Remember, it's just a fanfiction.
Suatu hari, ketika jam istirahat, Adrian dan Linzy sedang jalan-jalan di taman sekolah. Hari itu semua anggota 7 Icons lagi nggak mau ke kantin, dengan alasan ingin diet. Mereka semua memilih untuk membawa bekal dari rumah masing-masing. Dari semuanya, hanya Linzy yang nggak membawa bekal, karena ia sudah sarapan dari rumah. Di saat para personil 7 Icons lagi makan di kelas, Adrian dan Linzy jalan-jalan di taman sekolah, yang sangat rindang dan asri, dipenuhi oleh pepohonan dan berbagai macam tanaman. Taman ini sering dipakai untuk praktek kelompok ilmiah remaja sekolah.
Adrian: Ceritain dong... kok bisa nama kamu berubah dari Linda menjadi Linzy... tapi itu hanya panggilan dari anak2 7 Icons kan ?
Linzy: Nggak kok. Semua teman2 sekelas manggil aku Linzy. Soal kenapa nama gw berubah dari Linda menjadi Linzy... sebenarnya ini diambil dari nama panggilan dari keluarga. Di keluargaku, aku dipanggil "Linchi" artinya "Linda yang kecil", karena aku anak paling muda. Ketika Angel ngebentuk 7 Icons, dia usulin nama panggung buatku, agar aku bisa punya identitas yang berbeda di atas panggung. Sejak itulah gw mencari nama panggung yang bagus buatku... tahu2, secara tiba2 Angel keceplosan manggil aku Linzy, karena dia hampir salah memanggil gw dengan nama panggilan keluarga gw... sejak itulah istilah Linzy muncul dan nama itu yang dipakai sebagai nama gw di 7 Icons... dan panggilan teman2 di sekolahku...
Adrian: Oh, begitu ceritanya... Jadi dari panggilan keluarga, terus diubah sama Angel secara nggak sengaja, begitu ?
Linzy: Ya, seperti itulah. Ya, aku sih berpikir kalau nama Linzy itu unik... jadi aku pakai saja.
Adrian: Tapi masih ada yang manggil kamu Linda ?
Linzy: Para guru dan kepala sekolah memanggil aku Linda. Hanya mereka yang manggil aku seperti itu.
Adrian: Kalau panggilan Linchi ?
Linzy: Hanya keluarga gw yang boleh manggil aku seperti itu.
Adrian: Oh, ya. Maaf... Jadi aku panggil kamu Linzy ?
Linzy: Ya. Linda juga nggak apa2. Asal jangan Linchi.
Adrian: Oke, gw mengerti soal itu. Tapi, aku dengar kamu yang paling pintar dari semua personil 7 Icons ya ?
Linzy: Masa sih ? Nggak lah. Semuanya juga pintar. Cuma, mungkin aku yang paling rajin.
Adrian: Bener kan, kamu yang paling pintar...
Linzy: Nggak juga kok... kadang2 gw dapat nilai yang paling rendah dari yang lain. Kan nggak selalu orang pintar nilainya bagus... kadang2, kalau lagi nggak beruntung, bisa kacau tuh hasilnya...
Adrian: Oh... tapi bener kalau semua anak2 7 Icons pada ranking 1-7 waktu kelas satu kemarin ?
Linzy: Oh, ya. Bener. Gw yang tertinggi. Angel kedua. Dapat dari mana ?
Adrian: Info dari teman2... apa itu mungkin dampak dari belajar bersama ?
Linzy: Ya, kadang2 begitu juga... sebenarnya juga kita kadang2 curang buat dapat nilai bagus...
Adrian: Nyontek gitu, maksudnya ?
Linzy: Tepat banget. Semua penghuni kelas gw nggak ada yang nggak nyontek. Pasti pada kerjasama kalau lagi ulangan.
Adrian: Hebat. Pada ketahuan nggak ?
Linzy: Kadang2 sih ada yang ketahuan. Tapi kalau kita, 7 Icons, kita selalu punya trik buat bisa bekerjasama kalau lagi ulangan.
Adrian: Trik ? Trik apa itu ?
Linzy: Bahasa isyarat. Pakai gambar dan kode. Kodenya kode khusus. Hanya kita yang tahu artinya.
