senapan angin, AK-47, pistol, senapan yang dilengkapi dengan peluru tajam, laser, botol beling, dan barang2 keras lainnya. Kini 7 Icons benar2 terkepung... dan makin terkepung ketika mereka semua melihat ke atas... dari setiap atap gedung tinggi yang ada di situ, ada kerumunan orang yang membidikkan senapan, panah, pistol, tombak, dan benda2 yang dapat ditembak lainnya. Kesannya sekarang seperti film 300. Tapi jumlah pasukannya beda. Kalau di film 300 jumlah pasukannya 300 orang, dengan tubuh six-pack, yang six-pack-nya tidak kalah dengan para peserta L-Men of The Year, dan kecakapan bersenjata yang baik melawan pasukan yang jumlahnya jutaan, kalau dalam cerita ini, jumlah pasukannya hanya 7 orang dan tanpa senjata, melawan jutaan orang yang membawa senjata yang bervariasi. 7 Icons terjebak. Semua personil 7 Icons tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi hingga mereka kini menjadi calon korban amukan massa yang jumlahnya banyak sekali. Di udara juga ada pesawat-pesawat tempur yang bermanuver, hanya tinggal menunggu perintah untuk menghancurkan target, yang dalam hal ini adalah 7 Icons. Benar2 7 Icons telah terjebak. Kini... 7 Icons hanya berharap keajaiban yang bisa menyelamatkan mereka. Tapi keajaiban itu tidak akan pernah datang. Semuanya sudah tertutup. Kemudian muncul seseorang yang berpakaian Irish Guard, dengan pangkat yang berjubel di dadanya, dan pedang ditangannya. Ia ternyata adalah komandan dari semua kerumunan massa ini. Ia lalu mengangkat pedangnya, dan ia berkata, "BERSIAAAAPPPPP!!!!!!!!" dan langsung semua orang ada di kerumunan itu mempersiapkan senjatanya. Beberapa saat kemudian, ia menurunkan sedikit pedangnya, sambil berkata, "BIDIIIIKKKK!!!!!!!!" Semua orang itu langsung membidikkan senjatanya pada target mereka yang ada di tengah... di dalam cerita ini, 7 Icons memakai pakaian yang di bagian dada dan punggungnya terdapat lingkaran target, sehingga bisa sesuai dengan ceritanya. 7 Icons pun sudah benar2 pasrah... mereka benar2 nggak tahu apa yang harus mereka lakukan... mereka kini hanya saling berpegangan tangan dan mereka semua menghadap ke arah komandan Irish Guard itu. Ketika kemudian komandan itu mengarahkan pedangnya tepat ke depan, ia langsung memerintahkan semuanya untuk menembak 7 Icons, dan berkata, "TEMBAAAKKKK!!!!!!!!" Semua personil 7 Icons pun hanya bisa menutup matanya, dan... DOR!!!!!! DOR!!!!!! DOR!!!!!!! DOR!!!!!! DOR!!!!!!! DOR!!!!!! DOR!!!!!!!!AAAAAAAHHHHHHHH!!!!!!!!!!! Linzy pun berteriak kencang, bangkit dari tidurnya dan berteriak panik. Tetapi kemudian ia membuka matanya dan melihat ruang kamarnya. Ia langsung menyadari kalau itu hanya mimpi. Linzy pun kemudian menepuk dadanya dan mengatur napasnya yang terengah-engah. Linzy lalu menjatuhkan dirinya kembali ke tempat tidur dan kembali tidur.