Adrian: Bukannya lebih gampang ketahuan kalau misalnya pakai bahasa isyarat ? Kan, tangan kita gerak-gerak...
Linzy: Kalau kita beda. Isyaratnya pakai gambar. Tangan cuma dipakai buat nulis aja... jadi, isyarat itu kita tulis di sebuah kertas, terus kita kasih ke teman2 yang lain. Biasanya itu diselundupin... bisa dalam serutan, dalam kotak pensil, atau apalah... pokoknya, harus ada barang yang nutupin...
Adrian: Sama dengan trik gw nyontek waktu gw masih di Bandung, dong ?
Linzy: Ya memang sih, ada persamaannya... tapi bedanya di kodenya itu... itu yang paling penting...
Adrian: Emang kodenya kayak gimana sih ?
Linzy: Nggak bisa gw kasih tahu. Rahasia soalnya... Hanya gw dan anggota 7 Icons lain yang tahu soal ini. Orang lain nggak boleh tahu... nanti malah diikutin lagi...
Adrian: Well, baiklah kalau begitu...
Tidak lama, SMS masuk ke BlackBerry-nya Linzy. SMS itu dari Angel. Isi SMS-nya adalah meminta Linzy kembali ke kelas, karena 7 Icons akan rapat soal rencana penampilan mereka di WorldStudio. Ini sudah jadi kebiasaan anak2 7 Icons kalau sudah mau tampil. Sebelum mulai latihan, biasanya sehari sebelumnya, sudah ada rapat dulu, membahas seperti apa penampilan mereka nanti. Rapatnya biasa dilakukan di kelas, kalau nggak di tempat latihan atau di apartemen mereka. Karena waktu istirahat di sekolah itu panjang, jadi nggak ada masalah untuk menggelar rapat.
Linzy: Eh, aku balik ke kelas dulu ya... si Angel SMS nih, 7 Icons mau pada rapat buat bahas penampilan hari Jumat... gw duluan ya...
Adrian: Oke.
Linzy lalu pergi meninggalkan Adrian dan kembali ke kelas. Sementara Adrian, yang memakai jaket coach Liverpool-nya (persis seperti yang dipakai King Kenny ceritanya), tetap duduk di bangku taman sekolah. Ia lalu bersantai di bangku panjang yang berwarna kayu dan berukir itu.
Beberapa jam kemudian, Adrian pulang ke rumahnya. Seperti biasanya, Adrian diantar pulang oleh anak2 7 Icons. Rumah Adrian sangat besar dan mewah. Di dalamnya terdapat ruang tamu yang memiliki banyak sofa, TV set dan home theater, dan juga perapian (walaupun jarang dipakai). AC-nya sangat dingin, suhunya 25 derajat. Sebelum masuk ke ruang tamu, diantara pintu utama dan ruang tamu, ada tangga kecil. Di depannya terdapat keset, dua meja di kiri dan di kanan tangga, dan satu tempat payung di sebelah meja yang ada di sisi kiri tangga. Masuk ke ruang tamu, suasana mewah langsung terasa. Ada tiga sofa besar yang ada di sana. Dua saling berhadapan, dan satu lainnya menghadap ke TV set dan home theater yang ada di depannya. Di belakang sofa itu, selang beberapa meter, terdapat perapian. Perapian itu jarang dipakai, tapi ada persediaan kayu bakar yang diletakkan di samping perapian tersebut. Warna temboknya coklat, dan tembok ruangan itu dipenuhi dengan nuansa kayu. Ada chandelier kecil di atas ruang tamu itu, dan nyala lampunya sangat terang. Adrian memasuki ruang tamu dan langsung berjalan menuju kamarnya yang ada di kamar atas. Sesampainya di kamar, ia kaget ketika melihat ada seorang pria yang sedang duduk di kursi meja belajarnya. Dia memakai rompi berpola wajik, kemeja, dan celana jeans serta sepatu pantofel hitam. Ia pria paruh baya, tapi tampangnya sedikit awet muda. Masih ganteng pula. Dia adalah Harry Susanto, ayah dari Adrian.
Adrian: Lho, Ayah ? Kapan pulangnya ?
Harry: Haha. Halo, Adrian. Ayah baru saja pulang. Baru saja, beberapa jam yang lalu. Sekarang lagi istirahat.
Adrian: Ya, tapi kenapa istirahatnya di kamar saya ?
Harry: Surprise. Saya tahu kamu akan langsung ke kamar kalau pulang. Jadi saya istirahat disini saja, sambil memberikan kejutan buat kamu.
Adrian: Hmmm... eh, bagaimana rapatnya di Bali ? Sukses ?
Harry: Sukses besar. Ayah kini resmi jadi General Manager. Rapat itu sekaligus pelantikan saya sebagai General Manager dan direksi yang baru lainnya. Ayah juga dapat jatah saham di perusahaan.
Adrian: Wah, hebat. Berapa persen ?
Harry: Nggak banyak. Hanya lima persen. Itu sudah jatah maksimal untuk seperti General Manager seperti Ayah. Tadinya malah hanya mau dikasih tiga persen saja...
Adrian: Wow, hebat kalau begitu. Selamat.
Harry: Bagaimana sekolahmu, Adrian ? Dapat teman baru ? Dapat pacar baru ? Atau jangan2 dapat masalah baru ? Jangan sampai yang terakhir itu terjadi...
Adrian: Lumayan, Yah. Asyik. Dapat teman baru... orangnya asyik2 lagi... dan, tahu nggak, Yah ? Aku dapat teman2 yang spesial. Aku sekelas sama anak2 7 Icons, Yah!
Harry: 7 Icons ? Hmm... selamat. Akhirnya kamu ketemu juga sama mereka. Berarti saya nggak salah masukin kamu ke sekolah itu...
Adrian: Lho, kok begitu ? Ayah... ayah sudah kenal sama 7 Icons ya ?
Harry: Sudah, dari dulu malah... Ayah punya hutang budi sama mereka.
Adrian: Hutang budi ? Hutang budi apa ?
Harry: 7 Icons yang membuat aku jadi General Manager. Mereka yang bikin aku naik pangkat. Secara tidak langsung... sebenarnya.
Adrian: Kok bisa ? Bagaimana ceritanya ?
Harry: Duduklah, Adrian. Aku akan cerita.
Adrian lalu melepas tasnya dan duduk di tempat tidurnya, yang semuanya bergambar logo Liverpool, mulai dari sprei dan bedcover-nya, hingga kayu ranjangnya.
Harry: Begini ceritanya. Waktu itu Ayah masih di Bandung. Ayah dan teman2 Ayah sedang diberi tugas oleh perusahaan bagaimana cara menentukan strategi marketing yang tepat untuk menjual produk baru buatan perusahaan Ayah. Ayah dan teman2 Ayah... sudah dikejar deadline dan kalau nggak cepat2 strategi marketing itu selesai, Ayah bisa kena masalah. Suatu hari, Ayah sedang makan bersama teman2 Ayah ketika melihat ada 7 Icons tampil di TV. Langsung Ayah dan teman2 Ayah punya ide. Bagaimana kalau mereka menjadi bintang iklan untuk produk buatan perusahaan Ayah. Kami lalu meneliti siapa 7 Icons sebenarnya... kami mencari informasi tentang mereka. Kami bahkan memperhatikan penampilan mereka. Hingga akhirnya, kami sampai pada satu kesimpulan bahwa 7 Icons layak menjadi bintang iklan produk ini. Kami lalu mengontak managernya untuk bertemu. Kami lalu menjelaskan seperti apa produk itu pada managernya. Ternyata, ia suka dengan produk kami, dan beberapa hari kemudian, saya bertemu dengan 7 Icons. Mereka bersedia menjadi bintang iklannya. Tentu saja kami senang, dan kami lalu melaporkan hasil itu kepada kantor pusat. Mereka juga menerima usulan kami, sehingga kemudian iklan itu dibuat. Ternyata, penjualan produk kami meroket tajam, setelah iklan tersebut muncul, dan memberi dampak yang besar buat Ayah dan perusahaan Ayah. Perusahaan Ayah mendapat keuntungan besar, dan produk kami diterima di masyarakat. Menyadari bahwa Ayah dan teman2 Ayah yang telah melakukan ini semua, perusahaan pun mengangkat kami menjadi bagian dari direksi baru. Ayah menjadi General Manager. Teman2 Ayah ada yang menjadi Sales Corporate Manager, Marketing Manager, dan lain sebagainya. Semuanya menjadi sukses besar. Itulah sebabnya saya merasa berhutang budi, walaupun secara tidak langsung, pada 7 Icons. Kini Ayah pun jadinya ngefans sama mereka... semata-mata karena hutang budi pada mereka. Selain juga karena penampilan mereka. Mungkin mereka tidak terlalu memedulikannya, tapi itu tidak jadi masalah untukku. Yang pasti, hutang budi itu akan tetap ada dalam benak saya. Begitulah ceritanya.