Hari Sabtu pun tiba. Adrian pergi seperti biasa, dengan seragam sekolah lengkap, dengan jaket Arsenal barunya, lengkap dengan logo Arsenal 125-nya, hanya yang berbeda adalah warnanya. Kalau dulu, warnanya merah-putih, kini warnanya biru-hitam. Ia juga memakai topi Liverpool-nya, dan membawa tas khusus berwarna merah dengan logo Liverbird (logo Liverpool) di salah satu bagiannya. Ia lalu naik taksi ke SMA Cambridge. Sesampainya di sana, ia langsung mengganti bajunya dengan kostum away Arsenal terbaru, berwarna biru hitam, dengan garis diagonal di tengahnya, celana hitam, kaus kaki hitam, dan sebuah sepatu bola pinjaman temannya yang ternyata kali ini adalah sebuah Nike Mercurial Vapor Superfly III, yang tentu saja tuh sepatu mahal banget. Ada nama di balik kostum tersebut. Namanya Jack Wilshere. Ketika ia keluar dari gedung sekolah dan masuk ke lapangan, semua pemain yang lain langsung menyambutnya dengan hangat. Adrian pun hanya tersenyum saja melihat sambutan teman2nya.
Sementara itu... 7 Icons berangkat ke stasiun TV tempat mereka akan tampil. Semuanya tidak memakai seragam sekolah, hanya pakaian bebas. Tiba di stasiun TV, mereka langsung berganti pakaian, dandan, dan pemanasan. Persiapan mereka hampir sama seperti waktu mereka tampil di WorldStudio, tapi kali ini lebih santai. Dicky seperti biasa menunggui mereka di luar, dan 7 Icons latihan di dalam ruang ganti. Setelah mereka latihan sebentar, 7 Icons hanya tinggal menunggu giliran tampil.
Di SMA Cambridge, Adrian sudah memulai proses seleksinya, dia menjalani tes fisik yang tak ubahnya seperti tes fisik di kemiliteran. Dimulai dari lari keliling lapangan, tes push-up, sit-up, dan back-up, tes kecepatan, tes ketahanan, tes keseimbangan, tes dribbling, tes shooting, tes heading, tes kontrol bola, dan lain sebagainya. Tes2 itu semua menguras tenaga, tapi Adrian tidak mempermasalahkannya. Ia malah menikmatinya dan berhasil mencatat waktu yang terbaik, melebihi batas minimal yang sudah ditetapkan oleh pelatih. Saat seleksi ini malah skill Adrian semakin meningkat. Apa yang ia perlihatkan atau pelajari saat latihan sangat terlihat di sini. Banyak orang yang takjub melihat kehebatan Adrian. Pelatih tim SMA Cambridge pun bahkan sepertinya memberi gesture bahwa ia sangat menyukai Adrian dan ada kemungkinan untuk memasukkan Adrian ke dalam timnya nanti. Sekedar catatan, pelatih tim sepakbola SMA Cambridge ini masih muda, ibarat pelatih di Liga Eropa, ia seperti Andre Villas-Boas. Muda, ganteng, menawan, dan juga pintar dalam memilih pemain, memotivasi pemain, dan mengatur strategi tim. Nanti akan saya ceritakan seperti apa pelatih ini.
Sekarang kita pindah ke 7 Icons. Mereka kini sudah siap untuk tampil dan sekarang sedang berjalan menuju ke panggung. Tapi... sepertinya ada sesuatu yang mengganjal. Ketika mereka naik ke panggung... kesannya berbeda. Dalam pikiran mereka, mereka seperti kembali ke WorldStudio, dan ingatan mereka soal kejadian itu muncul lagi.... padahal mereka sudah melupakannya. Trauma ? Bisa jadi. Perasaan mereka semua berbeda ketika naik ke panggung, dan melihat penonton yang hadir di acara itu... ingatan masa lalu itu seakan benar2 kembali. Ketika lagu mulai diputar... semuanya masih berjalan normal. Namun, lama kelamaan, ingatan masa lalu itu benar2 masuk ke dalam pikiran mereka, membuat mereka susah untuk berkonsentrasi. Lagu itu, mereka nyanyi Playboy lagi, seakan-akan mengembalikan ingatan buruk mereka di WorldStudio itu dan membuat mereka jadi aneh. Perform mereka jadi kacau, nggak kompak, dan terkesan aneh. Mereka berusaha untuk berkonsentrasi untuk bisa mengembalikan perform mereka, tapi nggak bisa. Kesannya, di dalam pikiran mereka, terjadi perang antara ingatan mereka saat ini, dan ingatan mereka di masa lalu, yang sebetulnya mereka sudah lupakan. Keduanya saling berebut pengaruh. Siapapun yang menang diantara keduanya, akan mengendalikan pikiran mereka, dan itu memiliki efeknya sendiri2. Kalau ingatan yang saat ini menang, maka 7 Icons akan perform normal seperti biasa. Tapi kalau ingatan masa lalu mereka yang menang, maka perform 7 Icons akan kacau lagi. Dan ternyata, ingatan masa lalu mereka yang menang. Akibatnya sudah jelas, perform 7 Icons jadi kacau. Mereka nggak kompak, salah sebut lirik, dance-nya salah gerak, dan lain sebagainya. Penampilan mereka selesai, tapi berantakan. Penonton pun menjadi tidak puas, namun ada juga yang bertanya-tanya. Ketika mereka semua turun dari panggung... 7 Icons tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Mereka benar2 mengacaukan penampilan mereka sendiri. Totally a big mess. Penampilan mereka kacau, dan mereka makin malu berat. Ujung2nya, mereka meninggalkan stasiun TV itu dengan perasaan yang campur-aduk dan tidak enak. Mereka memilih menjauh dari publik, terutama fans mereka.
Kembali ke Adrian. Akhirnya, Adrian selesai mengikuti seleksi, dan kata pelatih, hasilnya akan keluar dua minggu lagi. Ia lalu kembali ke gedung sekolah dan beristirahat di kantin. Ketika ia sedang meminum air putih di kantin, secara tiba2 muncul berita di infotainment tentang penampilan 7 Icons di acara tadi pagi, yang kacau berat. Di situ dijelaskan mengenai penampilan mereka yang berantakan, yah, penjelasannya tidak jauh2 dari penjelasan saya di atas. Adrian lalu memperhatikan berita itu dan ia jelas kaget mendengar berita itu. Setelah berita itu muncul, Adrian pun menjadi bertanya-tanya. Apa yang sebenarnya terjadi dengan 7 Icons ? Apakah benar kejadian di WorldStudio itu benar2 mempengaruhi penampilan mereka yang ini ? Benarkah 7 Icons mengalami trauma akibat kejadian di masa lalu itu ? Adrian pun harus segera mencari jawabannya. Ia lalu menghabiskan air minumnya dan lalu pergi meninggalkan kantin.
Itulah tadi cerita Fanfiction 7 Icons part 9. Kini, sudah terlihat jelas bahwa setelah kejadian di part 8 itu, penampilan 7 Icons menjadi berubah. Yang tadinya kompak, keren, dan menarik, kini menjadi, kacau balau penuh kegalauan dan nggak sekompak biasanya. Apa yang akan terjadi pada 7 Icons kemudian ? Berhasilkah Adrian menemukan jawaban dari semua pertanyaan2 yang kini ada di pikirannya saat ini ? Bagaimana kelanjutan ceritanya ? Jangan kemana-mana, tetap stay tune terus di blog saya, karena cerita ini akan berlanjut ke bagian berikutnya.
Pesan saya, seperti biasa... Remember, it's just a Fanfiction.
BERSAMBUNG...

4 komentar:

  1. Hey Dude , gue suka banget ceritanya ! cowo di cerita ini persis kaya gue ! iconia + fans fanatik Liverpool , gara2 cerita ini gue jadi bikin fanfiction juga di blog gue (iconianeverdies.blogspot.com) , Part 10 dan selanjutnya kapan di post ? and Keep On writing fan fiction ya kalo cerita ini udah abis :) Good Job , YNWA !

    BalasHapus
  2. thank you... part 10-nya sudah ada... dibaca ya... terutama di bagian akhir, pas cowoknya marah-marah... itu ada nama siapa di situ...

    BalasHapus