Adrian: Oh, begitu... terus bagaimana Ayah bisa tahu sekolah mereka ?
Harry: Waktu aku bertemu dengan managernya, aku ngobrol panjang-lebar dengannya. Mulai dari awal karir, terus kenapa bisa terbentuk 7 Icons, latar belakang mereka... dan semuanya. Dalam obrolan itu juga terselip pertanyaan tentang sekolah mereka, yang saya ajukan sendiri. Dia lalu bilang di SMA Cambridge. Saya kemudian mempelajari soal sekolah itu, dan saya berpikir, bahwa sekolah ini adalah sekolah yang terbaik. Ingat janji saya padamu, Adrian. Aku akan menyekolahkanmu di sekolah yang terbaik ketika kita pindah ke Jakarta. Dan anggap saja, saya telah menepati janji itu padamu. Kamu dapatkan sekolah terbaik, lengkap dengan 7 Icons di dalamnya. Semata-mata itu juga untuk memuaskan kamu juga.
Adrian: Jadi begitu ? Ayah memang sudah merencanakannya ?
Harry: Ya. Awalnya saya sempat ragu dengan SMA itu. Saya tadinya ingin mencari sekolah lain. Tapi kemudian, setelah saya melihat semua fasilitas dan kelengkapannya, dan juga ada faktor 7 Icons-nya... akhirnya aku pilihkan SMA Cambridge itu buat kamu. Maaf jika aku tidak memberitahukan alasannya dulu. Tapi kamu senang kan, berada di sana ?
Adrian: Senang banget. Sekarang anak2 7 Icons jadi teman2 saya...
Harry: Bagus! Usahakan untuk jadi teman yang baik untuk mereka. Kalau seandainya kamu melukai hati mereka, secara tidak langsung Ayah akan malu dan merasa bersalah. Karena selama ini hubungan saya dan mereka sangat baik. Mereka itu juga sahabat saya, dan saya juga berusaha untuk selalu bersikap baik pada mereka. Jadi, bersikaplah yang baik pada mereka juga, karena mereka juga teman Ayah.
Adrian: Tenang kok, aku pasti akan jadi teman yang baik untuk mereka.
Harry: Baiklah. Well, Ayah mau istirahat dulu di kamar. Kamu juga istirahat, ya. Nanti malam, kita makan jam delapan. Oke ?
Adrian: Oke, Yah.
Harry lalu berdiri dari kursi meja belajar Adrian dan melangkah keluar dari kamar. Kini, Adrian sudah mengerti, apa yang membuatnya bisa masuk ke SMA Cambridge. Adrian juga kini mengetahui kalau ayahnya sudah mengenal 7 Icons sejak lama dan bahkan juga memiliki hubungan bisnis dengan mereka, yang secara tidak langsung mengantarkan ayahnya meraih posisi yang bergengsi di direksi perusahaannya. Adrian lalu membuka jaketnya dan lalu menaruhnya di kursi meja belajarnya. Ia lalu melepas jas dan dasinya dan lalu merebahkan dirinya di tempat tidur untuk beristirahat. Sambil ia beristirahat, ia berusaha untuk memikirkan semua yang telah terjadi sebelumnya, dan mencoba untuk mencari benang merah dari semuanya. Pada akhirnya, Adrian merasa senang, baik dalam raut wajahnya, dan juga dalam hatinya, karena ia telah berhasil mendapatkan hal terbaik yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Semuanya terjadi karena "hubungan diam-diam" antara ayahnya dan anak2 7 Icons.
Itulah bagian keenam dari Fanfiction 7 Icons. Seperti apa cerita selanjutnya ? Bagaimanakah kelanjutan ceritanya ? Jangan kemana-mana, tetap di blog saya, karena cerita ini masih akan berlanjut ke bagian berikutnya. Pesan terakhir sebelum saya menutup bagian ini... remember, it's just a fanfiction.
BERSAMBUNG...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar